Ancaman Ibu Suri (6)

Mata indah Qu Tan'er yang bulat mengerjap. Dengan lembut dia bertanya dengan pelan, "Chengcheng, sudah malam, kamu tidak kedinginan?"

"Dingin," jawab Mo Liancheng dengan sangat singkat.

Sial! Kalau dingin tidak bisa pulang?! Batin Qu Tan'er. Dia ingin memukul tembok, tapi diurungkan niatnya itu. Dengan wajah sangat perhatian, dia membuka mantel, kemudian membagi sepertiganya untuk Mo Liancheng.

Mo Liancheng pun menerimanya dengan senang hati, bahkan memeluk Qu Tan'er agar bisa diselimuti mantel bersama. Dengan pelan dia berkata, "Sekarang sudah hangat… Bagus sekali."

"..." Qu Tan'er terbengong-bengong. Dia tidak marah? Batinnya. 

"Pangeran, ayo kita bicarakan sesuatu," kata Qu Tan'er, dia merasa lebih baik langsung saja ke topik utama.

"Katakan, aku akan mendengarkan."