Gu Qingqing ketakutan karena tiba-tiba diserang seperti itu. Pria itu membungkam bibirnya. Ia tak bisa meminta bantuan. Ia hanya bisa mengandalkan tenaga tubuhnya untuk berjuang keras!
Pria itu sepertinya merasakan perlawanan Gu Qingqing. Tubuh tingginya semakin menekan Gu Qingqing hingga seluruh tubuh wanita itu terkunci kuat di dinding. Tangan besar itu memegang pergelangan tangan Gu Qingqing erat dan menekannya ke samping badannya. Melihat kaki Gu Qingqing mencoba menyerang, pria itu segera mengunci salah satu kaki Gu Qingqing dengan kakinya untuk menghentikan perlawanan.
Selama melawan, Gu Qingqing bisa merasakan aura kekuatan pria itu yang tak asing baginya. Jahitan kemejanya, bahkan aroma parfum Chen Wenjie yang masih melekat. Apakah ini Leng Sicheng? pikirnya bingung.
Di tengah kebingungan Gu Qingqing, pria itu tiba-tiba membuka mulutnya. Aroma anggur dan tembakau yang kuat, bercampur dengan aroma mint segar, langsung menguar dan merasuk. Gu Qingqing terkejut dan refleks mati-matian memberontak. Pria itu menarik kedua tangan Gu Qingqing ke atas kepalanya dan meremasnya erat-erat dengan satu tangan besar. Tangannya yang lain mencubit dagu kecil Gu Qingqing hingga kepalanya tidak lagi bisa bergerak. Di saat yang sama, tubuhnya semakin kuat menekan Gu Qingqing, seolah-olah sedang memaku wanita itu sepenuhnya ke dinding.
Sedikit demi sedikit, Gu Qingqing berusaha menghirup udara ke paru-parunya. Ia tidak bisa bernapas dan tidak bisa melarikan diri. Matanya kemudian mendeteksi keberadaan pintu kamar otomatis, seakan memisahkan pintu kotak dan koridor menjadi dua dunia.
Setelah benar-benar kehabisan tenaga, pria itu meninggalkan bibir Gu Qingqing. Dengan kepala kosong, ia hanya bisa terengah-engah untuk kembali mengumpulkan napas. Begitu cahaya yang keluarkan detektor asap di kamar itu menimpa mereka, barulah Gu Qingqing bisa melihat dengan saksama. Lekuk wajah tajam yang dikenalnya itu memang Leng Sicheng!
Tapi mengapa dia ada di sini? Bukankah dia bersama Chen Wenjie? batin Gu Qingqing.
Setelah Leng Sicheng menenangkan napas, tubuhnya yang ramping perlahan-lahan meninggalkan sisi Gu Qingqing.
"Leng… Sicheng, kenapa kamu berada di sini?" tanya Gu Qingqing.
Leng Sicheng kini muram. Tubuh tingginya yang tersembunyi di sudut gelap kamar itu tampaknya mengandung kemarahan besar. Wajah tampannya juga tidak bisa menyembunyikan kemarahan dalam tubuhnya. Gu Qingqing segera menyingkir tanpa sadar. Setelah tiga tahun menikah, Leng Sicheng tetap saja tidak dapat ditebak. Namun, Leng Sicheng yang terlihat seperti itu membuktikan bahwa dia benar-benar marah. Konsekuensinya cukup serius!
Leng Sicheng mengangkat matanya sedikit. Senyuman dingin terangkat dari sudut bibirnya. Ia menyandarkan tangan ke dinding untuk menghalangi jalur kabur Gu Qingqing. Tubuh besar dan tingginya perlahan-lahan menekan ke bawah, kokoh seperti gunung, membawa rasa penindasan yang kuat.
"Leng... Sicheng, kamu, aku…" Gu Qingqing jadi semakin gugup begitu ditatap lekat-lekat oleh mata Leng Sicheng yang suram. Ia merasa sedikit tak berdaya.
"Kenapa tidak kamu panggil Tuan Leng?" tanya Leng Sicheng. Kata-kata terakhirnya terdengar sedikit naik, seperti membagi rahasia antara sepasang kekasih. Namun, pupilnya sedikit menyempit dan memantulkan cahaya berbahaya.
Berjuang untuk menenangkan detak jantungnya, Gu Qingqing sedikit menunduk sambil mencoba memikirkan alasan. "Aku hanya mengira… bahwa itu tidak pantas."
Leng Sicheng mengabaikan jawaban Gu Qingqing. Dengan tangannya yang lain, ia menyentuh wanita itu. Gu Qingqing hanya bisa melihat ke bawah dan memperhatikan kontur wajah Leng Sicheng yang tampaknya sangat lembut dan menyentuh. Namun, jari-jarinya terasa terlalu dingin. Matanya yang tak kalah dingin, seperti perlahan-lahan diludahi oleh ular berbisa, membuat sekujur tubuh Gu Qingqing semakin merinding.