webnovel

Bab 10

Aku mendengar pintu mobil dibuka.

"Ayo!" Sigmund meraih lenganku dan menarikku keluar dari mobil bersamanya.

Hembusan angin yang dingin menyapuku segera setelah kami berada di luar, memberitahu aku bahwa ini sudah malam.

"Jalan!" Sigmund menarikku ke depan.

Namun, aku menolak untuk mematuhinya.

"Jangan mulai lagi, Putri! Apakah kamu ingin melakukannya dengan cara baik-baik atau cara yang kasar?" kata Sigmund dengan tidak sabar.

Sambil menggelengkan kepala, aku mencoba berteriak, "Tidak!"

"Kau yang memintanya." Tiba-tiba Sigmund mengangkat tubuhku dan melemparkanku ke atas bahunya.

Ketika dia mulai berjalan, aku meronta-ronta, menendang paha dan tulang keringnya. Tapi sepertinya itu sama sekali tidak mengganggunya.

Setelah menggendongku selama beberapa menit, akhirnya dia menurunkan aku.

"Maiestate, ți-am adus-o pe nepoata ta acasă," Sigmund berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti.

"Kenapa kamu harus mengikatnya  seperti itu?" seseorang bertanya. Dari suaranya yang dalam, aku bisa tahu bahwa itu suara seorang laki-laki.

 "Îmi pare rău maiestatea, tapi gadis ini merupakan seorang pembangkang. Dia terus berusaha melarikan diri dan menyebabkan banyak masalah bagi kami," Sigmund mulai mengoceh.

Siapapun yang berbicara dengan Sigmund tiba-tiba tertawa. "Aceasta este nepoata mea!" dia juga mengatakan dalam bahasa asing.

"Mhhhhmmhmh!" aku berteriak.

"Kamu bisa melepaskannya sekarang, Sigmund," perintahnya.

"Apakah anda yakin, Maiestatea? Maksudku, bagaimana jika dia mencoba kabur lagi?" Sigmund bertanya dengan ragu-ragu.

"Jangan khawatir, Sigmund! Dia tidak punya tempat untuk lari di sini," lelaki itu meyakinkannya.

Sigmund akhirnya melepaskan penutup mataku. Butuh beberapa detik bagi mataku untuk dapat menyesuaikan diri dengan ruangan yang terang ini. Mataku mengelilingi ruangan tempat kami berada. Ruangan ini tampak seperti ruang singgasana megah yang pernah kulihat di film-film. Sebuah chandelier besar tergantung di tengah ruangan. Sebuah singgasana mewah diletakkan beberapa meter di depanku.

Duduk di atas singgasana adalah seorang pria berjubah hitam yang glamor. Sebuah mahkota menghiasi rambut hitamnya. Pria itu tampak berusia di awal empat puluhan. Dia tinggi dan berotot. Kulitnya pucat sekali. Aku benci mengakuinya, tetapi aku harus mengatakan bahwa dia cukup tampan untuk pria seusianya.

Ketika iris cokelatku bertemu mata merahnya, dia bangkit dan maju ke arahku. Aku ingin menjauh darinya, tetapi Sigmund menahanku di tempat. Dari sudut mataku, aku melihat Sigmund mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya, dan dia menggunakannya untuk memotong tali yang mengikat pergelangan tanganku.

Begitu tanganku bebas, aku dengan cepat menarik kain yang selama ini menyumpal mulutku.

"Kamu siapa? Dimana aku? Kenapa kau membawaku ke sini? Apa yang kau inginkan dariku?" aku membombardirnya dengan banyak pertanyaan. Suaraku serak karena aku sudah cukup lama tidak berbicara.

Pria itu berhenti berjalan dan berdiri beberapa inci dari aku. "Satu per satu pertanyaan, Sayang," tegasnya.

"Siapa kamu?" aku mengulangi pertanyaanku.

"Namaku Raja Bellamy," jawabnya.

Raja? Jadi dia adalah raja yang mereka bicarakan? Karena penculikku adalah vampir, itu berarti pria yang berdiri di hadapanku adalah raja vampir.

"Di mana aku?" tanyaku lagi, suaraku sedikit bergetar.

"Kamu ada di kerajaanku sekarang. Tempat ini namanya kerajaan Clanbella," Raja Bellamy menjelaskan.

"Aku tidak pernah mendengarnya," aku berkomentar dengan jujur.

"Itu karena hanya orang istimewa yang tahu tempat ini," katanya.

"Orang-orang istimewa seperti vampir?" pikirku ngeri.

"Mengapa kamu membawaku ke sini?" aku bertanya.

"Aku membawamu kesini karena aku ingin mengundangmu untuk menjadi tamu di kerajaanku," jawabnya.

"Mengundangku? Sungguh ironis! Kau tidak mengundangku tetapi menculikku. Aku terpaksa datang kesini. Aku bahkan tidak ingin berada di sini walau hanya sebentar," celotehku.

Tiba-tiba, Sigmund memelintir lenganku. "Jangan berbicara seperti itu kepada raja! Apakah kamu mengerti?"

"Aduh, lepaskan! Kamu menyakitiku," aku merintih.

"Tidak apa-apa, Sigmund," Raja Bellamy berkata dengan tenang, "Aku suka cara dia berbicara kepadaku. Mengingatkan aku akan ibunya."

"Kamu kenal Rosetta?" tanyaku heran.

Raja vampir mengerutkan kening. "Rosetta?"

Aku mengangguk. "Iya, ibu angkatku."

"Tidak, aku tidak mengenalnya," jawabnya.

"Tapi kau baru saja mengatakan bahwa aku mengingatkanmu pada ibuku, kan? Jadi ibu mana yang kau maksud?"

"Kamu benar. Aku mengatakan bahwa kamu mengingatkanku pada ibumu. Tapi maksudku bukan wanita yang mengadopsimu, tetapi wanita yang melahirkan kamu," Raja Bellamy menerangkan.

Aku terkejut dengan kata-katanya. "Jadi kamu mengenal ibu kandungku?"

Bibir Raja Bellamy melengkung membentuk senyuman. "Tentu saja."

"Bagaimana kamu bisa mengenalnya?" tanyaku penasaran.

"Aku kenal baik dia karena dia adalah putriku," jawab raja.

Mataku membelalak karena terkejut. "Jika ibuku adalah putrimu, maka kamu—"

"Ya," tukas sang raja, "secara teknis, aku adalah kakekmu."

Aku menggelengkan kepala tak percaya. "Tidak, tidak mungkin! Aku tidak punya kakek. Aku bahkan tidak punya keluarga lagi."

"Ya, kamu masih memiliki keluarga dan aku adalah kakekmu," ujar Raja Bellamy.

"Kamu bohong!" aku berteriak padanya. "Jika kamu benar-benar kakekku, mengapa kamu harus menculikku? Mengapa kamu tidak menemui aku dan memintaku untuk ikut denganmu secara baik-baik?"

"Itu karena siapa diriku ini. Kamu telah tahu bahwa aku bukan manusia, bukan?" kata Raja Bellamy.

Aku mengangguk. "Ya, aku tahu kamu seorang vampir."

Raja Bellamy melanjutkan, "Kamu benar, aku vampir. Sebagai raja dari semua vampir, aku harus menyembunyikan dunia vampir dari manusia. Karena itu, aku tidak punya pilihan selain membawamu ke duniaku secara diam-diam."

"Kamu berbohong lagi! Bahkan jika kamu datang ke rumahku, aku percaya tidak ada yang akan memperhatikan bahwa kamu adalah seorang vampir. Aku tahu kamu sengaja menculikku karena alasan lain. Alasan yang jahat kurasa. Katakan padaku! Apa yang kamu inginkan dariku?" aku menuntut penjelasan darinya.

"Kamu harus percaya padaku bahwa aku tidak punya niat lain untuk membawamu ke sini. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama cucu perempuanku. Aku tidak akan pernah menyakiti kamu, Mirabelle," Raja Bellamy mencoba meyakinkan aku.

"Tunggu! Siapa Mirabelle?" Aku menyipitkan mata dengan bingung.

"Mirabelle adalah kamu." Sang raja vampire mengarahkan jarinya padaku.

"Kamu salah," aku membantah, "Namaku Rosanne. Maksudku, Rosangela. Kau lihat, kamu bahkan tidak tahu namaku. Jadi aku yakin kamu telah menangkap gadis yang salah. Itu sebabnya kamu harus mengirim aku pulang sekarang, oke?"

Raja Bellamy menghela nafas. "Rosangela adalah nama yang diberikan oleh pemilik panti asuhan tempat kamu dibesarkan. Tapi nama aslimu adalah Mirabelle. Itu nama yang aku berikan kepadamu ketika kamu lahir. Jadi aku tidak menangkap gadis yang salah. Apakah kamu mengerti?"

"Tidak, aku tidak mengerti," aku berteriak, "Jika kamu benar-benar seorang vampir, jadi bagaimana kamu bisa memiliki cucu manusia seperti aku? Itu tidak masuk akal."

"Siapa bilang kau manusia?" Raja menyeringai.

"Maksudmu aku juga vampir?" Aku tertawa. "Kamu pasti bercanda. Jika aku benar-benar vampir, mengapa aku tidak pernah menyadarinya? Aku tidak terbakar di bawah sinar matahari atau haus akan darah. Bahkan aku pikir darah itu menjijikkan. Aku bahkan tidak ingin melihat, menyentuh, apalagi, meminum darah. Tidak mungkin. Jadi itu menjelaskan bahwa aku bukan vampir; aku benar-benar manusia."

"Kamu memang manusia, tetapi kamu juga vampir," tutur raja.

"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

"Ayahmu adalah manusia, tetapi ibumu, putriku, adalah seorang vampir. Jadi secara teknis, kamu setengah manusia dan setengah vampir," Raja Bellamy menerangkan.

Sambil menggelengkan kepala dengan tak percaya, aku berkata, "Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak percaya padamu."

"Kamu ingin bukti? Baiklah kalau begitu aku akan tunjukkan buktinya. Ikuti aku!" Raja Bellamy mengulurkan tangannya kepadaku.

Dengan ragu-ragu, aku meraih tangannya. Dan sang raja membawa aku keluar dari ruang singgasana menuju ruangan lain.

Terjemahan

Maiestate, ți-am adus-o pe nepoata ta acasă: Yang Mulia, saya telah membawa cucu anda pulang

mi pare rău maiestatea: Maafkan saya, Yang Mulia

Aceasta este nepoata mea!: Itu baru cucuku!

Maiestatea: Yang Mulia

Daoist479723creators' thoughts
Chương tiếp theo