webnovel

PART 16

Pagi yang cerah, Prilly ke dapur membantu ibu mertua memasak. Di dalam rumah itu tinggal seorang ibunya serta pembantu berapa tahun. Ayahnya Aliando tidak di ketahui. Selama ini Aliando tidak pernah menceritakan tentang sosok ayahnya.

"Ma, hari ini mau masak apa?" tanya Prilly di dapur melihat mertua melakukan sesuatu dengan bumbu racikan.

"Eh, nak prilly. Kok di sini. Tidak apa-apa. Kamu istirahat saja, biar mama sama bibi mina di menyiapkan masakannya," jawab Mertua.

"Tapi, kan. Aku juga mau bantu, ma. Bosan di kamar mulu. Mas Lando mesum terus." merenggut Prilly ceplos.

"Hahahaha ... polosnya menantuku satu ini. Kenapa bisa anakku mendapatkan istri selucu ini." ucap Mertuanya masih mengulek sambal.

Prilly pergi dari dapur ke ruang tamu duduk sambil nonton televisi. Sudah lama dia tidak nonton televisi. Tiba di salah satu tempat hiburan di salah satu Bandung. Prilly langsung berdiri masuk ke dalam kamar, mencoba membangunkan Aliando yang masuk terlelap tidur akibat seharian menemani Prilly di rumah sakit.

"Mas, Mas Lando! Bangun, mas. ke Bandung yuk! Mas! Iihh ... Mas!" di guncang kan tubuh Aliando untuk bangun dari mimpi tidur nya.

Aliando malah menggerakkan tubuh arah melawanan. Aliando benar mengantuk banget. Tidak di peduliin Prilly terus membangunkannya. Sampai Prilly harus naik di atas punggung Aliando yang terkurap posisinya.

"Mas! bangun! pergi ke Bandung yuk! banyak pemandangan indah di sana! Mas!" Terus mengguncangkan tubuh Aliando, Aliando masih tetap molor. Benar hari ini dia butuh banyak istirahat cukup.

Satu pukulan di punggung Aliando mendarat. Prilly sudah kehabisan akalnya. Aliando masih tetap diam, pada akhirnya dia memutarkan tubuhnya, sedangkan Prilly masih duduk di atas punggungnya. Wajah berantakan dari Aliando membuat Prilly merenggut cemberut.

"Sayang, morning!" sambut Aliando saat membuka matanya.

Prilly turun dari tempatnya kemudian duduk membelakangi Aliando. Aliando mengkerut kening, dia bangun langsung memeluknya.

"Hei, ada apa, hmm." sapa Aliando mengecupkan leher nya. mengedikan bahu mungkin geli.

"Kamu mau ke Bandung? Gak jadi ke New York?" lanjut Aliando menopang dagu di bahu Prilly.

"Dua - dua nya. Tapi, aku mau ke Bandung dulu, habis itu ke New York." sambung Prilly bersuara.

"Nanti kamu lelah," kata Aliando.

"Siapa bilang lelah, aku sehat kok. Bilang saja pelit," celutuk Prilly menjauhi Aliando lebih memilih tidur.

Aliando menggaruk rambut kepalanya memang lagi gatal belum mandi. Tapi, dia tahu istrinya sedang pengen di manjai.

"Ya sudah, kita pergi ke Bandung. Tapi dua hari saja ya. Aku sudah booking hotel di New York selama sebulan lebih." bujuk Aliando kembali memeluk Prilly dari belakang.

"Benar? tapi, kok dua hari gak seru ah. Mending gak usah pergi. Pergi ke New York saja deh." sahut Prilly iming-iming suara manja.

"ihh... manja banget deh kamu. Kenapa sejak keluar dari rumah sakit, kamu asyik manja terus sih. Pengin coba godai suami ya?" gombal Aliando mulai menjahili istrinya.

"Enak saja, sudah yang mau manja, iih ... mas bau. Mandi sana." di jauhi mukanya dari wajah manis.

"Morning kiss sayang." desak Aliando, "Gak mau!" teriak Prilly.

Ujungnya Prilly turun dari tempat ranjangnya memilih untuk keluar.

****

Di sisi lain, Jo sedang menangani Irwan si penjara. Di sana Irwan masih tidak ingin di besuk. Dia sedang dalam rada emosional. Saat polisi mengejarnya atas pelarian dari kontrakan, kondisi kakinya tertembak tengah melawan aparat.

Tangannya di bogol agar tidak sembarang menyakiti orang lain. Selama kasus tentang dirinya buronan atas pengendalian narkoba di salah satu tempat Jakarta. Dia melarikan diri memerkosa seorang wanita di kontrakannya. Tanah ilegal milik keluarganya telah di amankan. Orang tua nya telah di rawat untuk kesembuhan penganiayaan.

Beberapa kasus yang di dapat, Prilly adalah adik korban ke tiga dari kasus Irwan. Semua berawal Irwan yang melakukan tindakan kriminal dengan menganiaya orang tua melakukan seperti binatang, demi sebuah kekayaan Irwan terobsesi dengan obat-obatan hingga hutang semakin banyak, membuat dirinya rela menjualkan Prilly dari juragan kakek-kakek di kampungnya. Namun Prilly tidak menyetujui lebih memilih kabur dari rumah itu. dan terjebak di bandara dengan cara menuduh sembarang seorang Pilot. Pada akhirnya Prilly bertemu Aliando yang pada umumnya seorang gay.

"Jo, kondisi bang Irwan bagaimana?" tanya Nita masih tetap mendampingi Jo.

"Masih di tangani oleh dokter kejiwaan. Semoga kasus yang dia lakukan bisa terlewatkan." jawab Jo menunggu hasil pemeriksaan.

Di dalam tahanan rawat, Irwan terus teriak histeris. Namun, dokter dan perawat masih berusaha untuk permasalahan ini. Irwan mengalami fisik kejiwaan parah.

****

Kembali di kediaman Syarief Putra. Prilly tengah duduk di taman belakang halaman rumah. Sambil memainkan permainan hayday nya itu. Aliando yang dari tadi mencari sosok istri labilnya di dalam rumah. Ibunya sedang keluar ada arisan para ibu ibu di rumah temannya.

Di sana Aliando menemukannya, dengan seru permainan sehingga Prilly tidak menyadarinya.

"Ihhh... mas... jorok!" ucap Prilly menjauhi wajah Aliando dari lehernya.

"Seru banget mainnya." sahut Aliando duduk di sebelahnya.

"Iya, ini aku sulit dapatin bautnya untuk bangun rumah. Daritadi aku cari di koran sampai masuk ke tempat orang lain, di jual sama orang lain," omel Prilly sambil main tanpa menoleh.

"Beli saja langsung pakai belian," kata Aliando.

"Jangan mas, sayang kalau beli. Beli sesuai di koin saja. Ini ternak aku kelaparan,"omelnya lagi.

Prilly menutup ponsel permainan itu, kemudian Aliando duduk sambil menatap ayunan itu. Ayunan yang di gantung di pohon itu sudah berkarat tidak terpakai lagi. Dia sudah lama tidak berkunjung ke rumah ini sejak dia bertugas menjadi kapten pilot.

"Mas, ada apa?" tanya Prilly ikut menatap arah ayunan berkarat dan kayu yang sudah mulai rapuh.

"Mas, aku boleh tanya?" lanjut Prilly sekarang nada lebih lembut dan halus.

"Ya"

"Ayah, mas di mana? Kenapa di hari pernikahan kita tiga bulan yang lalu. Aku tidak lihat ayah, mas?" kata Prilly bertanya.

"Dia sudah menikah dengan perselingkuhannya," jawabnya langsung.

"Maaf, bukan maksud untuk mengungkitnya. Setidaknya mas masih berkomunikasi dengannya kan?" ucap Prilly bertanya lagi. Sejak kapan sih kepo banget.

"Tidak apa-apa. Kamu seharusnya harus tahu, tidak menceritakan seluruh keluargaku." katanya senyum mengusap rambut Prilly.

"Karena itu, mas benci sama wanita sehingga mas melakukan hubungan seksual sesama jenis?" lirik Prilly menatapnya.

"Tidak, siapa bilang. Setelah ayahku berselingkuh. Aku pernah berhubungan dengan wanita lain sebelum Andy," elak Aliando untuk mengungkap kejujuran.

"Jadi aku wanita kedua mas? Bukan wanita pertama dong? Mas, bilang hanya aku wanita satu-satunya membuat mas luluh padaku." cemberut Prilly merasa di bohongi.

"Tidak! Mas tidak bilang begitu. Mas memang akui salah tidak sepenuhnya menceritakan padamu. Kamu sendiri tidak bertanya. Kenapa mas harus di salahkan??" balas Aliando membela diri

"Mas, jahat! huwaaaa...." Suara tangisan keluar dari mulut Prilly. Aliando jadi bingung dengan tingkah istrinya.

****

Prilly masih menangis gara sang suami. Aliando ambil ice cream di kulkas kemudian berikan pada Prilly. Prilly langsung terdiam.

"Kok ada es krim?" tanya Prilly curiga.

"Semalam aku suruh bibi Mina beli," jawabnya

"Tahu saja ya, kalau aku nangis di sogok pakai es krim," sindir nya kemudian.

"Tahu dong, kesukaan istri sendiri masa gak tau," ujarnya, Prilly cengiran.

Menunggu, Prilly habiskan es krimnya, ponsel Aliando berdering.

"Ya halo." Sambutnya.

"_______"

"Benarkah? Baiklah, aku akan ke sana sekarang." katanya menutup teleponnya.

"Dari siapa, mas?" kepo Prilly

"Dari Jo, hasil rawat orang tuamu sudah selesai. Mereka ingin jumpa denganmu." ucapnya, ekspresi wajahnya berubah seketika.

"Aku tidak mau ke sana. Mas pergi saja," kata Prilly datar.

"Loh, kenapa? Kamu gak rindu sama ayah dan ibu kamu. Mereka cuma ingin minta maaf," tercenungnya.

"Tapi..."

Aliando tetap bersih keras mengajak Prilly bertemu dengan orang tuanya. Dalam perjalanan Prilly lebih banyak diam, di rumah kencana harapan. Jo dan Nita telah menunggu mereka di luar. Setelah sampai, Aliando membuka pintu untuk Prilly. Prilly engan untuk keluar kalau tidak terusan di paksa sama suaminya.

Di dalam ruang rawat, sepasang suami istri tengah duduk di kursi roda. Seorang perawat menjaganya. Luka memar di pria paruh baya itu penuh dengan luka bakar, sedangkan wanita paruh baya itu penuh luka di bagian kakinya akibat tusukan benda tajam.

Prilly yang berada di luar kamar rawat itu bisa dengan jelas pada pandangannya. Tubuh mereka lemah, tidak berdaya. Aliando mendampingi Prilly untuk ikut masuk ke dalam. Tetap Prilly tidak maju satu langkah pun.

Dia juga rindu pada ibunda dan ayahandanya. Jika bukan paksaan dari mereka tega menjual dirinya dengan tukar tanah pada juragan kakek-kakek. Tentu Prilly tidak akan sebenci ini pada mereka. Kejadian menimpa beberapa Minggu kemarin, mendengar penjelasan mereka harus mengikuti perintah dari Irwan.

Agar Prilly menyetujui pertukaran tanah dengannya.

wanita paruh baya itu menoleh arah depan pintu, menatap wajah Prilly yang masih mematung di sana. Tetesan air mata jatuh di wajah kulit keriput. Tatapan penyesalan tega mengorbankan anaknya demi obsesi kekayaan anak tertuanya.

Kedua mata Prilly samar-samar akibat air matanya yang mulai jatuh. Satu kedipan telah bebas butiran bening jatuh di permukaan wajahnya. Prilly masuk lari kecil bersujud mencium kaki ibundanya. Ibundanya bisa menangis tanpa adanya suara.

"Bu, maafin adek... hiks... adek nakal tinggali ibu sama bapak... hiks..." ucap Prilly, Aliando membantunya bangun kan dirinya.

"Ibu juga minta maaf ya, nak. Ibu tidak bermaksud menjual kamu," respon Ibundanya ikut menangis. Prilly memeluk ibunya.

Cukup lama terharu di dalam ruang rawat. Prilly hampir lupa memperkenalkan Aliando pada ibundanya. Prilly menghapus air matanya.

"Bu, kenalin ini Mas Lando. Suami adek, ganteng kan?" Aliando menyalami ibu mertuanya. Ibundanya mengusap rambut Aliando.

"Ganteng." nyahut Ibundanya. Prilly tersenyum bahagia.

***

Sebulan telah berlalu...

Suasana di rumah keluarga Syarief Putra, sangat ramai. Ada orang tua Prilly sedang, ibunda Aliando, bibi mina, Jo, Nita.

Suasana semakin membahagiakan, Prilly dan Aliando baru saja akan berbulan madu di New York. Hari yang di tunggu akhirnya datang juga. Selama kesembuhan orangtuanya Prilly, Prilly semakin manja pada ibundanya.

"Bu, ma, pa, adek pergi dulu." pamit Prilly pada keluarga besarnya.

"Hati-hati ya." balas Ibundanya.

Di dalam pesawat yang sudah lama di tunggu oleh Prilly akhirnya terwujud juga. Aliando cuti panjang demi istri tercintanya. Pramugari di sana asyik senyam senyum pada Aliando. Prilly tidak suka sama Pramugari yang curi perhatian sama Aliando.

Selama perjalanan menuju negara tetangga, Prilly asyik diam tanpa berbicara. Saat ini dia lagi sebal sama pramugari yang asyik caper sama suaminya. Ya dia tahu suaminya Captain pilot, paling ganteng, tinggi, dikagumi semua hawa. tapi, ada istri tercinta n terus mendampingi masa gak terlihat sih.Sampai di hotel berbintang lima, Prilly langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Aliando memasukkan koper.

"Capeknya...!!!" sorak Prilly melentangkan tangannya lebar-lebar.

Aliando menyusul menatap wajah Prilly lekat-lekat. Prilly menatapnya bingung.

"Ada apa, mas?" tanyanya

"Kamu cemburu ya, tadi?" tebak Aliando.

"Hah? gak?" elaknya.

"Masa sih, gak? Daritadi diam di pesawat." sindir Aliando.

"Iya, aku cemburu sama pramugari itu. Kecentilan nyuri perhatian sama mas. Padahal ada aku di sebelah mas. Mas malah balas senyuman padanya." merenggut cemberut si Prilly.

"Dia kan rekan kerja, mas. Harus senyum dong. Kalau gak di balas, di katain sombong lagi." ucap Aliando.

Prilly mencibir bibir muncung maju. Aliando menciumnya langsung, membuat Prilly melotot. Aliando senyum di cium lagi.

"Mas!"

"Ihh..." di geritik langsung perut Aliando membuat Aliando sulit mencium istrinya. Aliando terbaring di sebelahnya merasa geli geritikan dari Prilly. Prilly bangun saking seru dia tidak tahu kalau Aliando mengerjainya. Lalu di tangkap tubuhnya dalam dekapan.

"Kena?!" giliran Aliando mengeritik Prilly. Prilly seperti cacing kepanasan untuk menghindari dari serangan Aliando.

"HAHAHAHAHAHA, geli mas... hahhahaha...," tawa Prilly tidak tahan sama geritikan dari suami.

"Sudaaahhhh!!!" pekik Prilly. Membuat Aliando berhenti. Senang banget kerjain istrinya ini. Prilly mengatur nafasnya, sekarang wajahnya memerah akibat tertawa terus.

"Mau lagi?" ucap Aliando, Prilly menggeleng kepala. Dia sudah tidak kuat lagi.

"Ya sudah, ayo mandi bersama." ajak Aliando.

"Gak, mas mandi saja dulu. Perut ku lagi sakit. Sepertinya aku di datangi bulan." balas Prilly memegang perutnya. Aliando mengkerut kening.

"Hah? di datangi bulan? Apa itu?" tanyanya bingung.

"Artinya aku lagi menstruasi, mas!" jawab Prilly geram.

"Oh... Jadi gak bisa ena-ena dong?" kecewa Aliando mendengar istrinya menstruasi.

"Puasa dulu. Biar dapat pahala lebih banyak." tutur Prilly, waktunya dia ingin tidur. Aliando masih belum mengerti, sensitif jika menstruasi.

Chương tiếp theo