webnovel

SI MEMBOSANKAN YANG MENARIK (1)

Ding!

Suara pemberitahuan sebuah pesan masuk. Alaska sekilas melirik kearah ponsel genggam miliknya yang tergeletak diatas meja kerja. Selfi mengikuti arah pandangan Alaska dan melihat nama kala tertera pada pesan singkat yang muncul dilayar ponsel milik sahabatnya.

Kala:

What's up?

Bunyi pesan tersebut. Alaska menunggu. Menunggu Selfi bereaksi, namun sahabatnya itu hanya duduk memandangnya dengan tatapan hampa, tatapan yang menyembunyikan sesuatu dan Alaska memutuskan untuk mengkonvrontasi sahabatnya itu dengan cara melakukan apa yang dilarang untuk dia lakukan yaitu menjalin hubungan dengan Kala.

Tanpa memperdulikan selfi yang terlihat tidak nyaman dengan fakta bahwa Kala menghubungi Sahabatnya tersebut, Alaska menyambar ponselnya dan mengetik jawaban singkat.

Alaska:

Working.

Setelah mengirim pesan singkat itu, Aalska memasang ekspresi pongah yang mampu dia tunjukan pada salah satu sahabat baiknya itu. Sembari melipat kedua tangannya didepan dada, Alaska menatap Selfi dan menuntut penjelasan lebih lanjut. Namun, alih-alih memberikan penjelasan yang Alask mau, Selfi hanya tersenyum simpul dan menepuk pundak Alaska dan beranjak pergi.

"That's it? I think I deserve more explenation"

Selfi berhenti dan berkata tanpa menoleh "tidak ada yang perlu dijelaskan. Jika kamu pikir apa yang kamu lakukan sekarang itu benar, maka lakukanlah. Ikuti kata hatimu Alasci. Aku hanya ingin kamu bahagia"

"Is he really a douche?"

Sebuah pertanyaan lain yang terlontar berkat ketidak tahuan. Selfi menoleh kearah Alaska yang masih menatapnya dengan intens. "No! He is a great guy. Dia pria yang luar biasa".

" seakan kamu mengenalnya dengan baik, sel."

Alaska terperangah dengan pernyataan sahabatnya itu seakan selfi sudah mengenal Kala dengan baik. Hal itu bukannya tidak mungkin karena Selfi sudah lebih dahulu mengenal Dalilah. Mereka sudah bersahabat sejak sekolah menengah Atas, namun fakta itu tidak mengurangi rasa aneh didalam hatinya.

"Aku berteman dengan Dalilah sejak SMA Alasci. Aku sudah mengenal Kedua Kakaknya."

"Kala dan Kafka"

"Ya, Kala dan Kafka"

Suara Selfi bergetar ketika menyebutkan nama kedua kakak Dalilah.

Ding!

Lagi-lagi sebuah pesan dari Kala.

"I should get back to my Room" Selfi pergi meninggalkan ruang kerja Alaska tanpa menoleh.

Kala:

Cold! Kalau mau beli furniture bagus dimana?

Alaska:

Kamu kan orang balikpapan kenapa tanya?

Kala:

It's been long time since the last time I am in town.

Alaska:

Tanya Dalilah. She knows better.

Kala:

Aku kan minta pendapat kamu.

Alaska:

Informa. Ace.

Kala:

Ok.

Alaska memutuskan untuk tidak membalas atau membuka topik pembicaraan lain dengan Kala. Dia merasatidak ada lagi yang perlu diperbincangkan. Lagi pula, meski dia dan Kala telah memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dan "menjadi teman", Alaska tidak melihat dia dan Kala sebagai teman yang cukup dekat hanya untuk sekedar bertukar pesan konyol disela-sela jam kerjanya.

Dia meletakkan kembali ponsel miliknya kedalam tas kerja dan melanjutkan pekerjaan nya yang sudah menunggu. Berusaha memusatkan perhatiannya pada tumpukan berkas dan rencana kegiatan yang harus dia selesaikan, namun otaknya terus memikirkan hal-hal lain. Rentetan kejadian ang terjadi belakangan ini terputar dalam otaknya seperti video montase dan hal itu membuat Alaska tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dia mendengar suara selfi yang bergetar ketika menyebut nama kedua kakak Dalilah. Ada sesuatu yang menggangu pikiran Alaska dan hal itu membuat dia tidak dapat sepenuhnya berkonsentrasi dengan pekerjaan. Dia harus menemukan sobekan halaman pada kisah ini. Kisah yang saat ini menarik Alaska kedalamnya seperti angin puting beliung yang manyapu setiap benda yang ada didepannya. Jika dia ingin keluar dari lingkaran badai ini, dia harus mulai mencari tahu sumbernya. Jika Dalilah dan Selfi memilih untuk menyembunyikannya dari Alaska, maka dia tidak memiliki pilihan lain untuk menggali ditempat lain.

Akhirnya Alaska kembali mengambil ponsel miliknya dari dalam tas kerja. Dia harus menggali informasi dari sumbernya langsung. Sumber pertama dari kekacauan ini: Kala. Oleh karena itu, Alaska harus memulai menjalin persahabatan dan membangun kepercayaan pria itu untuk membuatnya mengungkapkan kebenaran yang ingin diketahui oleh Alaska.

"Apakah sebaiknya aku menawarkan jasa untuk menemaninya berbelanja perabotan?" Batin alaska sambil menimbang-nimbang apa yang harus dia ketik. Tepat ketika Alaska sedang berpikir mengenai alasan ynag tidka terdengar mencurigakan, sebuah pesan masuk dari Kala menjadi penyelamatnya. Seakan semesta membantunya untuk mengungkap misteri ini.

Kala:

Lebih cozy kedai starbuck di Ewalk, pentacity atau Balikpapan Plaza?

Alaska:

I prefer Balikpapan Plaza.

Kala:

Disini enggak ada periplus ya?

Alaska:

Dulu ada books and beyond, tapi sekarang hanya ada Gramedia.

Kala:

Embassy atau le centro?

Alaska:

Enggak pernah ketempat begituan

Kala:

Payah! Anak baik-baik.

Alaska:

Jadi kamu sebetulnya mau kemana? Beli furniture, nongkrong, beli buku, atau dugem?"

Kala:

Kamu mau nya kemana? Setelah pulang kerja, maksudku.

Alaska:

Pulang. Nonton netflix. Tidur.

Kala:

Sounds boring.

Alaska:

Fuck off!

Maafkan penulis karena lama update. Karena penulis sedang sibuk pindahan rumah hehehehe

selflesselficreators' thoughts
Chương tiếp theo