webnovel

Persaingan

***

Sudah sekitar hampir dua hari ia berjalan tidak tentu arah mencari keberadaan sekolah mawar tersebut. dan syukurlah, ia dapat menemukannya lebih cepat dari yang dia duga. Devan melihat ke arah kalender toko dan menyesuaikannya dengan tanggal yang tertera di formulir. sekitar 3 hari lagi sebelum hari pendaftaran-nya.

"Kruyuuuk" bunyi suara perut Devan. Devan melihat ke arah perutnya yang sudah lapar. ia membongkar tas dan mendapati beberapa lembar uang di sana. ia harus bertahan hidup. Devan memutuskan untuk membeli makan dulu. ia tidak akan bisa bertahan kalau kelaparan. bisa bisa ia pingsan duluan sebelum menjelang harinya.

***

Tak

***

Devan melangkah dengan ragu ke arah warung yang dekat disana. ia melihat lihat makanan yang di jual disana. aneh aneh, Devan hanya membawa beberapa lembar uang dan makanan yang dijual membuat Devan merasa lapar seketika. Devan mengulurkan salah satu jari jemari mungilnya untuk menyentuh makanan itu. tapi langsung di tepis oleh sebuah tangan entah darimana.

Devan menengadah dan mendapati sosok yang kini sedang memandangnya sinis dan jijik. Devan menelan ludah, dan memegang serta mengelus jari jemari nya yang begitu saja di pukul tadi. Devan sedikit menunduk takut.

"i..itu-" belum sempat Devan bersuara. perempuan galak itu sudah memukul tangan Devan sekali lagi membuat Devan sekali lagi memejamkan kedua matanya menahan sakit dan tangannya yang tengah gemetaran dan sedikit menimbulkan memar disana.

"dasar Kumal!. kau mau mencuri ya!" tuduh dia langsung. Devan langsung mengangkat kepalanya dan mengeleng kuat. ia tidak seperti itu. tapi yang di dapat hanyalah tatapan jijik dan wajah galak wanita itu. ia sepertinya tidak suka dengan orang seperti Devan.

"bukan seperti itu, aku aku ada uang!" seru Devan takut takut. perempuan itu menaikkan salah satu alisnya. dan mengulurkan salah satu tangannya dengan angkuh kearah Devan.

"kalau gitu mana?. cepetan kalau gak aku akan mengusir mu dari sini!" seru perempuan itu mengancam. Devan langsung mengambil beberapa lembar uang yang dia miliki. dan menatap dengan kedua mata memelas.

"A..aku mau beli makanan" seru Devan pelan menatap sayup sayup. wanita itu tampak menyipitkan kedua matanya melihat lembar uang yang memiliki nilai sedikit itu dan tentu saja Kumal.

"huh?. uang segini cuman cukup beli ini, dasar anak kumal miskin" tukasnya kasar. ia meraih sebuah roti dan langsung menyerahkannya pada Devan. Devan tersenyum lebar saat melihat makanan itu ada ditangannya.

"ini uang-"..Srek!.."Letakkan saja di sana. aku tidak mau menyentuh tanganmu itu. dasar anak bau!" seru wanita itu dengan menunjukkan begitu saja ekspresi jijik saat Devan hendak menyerahkan uang. wanita itu langsung menepis dan sontak menjauhi tangan Devan yang dirasa kotor. Devan mengulum senyum kecut dan menuruti perkataan wanita itu.

"terima kasih" seru Devan menunduk dan pergi dari sana. sedangkan wanita penjual itu sekali lagi mengumpat karena mendapatkan pelanggan busuk seperti itu. Devan sama sekali tidak masalah. ia sudah terbiasa. anak desa sepertinya memang jauh berbeda dengan anak kota lainnya. Devan melihat ke arah makanan yang ada di tangannya itu. Yang penting ia sudah mendapatkan makanan. *Smile*.

***

sudah tiga hari sejak itu. hari ini adalah hari pendaftaran. Devan memutuskan untuk menumpang mandi terlebih dahulu di WC umum disana. dan melihat ke arah lembar uang yang semakin menipis. Syukurlah ia masih bisa bertahan sampai saat ini. dan beberapa uang sisa itu bisa ia tabung.

Devan perlahan merapikan rambutnya seusai membersihkan diri sehingga terlihatlah wajah tampan Devan yang beberapa hari ini terhalangi dengan bau busuk dan penampilan kumal. Devan melebarkan senyum pasti. dan semua orang melihatnya dengan tatapan kagum dan terpaku sangat berbeda dari tatapan beberapa hari lalu.

Devan melangkah masuk ke dalam sesudah menyerahkan formulir itu. ia melihat dengan tatapan kagum saat melihat sekolah itu luar biasa besar. Devan tidak pernah bersekolah. dan sekolah di desa masih sederhana. bangunannya disini begitu besar dan begitu bersih. Devan merasa masuk ke dalam dunia lain. ini sangat luar biasa, coba saja ibu bisa melihatnya.

***

Buk

***

tiba tiba ada seseorang yang menabrak bahu Devan sehingga sedikit tergeser. Devan melihat ke arahnya dan sekali lagi ia tersenyum ramah saat tau kalau itu adalah orang yang menolongnya beberapa hari yang lalu. orang itu tampak kaget melihat Devan lagi. tapi ia hanya menunjukkan wajah cuek. orang itu melihat dengan sedikit iri saat melihat orang Kumal yang ditolongnya itu berubah menjadi tampan.

"wah..kau ya?. terima kasih sudah menolongku beberapa hari lalu" seru Devan mengatupkan kedua tangannya dan seraya tersenyum lebar.

"ah iya gak masalah" serunya malas. ia mengaruk bagian belakang kepalanya dengan bingung. jujur ia sama sekali tidak berniat menolongnya saat itu. hanya kebetulan saja ia lewat dan bisa mendapatkan konten bagus. dan jujur ia tidak mau bertemu dengannya lagi. bagaimana orang Kumal sepertinya bisa ada di sekolah bagus seperti ini?.

"oh ya namaku Devan. namamu siapa?" Tanyanya dengan ramah. orang itu melihat dengan kedua mata membalik jengkel saat ia mengulurkan tangannya berniat berkenalan. ayolah ia itu adalah orang modern masa ia harus berkenalan dengan orang desa?. gak etis banget. dia hendak menolak tapi sialnya salah satu temannya malah menyapanya.

"Wah hai Axel!. kita bertemu lagi!. kau masuk sekolah ini juga ya?" sapa salah satu temannya. Axel langsung kaget. dan kali ini ia giliran menatap kesal dengan kedua temannya itu. Axel menatap malas saat melihat orang di depannya malah tersenyum.

"Axel ya? ,nama yang bagus" seru nya ramah. ah ini menyebalkan.

***

dan sekarang mereka ada di tempat dimana persaingan akan di mulai. dan entah kenapa hari ini begitu sial anak desa sialan itu ada di samping tempat nya dan malah sok kenal. Axel melihat dengan malas. paling ia akan pulang juga karena tidak berhasil. mana mungkin anak desa sepertinya bisa masuk ke dalam sekolah bagus ini?. ia bahkan harus bersusah payah agar bisa masuk dalam pendaftaran. paling dia hanya memanen keberuntungan.

Devan tampak senang sekali. ia bisa bertemu dengan Axel, penolongnya beberapa hari yang lalu. namanya juga bagus. ia berharap bisa berteman dengan Axel. teman kotanya pertama. dengan begitu ibu juga akan senang kan?. Devan selama ini tidak pernah punya teman, siapapun gak mau dekat dekat dengan Devan. tapi sekarang di kota. apalagi setau Devan orang kota itu terpelajar dan pasti nya memiliki daya pikir berbeda dengan kami.

Persaingan dimulai. Devan melihat ke sekitar banyak anak anak lain dari seluruh daerah yang mengikuti. Devan satu satunya yang berasal dari desa. dan kebanyakan berasal dari kota yang berbeda. Devan menelan ludah. ia harus bisa. Devan melihat ke arah kertas ujian yang di bagikan oleh panitia. dan melihat lagi ke arah Axel yang kebetulan duduk di sebelahnya itu.

ia akan bisa. demi ibu dan Axel. ia akan bersekolah bersama Axel!. Devan beralih melihat ke arah kertas ujian dan dengan segala kepastian mulai ujian dengan waktu yang terbatas. ia tidak akan kalah. Devan akan menjadi yang terbaik dan mengalahkan semua orang. sehingga Devan bisa membanggakan ibu yang sudah merawatnya.

***

Chương tiếp theo