Saat mereka tiba di Rumah Sakit, di ruang tunggu poli sudah penuh antrian. Melihat banyaknya antrian Marco mengerutkan kening.
"tunggu di sini, aku akan menelpon sebentar"
"oke"
Chloe duduk dalam antrian, sedang Marco keluar untuk menelpon. Chloe mengamati sekelilingnya, suasana seperti ini rasanya akrab di dalam benaknya. Karena kondisi kesehatan ayahnya yang menurun bebeberapa tahun terakhir Chloe dan ibunya selalu menemani ayahnya untuk memeriksa kondisinya di rumah sakit. Saat duduk di dalam antrian seperti ini Chloe senang mengamati orang-orang di sekelilingnya. Saat melihat mereka Chloe merasa bahwa pepatah yang mengatakan 'sehat itu mahal harganya', uang sebanyak apa pun tidak bisa di bandingkan dengan tubuh yang sehat.
"ayo dokter Hartanto sudah menunggu kita"
Chloe mendongak melihat tubuh Marco yang menjulang di depannya
"jadi kamu barusan telpon dokter hartanto ?"
"hmmm..."
Chloe berdiri dan mengikuti Marco menuju ruangan dokter Hartanto. Karna secara fisik Chloe tidak ada keluhan jadi mereka hanya butuh waktu tiga puluh menit. Setelah keluar dari ruangan dokter Hartanto mereka langsung menuju tempat parkir dan masuk ke mobil
"waktu masih pagi, aku sudah minta ijin sama bos hari ini gak masuk, jadi kamu bisa mengantarku ke restoran terus kamu bisa ngantor" kata Chloe sambil memasang sabuk pengaman.
"hmmm..." gumam Marco tanpa menoleh
"kamu siluman harimau ya ?" tanya Chloe agak jengkel
"hah ?"
"tiap kali di ajak bicara kami selalu menggeram, pantas saja kalau tidak ada perempuan yang mau sama kamu, soalnya susah di ajak komunikasi" cela Chloe
"memangnya kamu bukan perempuan ?" tanya Marco sambil melirik Chloe.
Chloe diam tidak tau harus menjawab apa, Marco tersenyum melihat istrinya diam.
Mobil hampir keluar dari halaman rumah sakit, jalanan di depan rumah sakit agak macet karena di ujung jalan ada lampu merah, kebetulan lampu lalin berwarna merah. Sebuah mobil Fortuner hitam berhenti tepat di depan mereka. Chloe yang kehabisan kata-kata menatap kosong ke depan, Fortuner di depannya menggulung naik kaca jendela, Chloe menatap orang di balik kaca dengan mata nyalang penuh kerinduan
"itu...itu dia" katanya pelan
Chloe melepaskan sabuk pengaman dan mendorong pintu mobil
"apa yang kamu lakukan ?" Marco melotot, untung refleksnya cepat, dia mengerem mobil yang sudah mulai berjalan saat Chloe mendorong pintu dan melompat keluar
Chloe berlari ke jalan sambil berteriak
"ANDREW......." namun karna lampu sudah berubah hijau Fortuner itu sudah melesat.
Chloe berbalik masuk ke dalam mobil
"cepat kejar mobil itu ?" katanya gelisah. Marco tidak bergeming "kenapa diam ? cepat" Chloe semakin gelisah "MARCO"
Din Din Din
mobil di belakang mereka mulai membunyikan klakson. Marco menyalakan mesin mobil dan pelan-pelan keluar dari rumah sakit lalu mereka berhenti di lampu merah. Chloe mengeluarkan ponselnya, menelusuri nomor kontak dan
"brak"
dia melemparkan ponsel ke dalam dasboard, marah
"siapa dia ?" tanya Marco dingin
"dia.....dia...." Chloe tergagap dan menatap Marco dengan mata bingung.
Lampu hijau menyala, Marco melaju menuju restoran keluarga Chloe.
Sepanjang perjalan menuju restoran mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, begitu mobil berhenti Chloe langsung turun dan masuk ke dalam restoran.
Marco menatap Chloe sampai dia masuk ke dalam restoran lalu dia melaju meninggalkan restoran.
🍒🍒🍒🍒🍒
Marco keluar dari lift berjalan menuju ruangannya, saat melewati meja sekretaris Yola terkejut melihat bosnya
"bukannya bapak bilang gak masuk ?"
Yola melihat bosnya mengenakan baju kasual, ini bukan gayanya tapi bos kelihatan lebih tampan dan lebih muda dengan pakaian ini.
Marco tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya, bahkan tidak meliriknya, dia masuk ke ruangannya dan menutup pintu dengan kasar.
Tok Tok Tok
Tok Tok Tok
Yola mengetuk pintu berulang, dia tidak berani menerobos masuk ruangan bosnya tanpa mengetuk saat suasana hatinya sedang tidak baik seperti saat ini,
Tok tok tok
"MASUK" teriak Marco tidak sabar
"pak..." Yola ragu-ragu "ini dokumen perjanjian kerjasama dengan ...."
"letakkan di meja" potong Marco tanpa mengalihkan mata dari komputer
"malam ini ada undangan pembukaan hotel Riveria"
"kamu saja yang pergi....ada yang lain ?"
"tidak ada"
"hmmm..."
Yola berjalan keluar, saat dia sampai di pintu Marco memanggil
"hari ini siapa saja yang mau ketemu denganku bilang aku tidak ada"
"eh..iya pak"
Yola menutup pintu, kembali ke tempatnya dan mengeryitkan kening.
Hari ini bos bertingkah aneh. Dia datang dengan pakaian kasual, muka masam dan tidak mau menemui siapa pun padahal dia ada di kantor. Hmmmm kenapa tingkahnya bos kayak orang lagi ngambek ya, jangan-jangan bos lagi berantem sama pacarnya, eh tapi bos kan gak punya pacar ?.
Marco berhenti mengetik, dia bersandar di kursinya dan mendesah, dia memijat pelipisnya. Lalu dia mengeluarkan kotak beludru dari laci mejanya, cincin pernikahan yang terukir nama Chloe ada di dalamnya. Marco mengambil cincin itu dan mengenakannya di jari manisnya. Dia mengelus cincin dan melamun. Marco jarang mengenakan cincin ini, dia hanya memakainya saat berkunjung ke rumah keluarga. Memang pernikahan mereka sah di depan agama dan negara, tapi pernikahan mereka sejak awal hanya pura-pura, tidak ada dasar cinta, mereka menikah karna simbiosis mutualisme. Bagi Chloe pernikahan ini hanya untuk membuat keluarganya tidak lagi mengkhawatirkan dirinya yang mengalami patah hati karna di tinggal tunangannya. Bagi Marco pernikahan ini untuk menghentikan desakan mamanya memberikan lebih banyak lagi gadis untuk kencan buta. Meski mereka menikah tapi sesuai perjanjian mereka tidak akan tinggal satu kamar, tidak ada kontak fisik dan tidak mencampuri urusan masing-masing. Mereka hanya bersikap manis layaknya suamu istri hanya di depan keluarga. Itu juga alasan kenapa pernikahan mereka hanya di ketahui oleh keluarga dekat dan teman-teman kerja Chloe, para pegawai di kantor Marco tidak ada yang tau hubungan antara bos mereka dengan barista di lantai dasar.
Entah kenapa hari ini Marco merasa marah pada Chloe. Dia ingat saat Chloe melompat dari mobil dan mengejar Fortuner yang melintas sambil berteriak memanggil nama tunangannya membuat darahnya mendidih.
Dia hanya mantan tunangan yang sudah mencampakkannya. Kenapa dia tidak mengingat saat mantan tunangannya mencampakkannya, dia justru mengingat bahwa mereka masih bertunangan. Apakah karna Chloe masih mencintainya, jadi alam bawah sadarnya menolak putusnya hubungan mereka. Sedalam itukah cintanya pada mantan tunangannya.
Marco merasa cemburu dengan tatapan kerinduan Chloe pada mantan tunangannya. Tunggu dia cemburu ? hah apa artinya ini ? apakah dia jatuh cinta pada istrinya ?
🍒🍒🍒🍒🍒
Chloe duduk di sudut restoran, bersila di atas kursi dan mengaduk-aduk minuman di depannya, menggigit sedotan tanpa mengisap minumannya. Matanya tertuju ke pintu, di mana pelanggan keluar masuk.
Dia tidak mungkin salah mengenali Andrew, ya dia sangat mengenal Andrew, bahkan dari bayangannya saja dia bisa mengenali itu Andrew.
Jadi Andrew ada di kota yang sama dengannya, tapi kenapa dia tidak datang saat dia mengalami kecelakaan ? kenapa dia tidak pernah menghubunginya,
apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun terakhir ? kenapa dia putus dengan Andrew ?
Kepala Chloe sakit memikirkan hubungannya dengan Andrew yang seakan tertutup awan gelap.
"C kenapa kamu cemberut di sudut kayak siput ?" Melinda yang sejak tadi memperhatikan adiknya bersila di sudut restoran akhirnya tidak tahan.
"kak" Chloe mengangkat kepalanya
"kenapa ? dari tadi kakak lihat kamu gak semangat ?" Melinda duduk di depannya "hari ini kamu kontrol kan ? gimana hasilnya ?"
"hasilnya baik, badanku sehat kuat kayak gatotkaca" Melinda terkekeh mendengar jawaban adiknya
"terus kenapa kamu tidak bahagia ? lagi berantem sama suamimu ?"
"eh..." benar juga Chloe lupa sama Marco, tadi kayaknya Marco marah tapi kenapa ? mungkin karna tadi dia mendesaknya untuk mengejar mobil Andrew.
ahh...dia harus minta maaf. Chloe meraba saku celananya, mengaduk-aduk tasnya mencari ponsel, aish....ponselnya ada di mobil Marco, tadi karna marah dia melemparnya ke dasboard.
"cari apa ?" tanya Melinda
"enggak...."Chloe menggelengkan kepala "eh kak.....tadi aku lihat Andrew" Mendengar nama itu tanpa sadar Melinda menjadi was was, dia mengamati ekspresi adiknya
"di mana ?" tanyanya setenang mungkin
"di jalan, pas mau keluar dari rumah sakit"
"lalu ?"
"eenn.....aku cuma lihat dia melintas saja" jawab Chloe sambil menunduk kecewa "kak boleh aku tanya ?"
"ya ?"
"tapi kakak jawab jujur ya, gak boleh ada yang di sembunyikan" Melinda menatap adiknya penuh kekhawatiran
"tergantung pertanyaannya" Chloe cemberut "iya deh kakak usahakan"
"apa yang terjadi dengan pertunanganku tiga tahun lalu ?"
Melinda mendesah mendengar pertanyaan itu. Ini salah satu pertanyaan yang dia dan ibunya hindari saat Chloe bertanya sejak amnesia. Melinda tidak langsung menjawab, dia menatap mata adiknya yang jernih, menunggu jawaban dengan penuh penasaran.
"kak" Chloe mengingatkan, Melinda menarik nafas
"C.....kakak rasa kamu menderita amnesia bukan semata mata karna kecelakaan, kakak rasa karna kamu sendiri yang tidak mau mengingat apa yang terjadi tiga tahun lalu" Melinda menatap langsung ke mata Chloe "C kakak tidak mau mengatakan secara rinci apa yang terjadi dengan pertunanganmu, karna itu bukan hal yang baik untuk di ingat, yang jelas kakak senang saat kamu bisa melupakannya dan memulai lagi kehidupan cintamu dengan Marco" Melinda mengambil nafas "tidak perlu lagi berusaha mengingat penyebab batalnya pertunanganmu dengan Andrew, lebih baik sekarang jalani pernikahanmu dengan bahagia bersama suamimu, ingat ayah selalu bilang tidak semua masa lalu patut untuk di kenang, ada saatnya kita harus melupakan masa lalu untuk membuat kita meraih kebahagiaan"
"tapi aku penasaran kak"
"ingat pepatah, rasa penasaran bisa membunuh kucing"
"hehe....kasihan kucingnya tapi katanya kucing punya sembilan nyawa, jadi gak apa kan kalo di bunuh berkali-kali ?" canda Chloe, Melinda tersenyum
"kamu mau makan apa ?"
"gak usah......tapi boleh gak aku minta di bungkusin makanan buat teman-teman di toko ?" pinta Chloe sambil nyengir
"boleh....kakak akan minta kakak iparmu untuk bikinkan" Melinda berdiri dari tempat duduknya
"eh kak, nanti hari minggu aku mau ajak Virgo jalan-jalan boleh ?"
"tentu, dia pasti senang"