Sudah dua hari Gathan terus menerus menarik perhatian Rana, mengantar jemput, membelikan makanan, membelikan bunga, coklat, boneka dan lain sebagainya. Berulang kali Rana menolak pemberian Gathan tapi pria itu tetap keukeuh memberinya hadiah.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Gathan akhirnya datang juga. Seminggu yang lalu ia memberitahu Rana bahwa malam Minggu nanti ia akan datang ke rumah gadis itu. Hari ini adalah waktunya.
Pagi-pagi sekali Gathan sudah bangun. Meskipun hari ini ia tidak sekolah, tapi ia tetap bangun pagi dan berolah raga kecil dengan lari pagi di belakang rumahna yang seluas lapangan bola.
Setelah berlari selama kurang lebih 30 menit, Gathan kembali ke dalam rumah. Pergi ke dapur untuk mengambil segelas jus jeruk, mencomot tempe goreng buatan "Tumben kamu pagi-pagi udah bangun? Padahal ini hari Sabtu lho. Sekolah kamu 'kan libur. Biasanya siang baru bangun," tegur Ratih seraya menumis kentang dan juga buncis dengan saos teriyaki.
"Nanti malam ada acara penting, Ma," sahut Gathan duduk di meja makan.
"Acara penting apa?" tanya Ratih penasaran.
"Aku mau apel ke rumah Rana."
"Oh, jadi nama gebetan kamu itu Rana?" Ratih tersenyum menggoda.
"Iya," kata Gathan tersenyum lebar.
"Terus hubungannya sama bangun pagi apa? Acaranya 'kan baru nanti malam," tanya Ratih bingung.
"Ya 'kan harus di siapkan dari sekarang, Ma. Habis ini Gathan mau belanja baju, mau ke salon ngerapiin rambut, beli parfum, sepatu. Ketemu sama camer harus yang keren dong."
"Penampilan aja nggak cukup, Than. Attitude juga harus di jaga. Percuma aja kalau penampilan kamu keren tapi tingkah laku kamu kurang ajar."
"Iya, Ma. Aku 'kan anak baik-baik."
"Halah. Dulu siapa yang ketangkap polisi karena tawuran? Terus siapa yang bikin onar sampai Mama dan Papa harus datang ke sekolah?" cibir Ratih sembari meniriskan masakannya di piring.
"Hehehehehe, aku." Gathan hanya cengengesan. "Wajar kali, Ma, kalau nakal dikit," imbuhnya membela diri.
"Ck, kamu itu! Sudah tahu sifat Papa kamu itu keras! Malah bikin dia marah. Kamu nggak kapok pernag jadi gembel pas kelas satu dulu. Di usir dari rumah karena tahuan balapan liar."
"Sekarang 'kan udah tobat. Mama buka aib Gathan ih," oceh Gathan merajuk.
"Sudah sana kamu mandi! Keringat gitu! Bau! Habis itu turun sarapan," perintah Ratih kemudian.
"Siap, Mamaku Sayang."
*****
( Gathan ) Malam Rana cantik!
Lo di rumah, 'kan?
Keluar gih!
Gue udah ada di depan rumah lo.
( Rana ) Hah?
Ngapain lo ke rumah gue?
( Gathan ) Lhah?
Waktu itu 'kan gue udah pernah bilang mau ngajakin lo ngedate.
Malam Minggu yang gue bilang kemarin itu hari ini, Na.
Lupa ya?
( Rana ) Waktu itu 'kan udah gue tolak!
Lo ngapain masih ke sini?
Pulang aja sana!
Ajakan kencan lo belum gue ACC!
( Gathan ) Ya udah iya.
Gue pulang setelah habisin minuman sama kue yang di kasih sama Ibu lo.
( Rana ) Hah?
Demi apa?
Lo ketemu sama Ibu gue?
Kok bisa?
Tadi lo bilang masih di depan rumah!
Ini mah udah di dalam rumah kali, Than!
( Gathan ) Tadi waktu gue chat sih, gue masih diluar, Na.
Pas gue mau balik pulang, Ibu lo lihat gue.
Terus gue di suruh masuk deh.
'Kan nggak enak ya kalau nolak titah dari calon mertua.
[ Rana berlari keluar kamar, gadis itu mengintip di balik tembok yang membatasi ruang keluarga dan ruang tamu. Dilihatnya Gathan sedang mengbrol dengan Ibu dan Ayahnya. ]
( Rana ) Kok Ibu nggak manggil gue?
( Gathan ) Gue yang ngelarang.
Tadi gue bilang lo udah tidur, makanya gue mau balik.
Eh, Ibu lo ngotot ingin gue masuk ke rumah.
Ngomong-ngomong, kue bikinan Ibu lo enak banget!
Lo nggak mau cicipin bareng gue?
( Rana ) Nggak mau!
Lo buruan habisin dah!
Terus langsung pulang!
Betah banget lo di rumah gue.
( Gathan ) Iye.
Ini juga udah mau pulang.
[ Rana dapat mendengar Gahtan tengah berpamitan dengan orangtuanya. Gadis itu mendesah lega saat Gathan keluar dari rumahnya. Pesan lain dari Gathan masuk dan Rana dengan segera mengecekknya. ]
( Gathan ) Btw, gue udah izin sama Ibu dan Ayah lo.
Besok hari Minggu kita bisa jalan-jalan.
Seneng deh, udah dapat lampu hijau dari camer.
Rasanya kayak ada bunga-bunganya gitu.
Wkwkwkwkwkwk
( Rana ) Yang mau ngedate sama lo itu 'kan gue, bukan orangtua gue.
Jadi izinnya ya musti sama gue dong.
Dan gue belum kasih izin.
( Gathan ) Ah, kalau sama lo ngga asik.
ACC-nya lama.
( Rana ) Itu sih resiko lo!
"Lho, Ran!" tegur Saras saat melihat Rana berdiri di balik tembok.
"Kamu ngapain berdiri di sini?" tanya Rajasa pada putrinya.
"Kalau emang belum tidur, kenapa tadi nggak nemuin temen kamu?"
"Eeh, itu... S-sebenernya dia itu..."
"Calon pacar ya?"goda Saras.
"Bukan!" sahut Rana cepat. Pipinya merona malu.
"Kalau iya juga nggak apa-apa kok," oceh Rajasa lalu duduk di sofa ruang keluarga. Melanjutkan acaranya menonton berita banjir di TV yang sempat terinterupsi karena kedatangan Gathan tadi.
Saras menyusul suaminya duduk di sofa.
Rana terlihat salah tingkah, gadis itu ikut duduk di sofa. "Tadi kalian ngobrol apa sama Gathan?" tanyanya penasaran.
"Bibit, Bebet, Bobot. Latarbelakang keluarga, pendidikan, kesehatan, skill, cita-cita..."
"Hah? Ayah nanya itu semua?" kaget Rana menatap Ayahnya tak percaya.
"Hahahahahha." Rajasa tertawa kencang melihat ekspresi panik di wajag putrinya. "Ayah cuma bercanda. Kamu fikir dia mau melamar pekerjaan ke Ayah," ocehnya kemudian.
"Ayah," kesal Rana manyun.
"Tadi cuma ngobrol sedikit tentang dia. Ternyata dia teman sekolah kamu, dia anaknya Adipura pemilik Adipura Grup," ujar Saras.
Rana hanya diam.
"Ayah nggak pernah membatasi pergaulan kamu, Ran. Kamu boleh bergaul dengan siapapun, menjalin hubungan dengan siapapun. Selama kamu bisa menjaga dirimu dengan baik, kamu harus tahu batasan-batasan yang tidak boleh di lewati. Jadikan dirimu berharga untuk suamimu kelak," nasehat Rajasa panjang lebar.
"Iya, Yah. Rana ngerti. Lagipula, yang tadi itu cuma temen kok," ujar Rana.
"Iya, Ibu tahu. 'Kan tadi dia izin mau ngajak kencan kamu besok," goda Saras.
"Di kasih izin?" tanya Rana tersenyum tipis. Padahal ia sudah tahu dari Gathan.
"Dikasih asalkan pulangnya nggak kemalaman," sahut Ayah.
Rana hanya mengangguk mengerti. "Ya udah, Rana balik ke kamar dulu," pamitnya kemudian.
Rana merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya dengan senyum kecil yang terbit di bibir mungilnya.
( Gathan ) Ping!
Rana cantik!
Bang Gathan udah sampai rumah dengan selamat.
Kali aja lo ingin tahu.
Wkwkwkwkwkwk
Eh, Na.
Btw, tadi Ibu lo nyuruh gue buat sering-sering mampir lho.
Cie...
Kayaknya Ibu lo demen banget sama gue.
Gila!
Nggak nyangka kalau pesona gue berlaku juga buat Ibu-ibu.
Pesona gue kapan berlakunya buat lo, Na?
Na?
Lo udah tidur?
Halo....
Irana Dirja...
Calon pendamping hidupkuu...
Sayangkuuu....
Cintakuuu....
Hehm, kayaknya udah tidur.
Ya udah, selamat mimpiin gue ya...
Bye cantik...
Rana tersenyum membaca pesan-pesan yang diberikan oleh Gathan. Terkadang tingkah konyol pria itu membuatnya tertawa.
*****
( Binar ) Ping.
Woy, Than!
Woy! Temen gue yang gantengnya nggak pernah bisa ngelebihin kegantengan gue.
Lo dimana, sih?
Lagi semedi?
Hafalan doa lancar jodoh?
Lagi sibuk ya lo?
[ Gathan memutar bola matanya saat membaca pesan-pesan dari Binar. Pria itu baru saja tiba di rumahnya setelah apel ke rumah Rana.]
( Gathan ) Apaan sih, Nar?
Berisik lo!
[ Gathan melepas jaketnya dan menyampirkannya di gantungan baju. Pria itu mengambil segelas air sembari menunggu balasan dari Binar. ]
( Binar ) Akhirnya, lo muncul juga.
Lo dari mana aja sih?
( Gathan ) Baru sampai rumah gue.
Habis dari rumah Rana.
( Rana ) Demi apa?
Apel?
Kok bisa?
Emang udah di ACC?
( Gathan ) Belum.
Iseng aja tadi.
Tuh cewek galak banget, sumpah!
Tadi gue cma ketemu sama orangtuanya Rana.
( Binar ) Terus gimana respon orangtua Rana ke elo?
( Gathan ) So far, bagus sih.
Mereka ngasih restu ke gue untuk mendekati Rana.
( Binar ) Alhamdulillah kalau gitu.
Ngomong-ngomong...
Lo beneran serius sama dia?
Kalau cuma untuk main-main, mending nggak usah.
( Gathan ) Ya serius, Nar.
Kapan gue pernah bercandain cinta sih?
Adanya cinta kali yang sering ngajak gue bercanda.
( Binar ) Halah!
Gue beberapa kali ngobrol sama dia di klub Fotografi.
Gue tahu dia orang yang baik.
Jangan mainin dia ya, Than.
( Gathan ) Astaga!
Iye, Abang Binar.
Gue mah serius, duarius, tigarius, berius-rius pokoknya.
Lo nggak usah khawatir.
( Binar ) Nah, kalau gitu gue akan dukung lo.
( Gathan ) Harus itu.