"Kantin yuk!" ajak Gathan.
"IPA?" tawar Binar.
"Lhah, kok IPA. Kita 'kan anak IPS, ngapain jauh-jauh makan di kantin IPA kalau di IPS juga ada kantin," dumel Gathan tak habis fikir.
"Di IPS nggak ada pemandangan yang enak di lihat, banyak batangannya," sahut Binar asal. Pria itu berjalan keluar kelas lebih dulu.
"Geblek," maki Gathan pelan sembari mengikuti Binar dari belakang.
Sampai di kantin IPA, kantin sudah dipenuhi oleh orang-orang yang perutnya minta diisi. Belajar memang membuat orang gampang lapar. Gathan memilih menu kotoprak dan segelas es teh, sedangkan Binar memilih bakso dan segelas es jeruk. Setelah mendapat makanannya, mereka mengambil tempat duduk di dekat pintu masuk.
"Tuh 'kan? Mata gue langsung berinar-binar lihat cewek-cewek cakep," oceh Binar tersenyum lebar.
Gathan memutar matanya bosan. Lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Memang benar apa kata Binar, IPA selalu dipenuhi anak-anak berjenis kelamin perempuan, tidak seperti IPS yang kebanyakan pria.
Saat melihat salah satu sudut kantin, mata Gathan menemukan titik yang membuat dadanya berdesir hebat. Pada gadis yang tengah bersenda-gurau dengan teman-temannya.
Dia, 'kan?
Gathan menatap gadis yang duduk tak jauh darinya tanpa berkedip. Pandangannya terus fokus pada setiap gerak-gerik gadis berkucir kuda itu. Mengabaikan sepiring ketoprak dan es teh buatan Mpok Marni.
Binar yang duduk di sampingnya menatap ke arahnya bingung. "Woy! Lo ngelihatin apaan sih?" tanya Binar melambaikan tangannya di depan wajah Gathan.
"Hah?" Gathan tersadar dari lamunannya.
"Lo lihat apaan sampai jadi cengo gitu?" tanya Binar sekali lagi.
"Nar, satu tahun gue sekolah di sini, kok gue baru nyadar ada cewek secakep itu di sekolah ini," gumam Gathan kembali melirik gadis yang menarik perhatiannya beberapa hari ini.
"Cewek? Siapa?" Binar menoleh ke belakang. Siluet wajah cantik Rana yang terpantul di retina matanya. "Irana maksud lo?" tanya Binar kembali menoleh ke arah Gathan yang duduk di depannya.
"Jadi namanya Irana? Lo kenal sama dia?" tanya Gathan antusias.
"Nggak kenal sih, cuma tahu aja. Anak IPA 1."
"Wih, pinter dong," gumam Gathan manggut-manggut. "Udah punya pacar belum?" tanya kemudian.
"Ya mana gue tahu! Lo tanya aja sendiri sama orangnya," sahut Binar asal.
Gathan segera beranjak dari kursinya. Merapikan seragam sekolahnya yang berantakan lalu siap melangkah menghampiri gadis itu.
"Eh, lo mau kemana?" tanya Binar mencekal lengan Gathan yang hampir melewatinya.
"Kan lo suruh gue nanya sama cewek itu. Gimana sih?"
"Ya nggak usah dilakuin juga kali! Gue tadi 'kan jawabnya nggak serius," dumel Binar tak habis fikir dengan kelakuan sahabatnya.
"Gue nganggepnya serius ah, orang gue beneran penasaran," oceh Gathan melepas tangan Binar.
"Eh, eh." Binar kembali mencekal lengan Gathan.
"Apaan lagi sih?"
"Aduh, lo malu-maluin gue aja sih. Nyari infonya nggak harus sama orangnya langsung kali, lo bisa nanya ke temennya atau anak-anak yang lain."
"Infonya ntar nggak akurat. Lebih akurat kalau nanya langsung sama orangnya," elak Gathan kembali melepas tangan Binar dan kembali melanjutkan langkahnya, namun begitu dia balik badan, gadis itu sudah menghilang. "Ah, Binar! Lo sih! Ngilang 'kan, itu cewek! Ah," omel Gathan pada Binar.
Binar hanya cekikikan melihat raut kesal di wajah Gathan.
"Gue cariin infonya deh," oceh Binar membuat Gathan tersenyum cerah.
"Oke, kalau gitu gue maafin lo," sahut Gathan cepat.
"Cih, yang merasa bersalah sama lu siapa? Gue justru bersyukur karena lo nggak jadi nyamperin cewek tadi."
Gathan hanya mencibir.
*****
Sepanjang jam pelajaran, Gathan sama sekali tak fokus dengan pelajaran yang diberikan oleh Pak Wagito. Dia hanya mencorat-coret bukunya tanpa minat, masih memikirkan gadis di kantin tadi.
"Ck, ini semua karena Binar sialan. Kalau dia tadi nggak nahan gue, pasti gue udah bisa ngobrol sama tuh cewek. Minta nomor telfon atau apalah," gerutu Gathan dalam hati.
Tring!
"Baiklah, sekian pelajaran dari Bapak. Kalian bisa pulang," pamit Pak Wagito merapikan buku-bukunya sebelum berlalu pergi.
Kelas yang heboh saat jam pulang sudah biasa, anak-anak yang antusias untuk pulang juga sudah biasa, tapi wajah ditekuk dan semangat menghilang pada Gathan adalah hal yang tidak biasa. Pria itu dengan malas merapikan buku-bukunya, menyampirkan tasnya di pundak dan berjalan keluar kelas.
Binar yang sedari tadi mengamati tingkah laku aneh Gathan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dia tahu apa yang membuat Gathan jadi seperti itu.
"Woy! Lemes banget kayak tempe mendoan Mpok Narti," celoteh Binar merangkul pundak Gathan.
Gathan hanya menoleh sekilas dan tak mengacuhkan candaan Binar barusan.
"Gue nebeng lo ya? Mobil gue dipakai Bang Kenzo," ujar pemuda bermatas sipit itu lagi.
"Hehm." Gathan hanya bergumam pelan.
Tak menyerah, Binar tetap memancing Gathan. "Malam ini gue tidur di rumah lo, mau main game." Binar tersenyum miring, Gathan pasti akan memarahinya dan melarangnya untuk menginap karena dia kalau main game pasti sampai larut malam dan akan mengganggu tidur Gathan. Apalagi besok mereka masih harus sekolah.
"Terserah." Jawaban yang sungguh tak terduga keluar dari bibir Gathan.
Binar menghentikan langkahnya saking kagetnya. "Fix, temen gue kesurupan," gumamnya pelan.
Mereka sudah sampai di parkiran sekolah, berjalan menuju mobil putih milik Gathan yang terparkir di bawah pohon mahoni.
"Kapan ya gue ketemu sama cewek yang tadi?" gumam Gathan sembari membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
"Ck, cewek itu lagi," gumam Binar menyusl masuk ke dalam mobil. "Tadi gue chat Prisa anak IPS, gue tanya dia soal cewek yang di kantin tadi," oceh Binar.
"Trus gimana? Dia kenal nggak? Punya nomor hpnya? Alamat rumahnya? Udah punya pacar belum?" tanya Gathan bertubi-tubi.
Perubahan mood Gathan membuat Binar terheran-heran. "Giliran bahas cewek tadi aja lo jadi semangat gini," gerutunya mencibir.
"Udah, jangan cerewet! Jadi gimana?"
"Gue dapat nomornya," sahut Binar tersenyum menyombong.
"Serius?"
"Ya iyalah, Binar gitu lho. Apa sih yang enggak bisa gue dapatin."
"Cewek yang cuma ingin friendzone-an sama lo," canda Gathan tertawa kencang.
"Sialan, nggak nyindir gue lo," kesal Binar.
Gathan tersenyum geli melihat ekspresi di wajah Binar. "Mana nomernya?" pintanya kemudian.
Binar mengutak-atik ponslenya sejenak, mengirim nomer gadis di kantin tadi kepada Gathan.
"Thankyou, Bro!"
"Terus? Rencana lo sekarang apa?"
"Gue mau deketin dia, pokoknya dia harus jadi milik gue. Apa pun dan bagaimana pun caranya."
"Ya, terserah lo aja deh."
Wah-wah, ternyata cewek yang nolongin Gathan kemarin satu sekolah sama dia.
Hehm, makin seru nih.
Jangan lupa kasih semangat dan juga gift buat mereka. Supaya saya rajin update hihihi
PYE! PYE!