Batu nisan penanda makam berderet di tengah hutan karet yang terlindung dari pandangan orang luar. Besar-kecil, tinggi-pendek, beragam bentuk tergantung pilihan dari keluarga yang ditinggalkan. Daun kering dari pohon karet berserakan menutupi tanah makam yang terlihat suram walau tersusun rapi.
Aku menahan napas saat membayangkan aku akan berada di salah satu deret makam ini suatu hari nanti. Tanpa Ayah, kedua adikku, Opa dan Oma, juga mungkin tanpa Bunda.
Astro menggenggam tanganku lebih erat dan menarikku lebih dekat padanya. Dia yang membimbing langkah menuju satu nisan paling ujung. Nisan kecil dan ramping yang bertuliskan "Pitaloka" saat kami sampai di depannya.
"Makam Nenek?" aku bertanya walau tak mengharapkan jawaban.
Astro menggumam mengiyakan, "Lahan di sebelah sengaja dikosongin buat Kakek."
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com