webnovel

Titik Terang

Hatiku rasanya perih sekali mendengar itu, aku masih menetralkan perasaanku dan berusaha menahan agar tidak menangis di depannya. Aku masih terdiam, entahlah rasanya begini amat kisah cintaku. Kapan Allah akan memberiku kebahagiaan? aku berusaha percaya kata-katanya, ya tapi entahlah.

🔹🔹🔹

"Yumna akan mendengarkan"

"Lebih baik ayo ke RS" Aku hanya mengangguk menuruti perintahnya. Tak lama kami sampai di RS, aku masih tidak mengerti mas Arsya membawaku ke sebuah kamar inap.

"Mas ini kamar siapa? siapa yang di rawat?" mas Arsya hanya diam, lalu kemudian membuka pintu kamar tersebut. Ku dapati ada Putri di kamar bersama seorang yang tengah terbaring di ranjang RS. Aku masih tertegun sampai akhirnya ucapan mas Arsya mengagetkan lamunanku.

Putri berbalik dan melangkah menuju kami yang berada di depan pintu.

"Eh sya kenapa? bukankan pemeriksaan sudah tadi ya?" Putri berbicara seolah aku tidak ada bersama mas Arsya.

"Em itu Put" tanpa menunggu mas Arsya, Putri sudah menarik lengan mas Arsya dan membawa ke samping pasien itu. Aku merasa terabaikan, untuk apa aku ada di sana dan untuk apa mas Arsya mengajakku.

Aku lebih memilih pergi dari ruangan itu, melangkahkan kaki menuju lift ke lantai dasar. Saat ini aku berada di lantai terakhir khusus untuk pasien VVIP dan ruang dokter spesialis.

Ting

Pintu lift terbuka, aku akan melangkahkan kakiku dan segera di tarik oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan mas Arsya yang menarik tanganku.

"Kamu mau kemana?"

"Mau pergi"

"Kamu belum mendengar penjelasanku"

"Sudah jelas" jawabku singkat

"Ayo ikut dulu"

"Lepas mas"

"Ayo" tanpa mendengarku mas Arsya menarik tanganku. Kami masuk ke ruang kerjanya. Hening untuj waktu yang lama, tidak ada perbincangan sama sekali.

"Katanya mau jelasin" ucapku kesal

"Pasien itu mamanya Putri, beliau terkena hemofilia. Kebetulan aku yang bertugas sebagai dokternya"

"Oh"

"Awalnya aku mengira Putri kembali, ternyata tanpa aku tahu dia mempunyai kembaran yang tinggal di Singapur bersama papanya. Dan yang kemarin adalah kakak kembarannya"

Aku masih terdiam, tidak menanggapi aku masih belum mengerti.

"Faktanya Putri memang sudah tiada na"

"Terus kalau masih hidup, kamu akan kembali bersamanya? oh atau bisa saja kamu dengan kembarannya, kan wajah mereka sama"

"Enggak na, aku sudah memiliki orang yang berarti di hidupku. Dia yang sudah menyentuh hatiku sejak pertama bertemu, dan setelah sekian lama akhirnya Allah mempertrmukan kita lagi"

"Aku masih belum mengerti"

"Kamu ingat beberapa tahun lalu selalu datang ke stasiun tugu Yogyakarta?"

"Kok mas bisa tahu?"

"Suatu sore kamu pernah terjatuh menabrak seseorang?" Aku masih berfikir, itu sudah terlalu lama dan bagaimana mas Arsya tahu?

"Kamu menunggu seseorang, bahkan setiap senja kamu selalu datang ke stasiun. Suatu sore kamu pernah hampir jatuh di tangga, beruntung ada yang menarikmu" aku masih berfikir, ya sekilas aku mengingat kejadian itu.

(chapter 26)

"Ku perhatikan kamu selalu di sini, dan melamun. Sedang menunggu seseorang?" tanya lelaki itu penasaran.

"Emm iya" jawabku singkat.

"Ooh, tidak ngabarin datang kapan?

"Oh ya, aku . . . " aku mengerutkan alisku, masih mengeja dan mencoba ingat kejadian itu.

"Iya waktu itu, ada yang menolongku namanya Bayu" Yumna masih coba meraba rangkaian kata dan kejadian tersebut, lalu dia tersadar.

"Bayu? mas Arsya? itu mas Arsya?" Yumna tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan alami. Rangkaian kejadian ini, bukan suatu kebetulan. Faktanya tidak ada namanya kebetulan di dunia ini, segala kejadian adalah ketentuanNya.

Mas Arsya hanya tersenyum, menandakan apa yang aku ucapkan benar.

"Mas"

"Iya, aku sudah jatuh hati dengan kamu sejak lama. Jadi jangan marah lagi ya, kamu sudah berhasil membuatku jatuh cinta sejak lama"

"Meskipun mas tahu jika aku di sana untuk menunggu mas Dicky" mas Arsya mengangguk

"Iya meskipun aku tahu kamu di sana menunggu Dicky. Sudah ya, baik baik jangan ngambek lagi" mas Arsya mengangguk sedangkan mataku sudah berkaca-kaca, aku tidak pernah menyangka dan kejadian itu sudah sangat lama.

"Mas Arsya"

'Terima kasih ya Allah, ternyata rencanaMu lebih indah dari yang aku pinta' batinku mengucap syukur.

Tanpa sepengatahuanku perempuan yang bernama Putri kembarannya pun sudah di ruangan bersama kami.

"Maafkan aku, gara-gara aku kalian jadi bertengkar. Awalnya memang betul selain merawat mama aku ingin memisahkan kalian, aku tidak rela jika Arsya tidak melupakan adikku Putri. Aku memanfaatkan wajahku, awalnya aku ingin memisahkan kalian, aku juga yang sudah mengirim foto itu tapi ternyata aku salah. Arsya tidak pernah melupakan Putri tapi dia sangat mencintai calon istrinya, pilihannya tidak salah" ucap perempuan itu

Aku dan mas Arsya masih terdiam.

"Aku sempat sakit hati, adikku ke Singapur dan meninggal tak lama setelah pengobatannya. Dia ke Singapur dekat tekat untuk sembuh. Dia selalu menahanku jika aku akan menghubungi Arsya kala itu, dia tidak ingin Arsya kasihan padanya. Bahkan memutuskan Arsya agar tidak sedih jika dia tidak ada, sampai suatu ketika dia sudah tidak bertahan lagi"

"Aku sadar setelah aku tahu jika dokter yang merawat mama adalah Arsya, bagaimanapun Putri pergi bukan salahnya. Aku sudah ikhlas dengan kepergian adikku, dan kamu sya semoga bahagia ya" lanjut perempuan itu.

"Ah maaf dari tadi aku terlalu banyak bicara, oh ya aku belum memperkenalkan diri. Aku Tiffany Denisha Ranjani, kembaran Putri. Panggil saja Jani"

"Jadi Putri punya kembaran" gumamku

"Yumna, aku tolong bahagiakan Arsya jangan salah paham lagi ya. Maafkan aku"

"Emm iya" perempuan itu memeluku dengan tulus

"Bolehkan aku menganggapmu adikku?"

"Boleh kak"

"Terima kasih, aku pergi dulu ya"

Sepeninggal Jani, kami masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jadi sudah nggak marah kan?" ucap mas Arsya sambil mengacak kerudungku.

Setelah kejadian itu, kami semakin dekat. Faktanya pertengakaran dalam hubungan adalah bumbu yang membuat semakin erat. Mas Arsya akhirnya mau memakan pie yang ku bawakan.

AUTHOR POV

Akhirnya setelah pertengkaran panjang Yumna dan Arsya, mereka semakin dekat. Sebelum ke rumah, mereka ke butik untuk melihat gaun persiapan mereka. Arsya mengantarkan Yumna ke rumah, sedangkan mobilnya dia tinggal di RS.

"Yumna udah ajukan resign mas"

"Kamu yakin?" aku hanya mengangguk, sayang sebenarnya harus meninggalkan kantor. Posisiku sekarang juga tidak harus bekerja shifting, aku di ajukan menjadi HRD di perusahaanku.

Dalam perjalanan akh mengawali pembicaraan.

"Iya mas, Yumna mau fokus ke pernikahan kuta. Nanti kalau udah nikah mau fokus ngurus mas"

"Mas tidak mengekang kamu, lakukan apa yang kamu inginkan. Jika masih mau bekerja tidak papa, jika resign ya alhamdulillah nanti banyak waktu buat mas"

"Haha tadi katanya terserah"

"Ya kan kalau udah ada istri beda"

Setengah jam berlalu, dan mereka sampai di rumah Yumna.

Akhirnya kesalahpahaman berakhir juga. Masih ingat chapter 26? Senja Perpisahan di stasiun Tugu Yogyajarta? Fakta yang tersembunyi Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Lail88creators' thoughts
Chương tiếp theo