Pesan yang ditulis oleh Zhu Haimei di atas kotak obat itu adalah; 'Aku tahu kamu membenciku, tetapi jangan membenci obat-obat ini juga, karena obat-obat ini adalah penyelamat jiwa.'
Sampai sebelum Shen Dongyuan naik ke pesawat, kalimat tersebut terus menggema di benaknya. 'Zhu Haimei benar-benar berbeda dari sebelumnya', pikirnya dalam hati.
Beberapa hari kemudian, Zhu Haimei bekerja di ladang sayur setiap hari. Ia fokus belajar tentang bagaimana cara menanam sayuran kepada Kak Huang. Zhu Haimei juga membeli beberapa benih wortel untuk ditanam.
Kak Huang berkata, "Buat apa kamu menanam ini? Rasanya tidak enak."
Zhu Haimei terkejut mendengar ucapan barusan. "Wortel juga mempunyai sebutan ginseng kecil, karena wortel banyak mengandung kandungan yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, bakpao isi wortel dan telur rasanya juga sangat lezat."
Kak Huang bahkan lebih terkejut setelah mendengar penjelasan Zhu Haimei. "Wortel juga bisa dimasak menjadi isi bakpao?"
"Iya, jika kita memasukkan lebih banyak minyak dan telur ke dalam isiannya, bakpao itu pasti akan menjadi sangat lezat." Jawab Zhu Haimei seraya membersihkan tangannya dari tanah. "Setelah memanen wortel nanti, aku akan mengajarimu cara membuatnya. Tetapi sebagai gantinya, ajari aku juga cara membuat acar sawi putih."
Karena keluarga kak Huang berasal dari daerah timur laut Tiongkok, jadi begitu membicarakan tentang acar sawi putih, kak Huang yang tahu banyak hal mengenai makanan tersebut pun mulai berbicara panjang lebar. Mereka berdua mengobrol dan tertawa hingga tengah hari, lalu membawa Qiang Qiang pulang.
Ketika Zhu Haimei baru saja selesai memasak dan bersiap untuk menyantap makanannya, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Ia pun bergegas membuka pintu, dan ternyata ada seorang prajurit muda yang sedang berdiri di depan pintu. Dengan nafas terengah-engah ia bertanya pada Zhu Haimei. "Apakah anda adalah istri dari Kapten Shen."
Zhu Haimei mengangguk. "Ya, ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Kapten Shen?
Tentara muda itu lalu melambaikan tangannya dengan cepat. "Kakak ipar, jangan berbicara sembarangan. Keluarga di kampung halaman kapten Shen menelepon dan mengatakan bahwa ibu Kapten Shen jatuh dan tidak sadarkan diri. Beliau masih mendapatkan pertolongan di rumah sakit, dan mereka menyuruh Kapten Shen untuk membuat keputusan."
Zhu Haimei tiba-tiba tertegun. Ibu mertuanya jatuh dan masih tak sadarkan diri, tetapi apa maksudnya Shen Dongyuan harus membuat keputusan?
Tentara muda itu lalu memandangnya dengan tatapan heran dan berkata, "Kakak ipar, jangan bersedih. Karena Kapten Shen tidak ada di rumah, bagaimana kalau anda saja yang pulang ke kampung halaman untuk melihatnya?"
Zhu Haimei ingin mengatakan, 'Aku tidak sedih'. Tetapi setelah dipikir-pikir, akan salah jika ia berkata seperti itu. Zhu Haimei lalu segera menjawab, "Apakah kamu mencatat nomor teleponya?'
"Aku mencatatnya."
"Bisakah aku menelepon menggunakan telepon militer?"
Tentara muda itu menjawabnya dengan ragu. "Bagaimana kalau Kakak ipar ikuti aku dulu ke sana? Aku akan meminta izin pada Kolonel (Komandan Batalion) terlebih dahulu."
Meskipun setiap hari Zhu Haimei sudah terbiasa dibangunkan oleh suara yel-yel militer, dan juga sudah terbiasa melihat postur tubuh kuat para prajurit yang ada di tempat latihan, tetapi ia sangat terkejut saat ia datang ke wilayah militer ini untuk pertama kalinya. Suara yel-yel dan suara tentara yang sedang latihan terdengar di mana-mana. Suara itu membuat semangat prajurit menjadi positif dan menggebu-nggebu. Ternyata ini adalah semangat prajurit yang sebenarnya.
Tentara muda itu membawa Zhu Haimei ke sebuah gedung berlantai tiga. Di sana ada dua orang tentara yang memegang senapan sedang berdiri di depan pintu. Zhu Haimei menunggu tentara muda itu di luar, tetapi tatapan matanya terus melihat ke dalam.
Tiba-tiba seorang gadis yang mengenakan atasan berwarna hijau muda keluar dari gedung tersebut.
Gadis itu menggandeng lengan seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam militer dan terlihat sangat bermartabat. Zhu Haimei pun secara spontan mundur. Setelah melihat wajah gadis itu, Zhu Haimei berpikir bahwa gadis itu sangat familiar.
Ia lalu mendengar gadis itu berkata, "Aku tidak peduli. Ketika ia kembali nanti, Ayah harus membiarkanku mewawancarainya." Gadis itu sedang komplain, tetapi nadanya terdengar sedikit manja.
"Ya, aku tahu. Kamu terus membicarakannya sampai telingaku berdenging."
Zhu Haimei tiba-tiba teringat bahwa ia pernah bertemu dengan gadis tersebut. Gadis itu adalah jurnalis yang pernah mengambil foto Shen Dongyuan saat sedang menangkap pencopet. Jika mendengar dari nada bicaranya barusan, apakah ia ingin mewawancarai Shen Dongyuan?
Tentara yang berjaga kemudian tiba-tiba berteriak, "Selamat sore, Perwira Tinggi."
Suara dua prajurit itu mengagetkan Zhu Haimei hingga ia gemetaran. Pria paruh baya itu pun menghentikan langkahnya saat melihat Zhu Haimei, ia mengerutkan keningnya seraya berkata, "Apa yang ia lakukan di sini?"
Pria tua tersebut sedang bertanya kepada dua prajurit yang baru saja menyapanya. Kedua prajurit itu lalu menjawab secara bersamaan. "Kami tidak tahu."
Zhu Haimei tersenyum kecil dan bertanya-tanya apakah ia bisa berbicara dengan jujur dan tegas seperti mereka berdua. Mereka terlihat lucu di depan Zhu Haimei. "Tolong jangan salahkan mereka. Saya di sini ingin meminjam telepon, karena ada sesuatu yang mendesak sedang terjadi di rumah."
Pria paruh bayah tersebut tidak segera merespon ucapan Zhu Haimei, tetapi jurnalis wanita tersebut menunjuk padanya dan berkata, "Apakah kamu adalah istri Shen Dongyuan?"
Zhu Haimei lalu mengangguk. "Ingatanmu benar-benar bagus."
Guan Tongtong pun langsung membelalakkan matanya setelah mendengar jawaban Zhu Haimei barusan. Bukankah kata orang istrinya itu tidak hanya gemuk, tetapi juga jelek dan jorok, serta ucapannya penuh dengan kata-kata buruk? Tetapi begitu ia bertemu langsung dengan Zhu Haimei, perbedaannya sangat jauh.
Meskipun Zhu Haimei tidak langsing dan sedikit gemuk, tetapi ia tidak obesitas seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Wajahnya terlihat biasa saja, tidak jelek. Tubuhnya juga cukup bersih. Dan jika mereka bilang ia jorok, itu terlalu keterlaluan. Akan tetapi, cara orang-orang mendeskripsikan Zhu Haimei terdengar menyenangkan di telinga Guan Tongtong.
Ketika tentara muda yang membawa Zhu Haimei ke sana keluar dari gedung dan melihat pria paruh baya tersebut. Ia mengambil dua langkah untuk mendekatinya dan memberi hormat kepadanya. "Lapor Wakil Komandan Militer Guan, Kolonel Cui mempersilahkan istri Kapten Shen untuk masuk dan melakukan panggilan telepon."
Zhu Haimei lalu terkejut. Tidak heran jurnalis wanita ini bisa keluar-masuk di wilayah militer ini, ternyata ia memiliki hubungan dengan Wakil Komandan Militer di sini. Di Wilayah Militer kota Jiang, Wakil Komandan Militer dianggap sebagai Komandan Kedua yang posisinya lumayan tinggi.
Wakil Komandan Militer Guan lalu melambaikan tangannya. "Pergilah."
Sebelum pergi, Wakil komandan Guan menatap Zhu Haimei dengan penuh arti dan membuat jantung Zhu Haimei berdegup kencang. Apa arti dari tatapannya itu?
Sejujurnya, Zhu Haimei sangat gugup saat menelepon keluarga Shen Dongyuan. Bagaimanapun juga, ia bukanlah sang pemilik tubuh asli. Ia belum pernah berkomunikasi dengan keluarganya untuk waktu yang lama sejak ia terlahir kembali ke sini. Ia hanya mengirim uang atau mengirim barang, dan tidak pernah berkomunikasi secara langsung.
Model telepon yang ada di ruangan tersebut masih berupa telepon model lama yang berwarna abu-abu. Setelah Zhu Haimei memutar nomor teleponnya, terdengar suara seorang wanita yang menjawab. Wanita itu berteriak dengan suara serak. "Mencari siapa?!"
Zhu Haimei tertegun setelah menyadari bahwa itu adalah telepon umum. Ia lalu berkata dengan hati-hati. "Halo, tadi ada seseorang yang menelepon ke nomor ini. Apakah orang itu sudah pergi?"
"Apakah kamu dari wilayah militer?"
"Iya, benar." Zhu Haimei menjawab dengan cepat.
"Ini telepon umum. Aku akan memanggilkan orang yang meneleponmu, teleponlah lagi dalam lima menit."
Zhu Haimei kemudian meletakkan teleponnya dengan canggung, dan berkata kepada prajurit yang berdiri di sampingnya. "Maaf, tunggu sebentar. Ia memintaku untuk menelepon lagi dalam lima menit."
Prajurit muda itu dengan cepat berkata, "Tidak apa-apa, Kakak ipar gunakan saja teleponnya." Kemudian prajurit muda itu berbisik, "Ini adalah kantor kapten Shen. Anda belum pernah ke sini, bukan?"
Zhu Haimei terkejut saat mengetahui bahwa Shen Dongyuan juga memiliki kantor. Ia lalu melihat ke sekeliling. Ada dua sofa tunggal dengan sebuah meja teh di tengah ruangan, dan ada cangkir serta asbak di atasnya. Asbaknya terlihat masih bersih. Selain itu, ada sebuah meja kerja yang warnanya sedikit memudar, dan sebuah kursi dengan warna yang sama di belakangnya. Lemari yang ada di belakang kursi itu diisi penuh dengan amplop arsip. Meja kerjanya tampak rapi dan bersih, dengan sebuah telepon dan sebuah penholder, juga sebuah cangkir teh yang ada di atasnya.
Jarang ada seorang pria yang mejanya sangat bersih seperti ini. Dulu, Zhu Haimei memiliki sekitar dua puluh atau tiga puluh teman kerja laki-laki di perusahaan tempatnya bekerja. Meja kerja mereka sangatlah berantakan, kecuali meja manajernya yang setiap hari memang dibersihkan oleh tukang bersih-bersih.
Zhu Haimei pun tak bisa menahan diri untuk tersenyum saat melihat sekeliling ruang kerja Shen Dongyuan yang rapi. Karakter seseorang bisa dilihat dari meja kerjanya, dan Shen Dongyuan benar-benar orang yang berprinsip dan tidak mudah digoyahkan. Sederhananya, ia adalah orang yang keras kepala.