''Kak lihat....''Lina mengguncang tubuh sang suami yang terlihat fokus kepada laptopnya.
''Kak lihhat dulu...''Lina menutup laptop Reno secara paksa begitu ia merasa diacuhkan.
''Ada apa...''Reno tau apa yang ingin istrinya bahas.Sebab yang fokus terhadap benda kecil dihadapannya hanya matanya tidak dengan telinganya.
''Lihat itu,Laras dilaporkan oleh keluarga Evan ke polisi...''Lina cukup merasa penasaran apa sebenarnya yang terjadi kemarin sampai Evan mengambil tindakan ini.
''Ya,itu memngpantas untuknya...''Reno mnnggapinya dengan cuek berbanding terbalik dengnm sang istri yang terlihat heboh dan kaget.
''Sebenarnya kakak tau kan apa yang terjadi kemarin stelah kepergian kita...''tanya Lina karena sungguh ia merasa tak percaya jika orang yang pernah menyakiti sahabatnya ialah orang yang sama dengan orng yang menghancurkan kehidupan rumah tangganya.
''Ya,bisa dibilang aku ini panitia acara,bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya...''semua rencana yang Reno susun pastilah sempurna.
''Bisa ceritakan padaku lengkapnya seperti apa...''Lina sengaja menjauhkan laptop Reno dari pangkuan sang suami dan mematikan televisi yang tengah ia tonton.
''Ayolah....''rengek Lina karena tak sabar.Sedangkan Reno hanya menatap istrinya dengna tatapan tak percaya jika istrinya akan sekepo ini.
''Sikap alami wanita yang mau mendengar gosip memang tak main main....''ejek Reno pada sang istri yang terlihat sangat bersemangat.
Mendengar apa yang dikatakan Reno,Lina sama sekali tak marah anggaplah memang dirinya itu begitu.Toh inikan bukan sebuah gosip tapi sebuah cerita kebenaran yang berasal dari sumber terpercaya.
''Jadi saat aku datang kerumah Evan dan menceritakan tentang Laras.Semua keluarga Evan merasa senang begitu i berkesampatan untuk menemui pembunuh anaknya setelah sekian lama,jadi mereka mendukung rencana yang aku buat dengan senang hati.Bahakan ayahnya Evan bersedia membantu mengumpulkan infornmasi yang diperlukan dan membuka sedikit rahasia keluarga....''Reno pun tak menyangka jika keluarga Evan tersakiti begitu dalam aibat ulah Laras.
''Awalnya aku hanya ingin mempermalukannya tapi ternyata rasa sakit yang dimiliki Evan berserta keluarga begitu besar, jadi Evan merencanakan hal yang lebih dari sekedar membuatnya malu.Evan ingin menghukumnya dengan menghadirkan semua korbannya Laras kemarin disana..."jelas Reno
"Tapi disana bukankah ada teman teman kakak juga..." tanya Lina sedikit tak mengerti karena banyaknya orang yang hadir kemarin.
"Ya ada tapi hanya beberapa saja,mereka teman teman yang dekat dengan Wisnu dan yang lain itu korban korban Lina dan ada beberapa media yang Evan selipkan diam diam disana..." Reno memberikan penjelasan dengan lengkap dan tak ada kebohongan apapun.
"Waw,tapi sejak kapan kakak dan Evan akur..." tanya Lina penasaran karena setaunya Evan sangat membenci Reno dan Reno seakan sebaliknya.
"Mau tau ap mau tau banget..."Reno mengejek Lina yang sekarang rasa keponya menjalar kamana mana.
"Tapi apa sungguh kakak bisa melihat wanita yang pernah kakak cintai,berakhir seperti itu..." tanya Lina masih belum tak percaya Reno tak merasa goyah sedikitpun ketika masa lalunya hadir kembali.
"Hey kapan aku bekata mencintainya..." protes Reno tak terima.
"Lalu apa namanya kalo bukan cinta.Kalo cuma karena suka suka biasa kakak gak mungkin sesakit itu dan bahkan dia bisa mempengaruhi kehidupan kakak bertahun-tahun lamanya." jelas Lina yang menurutnya Reno pasti pernah mencintai Laras.
"Kamu cemburu ya..."jawab Reno seakan mengelak.
" Ikh apaan.Disini aku bertanya bukan soal aku cemburu atau tidak.Aku hanya ingin tau aja..."bela Lina karena sungguh ia hanya ingin tahu.
"Ya tapi kalo gak mau jawab gak papa.Aku anggap diam kakak sebegai jawaban iya memang itu faktanya..."Lina menyerah karena ia percaya jika nanti suaminya pasti akan jujur walaupun tidak sekarang.
"Bapak sama ibu mau kesini jam berapa..." Lina mengalihkan topik dan kini ia bangkit dari duduknya dan bersiap untuk kedapur.
"Gak mau jawab juga.Heuhhh...." Lina menjadi kesal karena disini kenapa harus Reno yang marah.Kan seharusnya dia,lagi pula Lina tak pernah memaksa Reno untuk menjawabnya.
Karena belum juga mendapat jawaban Lina akhirnya terpaksa pergi menuruni tangga untuk kedapur,karena tadi mereka tengah bersantai di kamar tidur mereka.
"Heuh apa apaan dia,jika memang Laras itu sangat berkesan baginya kan hanya cukup dijawab gak perlu marah segala..." omel Lina disepanjang perjalanan menuju dapurnya.
Lina yang moodnya dengan seketika langsung drop,akhirnya melampiaskan kemarahannya pada masakannya.Tenang rasa masakannya masih enak kok tapi bedanya dia memasak masakan yang banyak sekali mungkin porsinya bisa lebih untuk sepuluh orang.
"Assalamualaikum..." salam seseorang dari arah luar yang bisa Lina tebak itu pasti mertuanya yang sudah datang.
"Waalaikumsallam..." jawab Lina yang langsung bergegas menuju pintu.
Keakraban yang terjalin antara menantu dan mertua itu semakin terlihat hangat apalagi Lina yang kini bisa bersikap lebih leluasa karena tak harus berpura pura lagi.
"Bagaimana Lina kamu suka sama rumahnya..." tanya sang ibu mertua disela sela waktu makan.
"Iya bu,suka banget.Apalagi tamannya luas..."Lina dan bu Ratih memiliki hobi yang sama yaitu berkebun.
" Reno gimana ceritanya si Laras sampai bisa masuk penjara gitu..."tanya pak Adi yang ternyata sudah mengetahui kabar tentang wanita yang sedikit membekas di ingatannya.
"Panjang pak ceritanya nanti aku ceritakan..." jawab Reno dengan tatapan matanya yang tak bisa lepas dari istrinya yang terlihat sedikit cuek padanya.
"Lina sisa makanannya kamu mau apain sayang,ini banyak banget loh...."tanya Ibu Ratib yang tak menyangka sang menantu akan menyambutnya dengan begitu hidangan yang tersaji.
" Iya bikinnya kebanyakan ya bu.Aku pikir bapak sama ibu datangnya bakal rombongan..."Lina mencoba beralasan karena tak mungkin dia menceritakan hal yang sebenarnya.
"Ya udah kita bungkus aja.Nanti kita bagikan ketetangga sekitar,ya itung itung sebagai salam perkenalan..." saran bu Ratih yang memang tak senang mebuang buang makanan.
Setelah makan siang bersama selesai bu Ratih menemani sang menantu untuk menyapa tetangga baru mereka dengan membagikan makanan yang sudah Lina bungkus sebelumnya.
Sedangkan Reno dan pak Adi bersangai bersama dihalaman belakang rumah seraya menikmati rindangnya pepohonan yang ada.
"Lina sudah mengetahui tentang kamu dan Laras kan..." tanya pak Adi.Karena tadi dia menanyakan tentang Laras tanpa berpikir perasaan menantu kesayangannya.
"Iya dia tahu semuanya,bapak tenang aja hubungan kita baik baik aja kok..." Reno tau jika ayahnya ini pasti tengah mencemaskan hubungannya dengan Lina.
"Iya baguslah kalo gitu.Kamu harus belajar dari kisah hidup kakak kakak mu dan juga ibu dan bapak..." pak Adi mulai mengeluarkan wejangannya dan jujur saja itu membuat Reno tak suka,tapi sekarang saat ini ia mau tak mau harus mendengarkannya.
. . .
"Bapak sama ibu pulang dulu ya sayang.Bapak gak mau diajak nginep katanya takut ganggu...." pamit ibu Ratih dengan memberikan kode keras pada sang anak.
"Ikh kenapa jadi bawa bawa bapak..." protes pak Adi tak terima.
"Ya udah kalo gitu ibu dan bapak pamit ya..." Ibu Ratih memeluk kedua anaknya yang kini ia lihat semakin romantis.
"Hati hati ya buk pak..." Lina melambaikan tangannya mengiringi kepulangan sang mertua.
"Mandi sana,ngapain nempel nempel..." protes Lina dengan mengurai rangkulan tangan Reno dipundaknya.
"Masih ngambek..."Reno bukannya melepaskan tapi malah semakin mempererat.
" Pikir aja sendiri... "jawab Lina ketus dan tak mau menatap wajah sang suami.
"Maaf aku gak bermaksud demikian,hanya saja..." Reno mulai memberi penjelasan tapi ia potong begitu melihat Lina seakan tak mau mendengarkan.
"Baiklah aku memberimu pilihan.Mau mendengarkan penjelasan aku sekarang lalu aku akan membiarkanmu bebas merapikan dapur atau mau aku kurung semalam ini di bawah kungkunganku dan meninggalkan dapur yang seperti kapal pecah itu..." ancam Reno karena tau jika sang istri tak pernah bisa meninggalkan tidur dengan kondisi dapur yang berantakan.
"Ok ok.aku gak marah dan aku percaya kamu tak pernah mencintai dia..." jawab Lina dengan pasti karena ia tau Reno tak pernah bohong dengan ancamannya.
"Cium dulu donk kalo gak marah,habis itu baru aku mandi..." rengek Reno kini mulai bersikap manja kembali.
Cupp...
Cupp...
Cupp..
Lina memberi Reno ciuman bertubi tubi sebelum ia pergi berlari meninggalkan sang suami yang bisa saja berubah pikiran.