Song Qingfeng hendak menarik tangannya, tetapi tidak bisa. Ia menundukkan kepalanya dan memperhatikan cara zombie tersebut meraih tangannya. Pemandangan tersebut seolah sudah tak asing lagi baginya.
"Qinna1?!" Song Qingfeng tampak membeku. Apakah zombie bisa melakukan Qinna? 'Apa yang sebenarnya sedang terjadi?' Pikir Song Qingfeng.
Song Qingfeng lalu menendang kedua zombie itu ke udara.
Dan dua zombie itu langsung berteriak kesakitan. "Aduh! Tuan Song, apa kamu tidak bisa lebih lembut sedikit?"
"Ku pikir kita teman!" Ternyata mereka bukan zombie, melainkan Lin Shao dan Xu Luo.
"Apa yang kalian berdua lakukan?" Tanya Song Qingfeng sambil memelototi mereka. "Aku tidak menggunakan banyak Wu Qi ku. Cepat bangun!"
Lin Shao tertawa terbahak-bahak saat ia berdiri sambil melepaskan topengnya. "Bagaimana menurutmu? Topeng zombie kita terlihat asli, kan?"
Xu Luo tertawa lalu berkata, "Kami buru-buru membuatnya jadi tidak terlalu rapi. Kalau kamu melihatnya dari dekat, tepinya masih sedikit kasar."
Song Qingfeng lalu ikut tertawa. "Kalian berdua terlihat seperti badut. Aku tak percaya kalian berpakaian seperti zombie. Aku akan pura-pura tidak mengenal kalian di jalan."
"Bagaimana kalau Tuan Song bergabung dengan pasukan zombie kami?" Tanya Xu Luo sambil menepuk bahu Song Qingfeng dan mengedipkan sebelah matanya.
"Hmm… ." Song Qingfeng berdehem singkat lalu melirik jijik mereka berdua. "Statusku terlalu tinggi untuk menjadi zombie, apakah kalian ingin merendahkanku?"
"Apa masalahnya? Tak akan ada yang bisa mengenalimu dengan topeng ini!" Lin Shao meraih lengan nya dan menariknya ke samping saat tiba-tiba ada beberapa orang muncul dari ujung jalan. "Bukankah itu Xi Qi dan teman-temannya?"
Lin Shao lalu segera mengeluarkan satu topeng zombie lagi dan menyerahkannya ke Song Qingfeng. "Cepat pakai. Buat mereka ketakutan dan merasakan kengerian zombie."
...
Xi Qi, Xi Xiaoyun, Wang Guangyuan serta beberapa siswa lainnya berjalan sambil mendiskusikan tentang Resident Evil dan hukuman sambaran kilat yang pernah terjadi di Warnet Super Internet.
Lalu tiba-tiba mereka melihat seseorang tergeletak di jalan dengan punggung menghadap mereka.
Di bawah pohon besar ada siluet seseorang yang membungkuk, dan di depan mereka juga ada seseorang yang sedang berbaring.
"Apakah mereka terluka?" Karena rasa penasaran, Xi Qi pun berjalan dan menepuk punggung pria yang sedang berbaring di atas tanah tersebut.
Pria itu perlahan berbalik dan menunjukkan wajahnya yang menakutkan.
"AH—!" Xi Pun langsung menjerit. "ZOMBIE!"
"Zombie?!" Xi Qi segera menarik kedua tangannya, karena ia bisa terinfeksi jika diserang oleh zombie. Apalagi di dunia ini tak ada serum darah yang bisa menangkal virus tersebut.
Kemudian ia melihat zombie tersebut perlahan-lahan memutar badannya dan berdiri.
Begitu juga dengan yang pria lainnya, yang ternyata juga zombie!
Tiga zombie itu meraung-raung dan segera menyerbu ke arah mereka.
Meskipun mereka telah membunuh banyak zombie di dalam game, tetapi mereka tidak pernah melakukannya di dunia nyata. Suasana menjadi semakin menakutkan saat Xi Xiaoyun berteriak. Xi Qi lalu meraih tangan kakaknya dan segera kabur.
Wang Guangyuan dan lainnya membeku, tetapi saat melihat Xi Qi berlari, mereka pun ikut berlari tanpa ragu.
"Hahahahaha!" Ketiga zombie tersebut lalu tertawa bahagia.
"Diam! Ada orang yang datang lagi!" Setelah Xi Qi melarikan diri, mereka melihat beberapa orang lain berjalan ke arah mereka.
"Bersiaplah!"
Song Qingfeng merasa malu karena melakukan hal ini, tetapi ia sadar kalau nasi sudah menjadi bubur.
Malam itu gosip tentang hantu bernama zombie yang muncul di jalan dari arah lapangan seni bela diri ke gerbang sekolah pun menyebar luas.
...
Fang Qi akhirnya mendengar kabar dari pemilik toko di samping tempatnya.
Tapi sayangnya itu bukanlah kabar baik.
"Qi, apakah kamu buru-buru ingin menggunakan toko itu?" Tanya bibi Wang yang sebenarnya sudah tahu jawabannya. Fang Qi pasti memang ingin segera menggunakan toko yang ada di sampingnya karena pengunjung di warnetnya semakin banyak. "Sudah lama tidak ada orang yang menginginkan toko itu, tapi hari ini tiba-tiba seseorang sudah membelinya."
"Tak apa." Balas Fang Qi. "Terima kasih banyak, Bibi Wang."
"Tidak perlu." Bibi Wang justru meminta maaf. "Aku juga tak bisa banyak membantu."
Sesaat setelah ia kembali ke dalam warnetnya, Fang Qi merasa bingung.
Sesuatu pasti telah terjadi.
"Sebenarnya siapa yang telah membeli toko itu?"
Saat Fang Qi sedang sibuk berpikir, ada seorang pria yang mengenakan jubah hitam masuk ke dalam warnetnya.
"Maaf, siapa ya?" Sapa Fang Qi lalu orang itu mengeluarkan sebuah surat dari dalam kantongnya.
"Permisi, apakah Anda adalah Tuan Fang Qi?" Tanya pria berbaju hitam itu sambil menyerahkan sebuah surat ke Fang Qi. "Tuanku menyuruh untuk memberikan ini kepada Anda."
"Tuan mu?" Fang Qi bingung ketika mengambil surat itu lalu ia menduga kalau surat ini berhubungan dengan toko sebelah. "Beri tahu pada Tuan mu, saya sangat berterima kasih!"
Fang Qi membuka surat itu dan membaca isi suratnya. [Dimohon agar Tuan Fang bisa datang Besok pukul 7 pagi, di lantai 3 Paviliun Qingfeng dan Mingyue, untuk menghadiri acara minum teh pagi.]
Fang Qi lalu berdiri di pintu toko dan memandang ke langit. "Sepertinya masih ada beberapa orang yang tidak menyerah."
Fang Qi ingat kemarin sebelum ia menutup toko, ia sempat bermain selama 2-3 jam. Sekarang ia sama sekali tak bisa menyentuh komputernya seharian.
Sebelumnya ia memiliki 20 pelanggan, dan sekarang sudah bertambah menjadi 30 pelanggan.
Fang Qi lalu melihat laporan penjualan tiket film, hingga saat ini sudah 32 tiket terjual.
Karena satu orang hanya bisa menonton satu kali, maka warnetnya membutuhkan lebih dari 18 orang pelanggan baru untuk menjual tiket filmnya, agar ia bisa menyelesaikan misinya.
Tapi sekarang ia lebih memikirkan cara untuk memperluas warnetnya.
Sekarang warnetnya tak hanya sangat sesak, tetapi sudah sangat penuh, dan ia membutuhkan lebih banyak ruang.
Keesokan harinya di Paviliun Qingfeng dan Mingyue.
Hanya orang-orang yang berstatus cukup tinggi yang bisa naik ke lantai tiga.
Mereka yang datang ke sini adalah para kultivator, bangsawan dengan pakaian yang elegan, atau para prajurit yang sangat dihormati dengan senjata yang dipenuhi dengan Wu Qi.
Fang Qi telah melihat orang-orang seperti itu sebelumnya, bahkan jika mereka berusaha menyamarkan aura Wu Qi mereka, tetapi orang lain masih bisa merasakan kekuatan yang sangat besar dari mereka.
Ketika Fang Qi naik ke lantai atas, ada dua orang pemuda berbaju biru melewatinya. Dua pemuda itu tak sekuat prajurit lain, tetapi mata mereka memancarkan cahaya dingin yang kuat, dan tubuh mereka memancarkan aura yang unik.
Mereka pasti adalah kultivator.
Dan mereka adalah kultivator yang kuat.
"Dengar-dengar kemarin Xiao Yulu dipukul oleh orang itu."
"Sepertinya begitu, di toko… Super atau entah apa namanya. Padahal dulu Kakeknya sangat kuat, tapi Xiao Yulu justru dipukuli orang. Ia bahkan tak bisa menang saat melawan warga biasa! Aku tak percaya ia masih menganggap dirinya seorang kultivator."
"Ia bahkan meminta bantuan Xu Fuwei."
"Xu Fuwei, kultivator hebat dari sungai Yuan? Padahal itu hanya sebuah toko kecil, tapi mengapa ia membuatnya menjadi masalah besar?"
Kedua kultivator itu berdiskusi sambil berjalan ke atas. Fang Qi yang mendengar percakapan mereka pun mengerutkan alisnya.
"Permisi, apakah Anda Tuan Fang Qi?" Begitu Fang Qi tiba, ada seorang wanita cantik yang mengenakan gaun merah, datang menyambutnya.
Wanita ini tampaknya memiliki Wu Qi yang melimpah. Hal itu menunjukkan kalau semua orang yang berada di lantai tiga bukanlah orang biasa, bahkan pelayannya pun memiliki Wu Qi yang melimpah.
Fang Qi lalu menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan barusan..
"Silakan ikut saya."
Fang Qi pun mengikutinya hingga ke ruangan pribadi yang terletak di ujung utara restoran. Lokasinya jelas terpisah dari ruang lainnya. Hal ini jelas menunjukkan kalau orang yang mengundang Fang Qi berasal dari kalangan atas.
Lorong yang mengarah ke ruang pribadi tersebut, dijaga oleh empat orang prajurit hebat. Mereka melihat ke arah Fang Qi dengan acuh tak acuh dan sedikit arogan.
Itu karena tak ada yang mengerti kenapa orang di dalam ruangan pribadi itu mengundang seorang pemuda biasa.
Ruangan itu luas dan bisa memuat hingga delapan meja, tetapi hanya ada satu meja di samping jendela, dan orang yang duduk di sana bisa melihat kereta yang melewati jalan besar di kota Jiuhua.
Ada beberapa peralatan di atas meja, seperti cangkir, piring, mangkuk, piring kecil, hingga gelas kecil yang terbuat dari perak murni.
Di atas meja tersebut juga terhidang berbagai macam makanan yang masih mengepulkan uap panas. Orang yang mengundang Fang Qi juga sudah datang tepat waktu.
Seorang gadis yang mengenakan gaun putih dengan rambut yang ditata rapi menjadi sanggul, tampak duduk di sisi timur meja. Gadis itu terlihat sangat cantik.
Ia memalingkan wajahnya ke samping dan memancarkan aura Qi yang cukup menawan dan cantik.
Ia duduk di samping jendela dan memandang ke langit seolah ia adalah patung yang terbuat dari es.
Tatapannya lalu mendarat di kerumunan orang yang ada di luar. Meskipun terlihat begitu dingin, tetapi ia akan menunjukkan sedikit aura hangat.
Di belakangnya, berdiri seorang gadis berbaju hitam beraura gagah, namun tetap tampak cantik.
"Kamu Lan Yan, kan?" Fang Qi duduk dan bertanya pada gadis yang berada di samping gadis berbaju putih. "Nona Nalan, saya tak menyangka kamu tertarik dengan sebuah toko kecil di jalanan terpencil."
"Itu tergantung pada tokonya." Nalan Mingxue akhirnya memalingkan pandangannya dari luar jendela, dan melihat secangkir wine di depannya. Lan Yan perlahan mengisi dua cangkir tersebut.
"Ini adalah wine bunga pir, khas Jiuhua. Ini dapat membantumu tidur lebih nyenyak dan menenangkan sarafmu. Ini juga baik untuk kultivasi." Ujar Nalan Mingxue saat Lan Yan menyerahkan cangkir berisi wine kepada Fang Qi. "Setelah melihat toko mu kemarin, aku rasa toko mu benar-benar ajaib."
Fang Qi lalu melihat cairan berwarna kuning yang ada di cangkirnya, kemudian tertawa. "Nona Nalan, kamu mengundangku ke sini bukan hanya untuk minum, kan?"
Lan Yan lalu mengeluarkan setumpuk kertas dan meletakkannya di depan Fang Qi. "Ini adalah akta tanah dari semua toko yang ada di jalan 103, di kota Jiuhua Timur."
"Apa maksudmu?" Fang Qi membeku setelah menyadari apa yang mereka lakukan. "Jangan bilang kalau kamu membeli semua toko itu?"
"Ini hanya hadiah kecil." Nalan Mingxue berkata dengan lembut. "Ini untukmu, Tuan Fang."
"Apa yang kamu inginkan, Nona Nalan?" Tanya Fang Qi.