webnovel

Insiden di Toilet Perempuan

Fruit 18: Insiden di Toilet Perempuan

Bahkan, saat Andrea sedang di toilet perempuan di sekolah, ia kesusahan menyalakan kran air.

Padahal itu kran baru saja digunakan oleh beberapa siswi lainnya saat Andrea masuk ke ruang itu. Lalu kenapa ketika giliran Andrea yang pakai justru macet?

"Duuhh, ini gimana, sih? Padahal tangan dah belepot tanah gini," keluh Andrea. Saat itu beberapa kelas tingkat 2 disuruh untuk membersihkan halaman sekolah.

Ini memang hal yang menyebalkan bagi para murid. Seakan ini adalah kerja rodi bagi mereka. Memangnya sekolah tak kuat membayar jasa tukang kebun?

Sedang kesal-kesalnya akibat kran yang tiba-tiba macet, tak dinyana air memuncrat begitu saja derasnya dari kran dengan arah muncratan yang tak lazim.

Tapi Andrea sudah tak menggubris keanehan itu, karena ia justru sibuk menghalau air dengan menggunakan tangan kiri dan menutupi wajahnya dari air yang keluar secara aneh itu memakai tangan kanan.

Akibatnya, seragam Andrea basah kuyup di bagian depan. Dan secara ajaib pula, keran itu berhenti memuntahkan airnya.

"Arrghh~ shit!!" Andrea mengumpat kesal. Apalagi dia hanya sendirian saja di kamar mandi. Ia tak mungkin keluar menemui Shelly atau siapapun, karena bra-nya tercetak jelas di balik seragam putih basahnya seragam. Meski dadanya kategori rata, tapi tetap saja dia tak sudi siapapun melihat dadanya. "Duuhh... gimana, nih? Sialan! Kran sialan!"

Dia sempat beranggapan toilet ini berhantu, sehingga saat ini dia sedang dikerjai hantu iseng yang biasa ngendon di toilet sekolah.

Namun, berhubung Andrea tidak begitu gentar dengan namanya hantu, dia justru kesal.

Sekarang, yang ada di pikirannya hanyalah... bagaimana agar seragam putihnya kering dan dia bisa leluasa keluar dari toilet ini!

Terpaksa ia menggunakan heat blower—alat untuk mengeringkan tangan—yang ada di dekat wastafel cuci, dengan cara melepas dahulu seragamnya dan diarahkan di bawah blower tersebut.

Sayangnya, bel pulang lebih dahulu berbunyi sebelum Andrea merampungkan acara pengeringan tadi.

"SHIT!!! BANGKEEEE!!!"

CROOTTT!!!

Kembali kran air tadi menyemburkan air kemana-mana, membuat gadis tomboy yang sedang memuncak kesalnya itu sampai menjerit-jerit antara kaget, kesal, geram dan ingin menangis. Seragam yang sudah hampir kering, kini musti basah kuyup kembali.

BRAK!!

"Andrea?!"

Yang empunya nama seketika menoleh ke sumber suara dari pintu yang terbuka. Tampak wajah Kenzo yang kaget, tidak mengira akan menjumpai Andrea dalam kondisi yang berantakan begitu.

Kenzo yang melihat keran yang terasa janggal pada arah muncratannya, segera paham. Dengan satu lirikan tajam, kran itu langsung berhenti menyembur ganas.

Lagi-lagi ulah Dante. Kenzo langsung mengetahuinya karena aura kekuatan yang menguasai kran memang berasal dari Dante. Tidak salah lagi. Ia mencari Dante dengan indera pelacaknya, namun si bajingan Nephilim itu sudah jauh dari jangkauan Kenzo. Pria itu hanya bisa menahan geram.

"Pada nyariin kamu, loh. Shelly kuatir, tuh." Ia mendekat ke Andrea yang basah kuyup.

"Ja-jangan ke sini!" Tanpa menunggu banyak menit berlalu, begitu melihat Kenzo masuk mendobrak ke toilet tersebut, Andrea lekas masuk ke salah satu bilik di situ. Ia malu berat terlihat nyaris telanjang dada di depan Kenzo meski masih memakai seragam.

"Andrea?" panggil Kenzo sembari mengetuk pintu bilik. "Kenapa malah masuk situ? Keluar, gih, ini udah waktunya pulang." Ia membujuk.

"Gue tau!! Lo... lo gak usah cerewet!" seru Andrea dari dalam bilik. Wajahnya masih merah padam menahan malu tak terkira. Ini benar-benar mencoreng harga dirinya!

Tapi memangnya apa yang bisa dilakukan Andrea? Dia dalam keadaan sulit saat ini. Dan memang membutuhkan pertolongan.

"Apa kamu mau di situ terus? Ini bentar lagi sepi, loh. Ayo dong keluar, Ndrea," bujuk Kenzo, belum menyerah. Apalagi ia lihat Andrea basah kuyup dari kepala sampai perut, bukankah itu bisa memicu demam nantinya jika dibiarkan begitu saja?

"Udah, lo buruan panggilin aja Shelly ke sini! Sekalian suruh dia bawa jaket atau baju ekstra buat gue." Nalar Andrea pun bekerja. Tak mungkin ia rela keluar selama Kenzo masih ada di sana.

"Ohh, jadi kamu masuk situ karena malu baju seragammu basah, yah?" Kenzo masih sempat-sempatnya menggoda. Ia mendengus geli.

Baginya, tubuh perempuan mana yang belum dilihat Kenzo seumur hidupnya? Dia sudah sangat berpengalaman dengan segala jenis tubuh perempuan.

Tapi sikap Andrea yang malu berat begitu justru terlihat imut di mata Kenzo.

Baru kali ini dia mendapati perempuan yang tidak goyah melihat penampilannya.

"Di-diam, brengsek!"

"Humm, kalo soal jaket sih, aku lagi pake, nih. Keluar gih, aku pinjemin jaketku."

"Ogah!"

"Andrea~ Kenapa sih kamu keras kepala banget sewaktu ada orang yang pengin bantu kamu?"

"..."

"Kalo aku nyariin Shelly, bakalan lama, Ndrea. Keburu kamu ada apa-apa di sini, atau bisa-bisa dikunciin nih pintu ama pak penjaga, loh."

"....."

"Andrea? Ndrea?"

Kenzo masih menunggu di depan pintu bilik toilet, berharap Andrea sudi memunculkan dirinya agar tidak sakit karena basah kuyup.

Satu menit... dua menit... tiga me—

"Iya... iya! Sini buruan jaket lo!!" Tak lama pintu bilik terbuka sedikit dan tangan kurus Andrea muncul dari celah tersebut meminta jaket yang dijanjikan tuan oriental.

"Nah gitu, dong, kasian Shelly kalo kelamaan nyari-nyari kamu." Kenzo melepas jaketnya dan memberikan ke gadis tomboy yang sepertinya agak 'tsundere'.

Andrea lekas merenggut jaket di tangan Kenzo dan memakainya secepat mungkin, lalu keluar dari bilik dengan sikap ragu-ragu. Wajahnya masih memerah. Sungguh terlihat manis dan imut, tidak seperti biasanya yang tampak keras dan susah didekati.

"Apa lo? Gak usah cengar-cengir alay!" hardik Andrea disertai muka merona, masih saja tak terima Kenzo sempat melihat dadanya yang hanya berhias bra basah tadi. Andai dia punya ilmu untuk bisa menghilangkan memori orang lain, dia takkan segan-segan menggunakannya ke Kenzo.

Kenzo hanya mendengus geli menanggapi sikap Andrea.

Keduanya pun keluar dari toilet khusus perempuan dan berjalan bersama ke arah kelas mereka, di mana akhirnya bertemu dengan Shelly yang menampakkan raut cemas.

"Ndre, kamu tuh di mana, sih? Dari tadi aku cariin. Aku cemas, tauk!" Shelly langsung meraih tubuh sahabatnya, dan menyadari bahwa Andrea memakai jaket milik Kenzo. "Kok basah kuyup? Mukamu juga pucat."

"Nanti aja aku ceritain di rumah, beb," lirih Andrea.

"Hu-um." Shelly mengangguk setuju dan mengucap terima kasih ke Kenzo yang lagi-lagi sudah menjadi white knight bagi sahabatnya.

Setelah itu, mobil membawa kedua gadis itu ke arah rumah Shelly. Andrea sudah mandi berendam air hangat dan sudah disiapkan minuman teh hangat bercampur irisan jahe agar tidak sampai masuk angin.

Perlakuan Shelly pada sang sahabat memang tak perlu diragukan. Dia selalu habis-habisan untuk urusan memperhatikan Andrea.

Saat ini, setelah Andrea selesai mandi dan sedang khidmat menyeruput teh jahe hangatnya, mereka duduk di sofa pink di kamar Shelly.

"Gak mungkin, Ndre!"

"Tapi emang gitu kejadiannya, beb!"

"Kok bisa?!"

"Mana kutahu."

"Hghh~ ya sudah, kamu makan dulu tuh sop anget yang udah dibikinin Mbok Nah, biar gak masuk angin."

"Iya, iya beb."

Dan Andrea memulai acara makannya di rumah Shelly.

Hari ini hari yang melelahkan bagi Andrea. Cobaan dan bencana tak enak seolah terus menguntitnya kemanapun ia melangkah.

Apa dia pembawa sial seperti yang dituduhkan warga desanya dulu? Masih jelas teringat bagaimana dulu dia dihardik dan dikatakan pembawa sial oleh seluruh warga desa.

Tiba-tiba terngiang ucapan Kenzo mengenai ia yang akan jadi penjaga atau pengawal bagi dirinya. Yang benar saja, batin Andrea.

Walau ia tak habis pikir dengan berbagai insiden yang aneh menerpa dirinya, tapi ia tak mau menerima tawaran Kenzo.

Lalu, apa tujuan Dante melakukan itu semua ke Andrea? Apakah Dante tak mau berhenti mengganggu sang gadis?

Mau sampai kapan dia mengerjai nona tomboy itu? Memangnya ada dendam apa antara kaumnya dengan kaum Andrea?

Lalu, apa nanti yang bakal diperbuat Kenzo? Kapan ia bisa berbicara blak-blakan mengenai identitas sebenarnya mengenai Andrea di depan gadis itu?

Semua itu masih menjadi gumpalan misteri bagi Andrea.

Chương tiếp theo