webnovel

CHAPTER 19

Freya tiba-tiba terbangun setelah merasakan pantulan cahaya terang mengenai wajahnya dari balik jendela kamar hotel.

Freya meregangkan otot-otot nya dengan raut wajah yang masih lelah.

diliriknya ponsel yang masih menyatu dengan kabel charger diatas nakas.

Lalu ia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. badannya terasa lengket karena dari kemarin tidak sempat mandi karena ketiduran. dan melupakan janjinya dengan Kevan untuk makan malam bersama.

Freya pun memulai ritual mandinya dengan berendam di bathtub beraroma british rose yang menyegarkan.

" oh my God !! aku kan gak bawa pakaian ganti. Masa iya kunjungan ke proyek mengenakan pakaian yang sama??"

saat menyadari dan segera menyudahi kegiatan berendamnya.

Freya sedikit frustasi.

ia masih mondar mandir dikamarnya menggunakan Bathrobe milik hotel.

Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuknya dari luar.

" ah, sepertinya itu housekeeping. mungkin bisa ku suruh dia untuk mencarikan pakaian ke toko terdekat."

Freya pun bergegas membukanya.

tapi ternyata yang dihadapannya itu Kevan yang mengenakan kaos polos putih yang pas dibadan. memperlihatkan dadanya yang bidang dan diperutnya yang kotak-kotak seperti roti kasur, dengan bawahan celana pendek yang terlihat santai.

Freya memandangnya tanpa berkedip.

begitu juga dengan Kevan yang tampak tercengang melihat Freya yang masih menggunakan Bathrobe diatas lutut dengan rambut basahnya terurai membuat Kevan seperti seekor singa yang melihat mangsanya didepan mata dan ingin segera melahapnya.

" shit !! kenapa dia harus berpakaian seperti itu ?! so beautiful and sexy."

gumamnya dalam hati.

"Maaf tuan Kevan, apa kita akan meninjau proyek sepagi ini ? tapi saya,..."

Tanya Freya membuyarkan pikiran kotor Kevan.

" oh, tidak. Aku hanya ingin mengantarkan ini."

Kevan menyodorkan paperbag yang dijinjingnya.

" apa ini ?""

" pakaian mu. Kemarin tidak sempat membawa baju ganti kan ?"

Freya mengernyitkan dahinya bingung.

"kemarin sore aku keluar mencari toko pakaian untukku, teringat kamu juga tidak membawa baju ganti. Jadi inisiatif saja. Semoga cocok dan pas dibadanmu."

Freya menghembuskan nafas lega.

" oh syukurlah. tadi aku memang kebingungan sehabis mandi hendak memakai apa. Terima kasih tuan Kevan."

" sekali lagi kamu panggil aku tuan, ku ambil kembali baju ganti itu. Biarlah kamu seharian memakai bathrobe seperti ini. " ucap Kevan menyeringai.

Ah, itu sih maunya si Kevan. dengan cepat Freya langsung meyembunyikan paperbag itu dibalik badannya. Kevan pun hanya tertawa kecil lalu pergi menuju ke kamarnya.

***

Blazer waist-length, dalaman Stripe blouse dengan kerah v-neck, dan celana trouser hitam membuat Freya terkesan lebih stylish dan santai.

Freya memutar-mutar badannya dibalik cermin.

" Wow. Oke juga selera fashion Kevan untuk memilihkan pakaian wanitanya. " Gumamnya kagum.

what ? wanitanya ? owh no, no, Freya. lebih tepatnya anak buahnya atau bawahannya.

Setelah memoles wajahnya dengan peralatan makeup simple yang selalu dibawanya didalam tas itu akhirnya Freya keluar menemui Kevan yang sejak tadi menunggu diLobby hotel.

Dari kejauhan Kevan sudah mengetahui kedatangan Freya. Matanya tak henti memandang kagum. Namun tetap menjaga kewibawaan sebagai atasannya.

" ayo cepat sedikit. Kita harus ke proyek sekarang."

Freya pun mengangguk sambil mempercepat langkahnya.

***

Sudah hampir 2 jam Kevan dan Freya berada diproyek bangunan beberapa lantai setengah jadi itu.

" baiklah tuan Nichole, saya tunggu email laporan semuanya hari ini."

" baik Tuan, Kevan. Saya mohon maaf atas keterlambatan laporannya. Hari ini saya usahakan sudah selesai dan langsung saya email kan ke kantor pusat."

" oke, saya tunggu secepatnya."

Kevan dan Freya pun berlalu dengan mobilnya meninggalkan tempat itu.

" mumpung masih siang, aku akan mengajakmu ke Strandhill Beach sambil kita makan siang disana. jaraknya tidak jauh dari sini."

Freya langsung menatap Kevan yang masih asik memutar-mutar stir kemudinya.

" waktu SMA aku sering berkunjung ke pantai itu."

" anda pernah sekolah di Sligo?"

Tanya Freya kemudian.

" ya. Aku lahir di Dublin sampai usia lima belas tahun, lalu momy pindah kerja di Sligo. Ketika kuliah aku ikut Daddy ke New York. sekarang balik lagi ke Dublin." ucap Kevan.

" rumit sekali." gumam Freya.

" apa ?"

" oh tidak. maksudku jalannya berliku-liku dan sangat rumit."

Balas Freya mengalihkan.

Dan untung saja memang jalanan kearah pantai itu berlikuk-likuk tajam.

Setelah kurang lebih empat puluh lima menit menempuh perjalanan, akhirnya sampai juga ditujuan yang memang sangat takjub. Hamparan pantai yang luas dan indah. Pantai yang cocok untuk berselancar karena ombaknya yang begitu besar.

Mereka memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah caffe terbuka dengan pemandangan laut dihadapannya.

" kamu mau makan apa ?"

Freya hanya mengangkat bahunya bingung.

" sepertinya kamu harus mencoba Galway Tiram. ini makanan paling terkenal di kota ini."

" oke."

Freya menurut saja karena sudah dari tadi menahan rasa laparnya.

***

setelah selesai menyantap makan siangnya, mereka pun tampak berbincang ringan.

tak lama kemudian Freya membuka sepatunya, menaikan celana nya setinggi lutut dan beranjak pergi mendekati bibir pantai dengan kaki telanjangnya.

melihat itu Kevan langsung mengejar Freya lalu berjalan disampingnya.

" boleh aku bertanya sesuatu ?"

tanya Kevan tiba-tiba serius.

" ada apa? "

" apa kamu sudah pandai berenang ? "

Mendengar pertanyaan Kevan membuat freya menghentikan langkahnya lalu menatap tajam kearahnya.

" maksudnya ?"

melihat mata birunya yang terpancar terkena sinar matahari, Kevan semakin bertambah yakin bahwa Freya betul-betul gadis itu.

" apa kamu gadis kecil yang dulu hampir tenggelam gara-gara hendak mengambil sebuah buku ?"

tanya Kevan dengan nada ragu.

Freya terperanjat kaget. tiba-tiba dadanya terasa sesak dan butuh oksigen sebanyak-banyaknya untuk ia hirup. ingatannya kembali ke kejadian paling menyebalkan itu. saat ia tak berdaya kala ada beberapa orang yang membully nya.

" akulah yang waktu itu membantu mu. kau tidak ingat? "

mendengar itu Freya langsung teringat sesuatu. ia langsung membuka tas nya lalu dikeluarkan lah Tote bag kecil berisi alat makeupnya. lalu ia mengambil benda itu.

" ini punya mu? "

Freya menyodorkan gelang karet hitam bertuliskan Mark yang selama ini selalu ia simpan.

Kevan langsung mengenali benda itu dan meraihnya.

" ini gelang pemberian mendiang momy."

" jadi ini betul-betul milikmu ? dan kamu adalah anak yg dulu menolongku ?"

tanya Freya mendongak menatap wajah Kevan.

" iya, itu aku. gadis ceroboh. "

" ya Tuhan, akhirnya aku menemukanmu. bertahun-tahun lamanya aku menyimpan benda itu."

Kevan mengerutkan keningnya mendengar ucapan Freya barusan.

" memangnya untuk apa kamu menyimpan gelang ini ?"

" dasar bodoh. ya untuk mengucapkan terimakasih lah. dulu kamu pergi begitu saja. aku belum sempat berterima kasih. sama seperti sekarang, kamu selalu ngeloyor begitu saja gak jelas. "

Hahahaha...Kevan pun malah tertawa lepas mendengar penjelasan Freya.

" terima kasih untuk waktu itu, Kevan"

seketika Kevan menghentikan tawanya. ia memegang pundak Freya dengan kedua lengannya. lalu tiba-tiba Kevan memeluk gadis kecilnya dulu dengan erat. Freya tak bergeming. lengan kekarnya yang mendekap kuat membuat jantung Freya bekerja dengan ekstra.

perasaan apa ini ? apakah perasaan ini sama dengan perasaan yang dulu pernah ada terhadap Revan ?

entah berapa lama mereka saling berpelukan. sampai akhirnya Freya sedikit mendorong tubuh Kevan.

" apa sebaiknya kita pulang sekarang, Kevan. udaranya semakin sore semakin dingin."

Freya mendekap tubuhnya dengan kedua lengannya.

" baik lah."

akhirnya mereka melakukan perjalanan pulang ke kota Dublin. Freya duduk bersandar dikursi penumpang sambil terus menatap Kevan yang tetap fokus kedepan. tapi ia bisa melihat dari ujung matanya bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikan nya.

" kenapa ? apa pesonaku mengganggu pandanganmu itu ? "

kata Kevan terkekeh.

pipi Freya langsung berubah merona. lalu dialihkannya pandangannya ke samping. melihat pohon-pohon rindang sepanjang jalan yang semakin tidak terlihat jelas karena hari sudah mulai petang.

" Freya, maukah kamu menjadi istriku ? "

Freya terperanjat dari lamunannya. gadis mana yang tidak terkejut bila tiba-tiba ada seorang pria yang langsung melamarnya sambil menyetir mobil.

" are you okay, dokter Kevan ?"

tanya Freya sambil menyentuh kening Kevan dengan punggung tangannya.

Kevan langsung menepikan mobilnya berhenti sejenak.

" yes I am serious."

Kevan meraih kedua tangan Freya. mendekapnya menempel didadanya.

" I have loved you since I was child."

Freya menarik nafasnya dalam-dalam. sialnya, pikirannya tiba-tiba malah mengingat Revan. karena hati kecilnya memang masih belum sepenuhnya melupakan badboy kampus itu.

" maaf, Kevan. tapi aku belum siap menjalin hubungan dengan seseorang apalagi menikah. terlalu cepat. "

mendengar penolakan Freya barusan membuat Kevan mengepalkan tangannya kesal. mukanya memerah. wajah yang tadinya hangat tiba-tiba berubah sangar.

" kau tau, Freya. separuh saham keluarga mu itu milikku. aku bisa saja menarik sahamku dari perusahaan ayahmu. dan kau tau apa dampaknya bagi perusahaan itu? Bummm. luluh lantah."

mendengar itu wajah Freya langsung memucat. badannya tiba-tiba lemas tak berdaya. Kevan yang awalnya terlihat manis ternyata dia seorang serigala berbulu domba.

" jadi sekarang terserah padamu. perusahaan ayahmu berada ditangan mu. dan aku tunggu jawaban itu besok."

Freya masih tak percaya dengan semua ini. belum sembuh betul rasa luka dihatinya, kini ada luka baru yang menganga dan membuatnya berada diantara sebuah pilihan.

Kevan pun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. tak ada suara diantara mereka selama diperjalanan.

Akhirnya hampir tengah malam mereka tiba. Freya pun segera turun ketika mobil Kevan sudah didepan rumahnya.

.

.

.

Chương tiếp theo