Tatkala cadar rahim terbuka, Aku lupa bahwa bumi masih berputar pada porosnya, bahwa siang bisa berganti malam, sore bisa berganti pagi, dan dia terkulai letih.
Lembayung[1] mendorong pujangga kian bergairah menggoreskan pena. Lembayungku mengobarkan jiwa Adam gentur[2] meratukan.
Laki-laki memang begini, tidak tahu diri, merenggut apa yang masih bisa dipungut. Mengerat apa yang dapat mengundang serundai[3].
Kesannya kami-kami yang menundukkan, kenyataannya kami yang di tundukkan.
Rasa-rasanya nafas pendek tersengal ialah ulah kenakalan. Padahal para pemuja sedang merajut usaha, menghasratkan terbitnya sinar merah persona ratu, selaksa[4] lembayung senja.
.
Lelaki yang tak pernah membayangkan dirinya bisa menikmati lantunan detik yang baru saja terlewati, membopong tubuh perempuan berbalut piyama handuk dengan kedua tangannya.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com