webnovel

11. Ngobrol

Gelora 💗 SMA

"Welcome to my paradise ...'' ujar Pak Armando menyilahkan aku duduk di sebuah sofa.

''Terima kasih,'' balasku.

Aku memperhatikan seluruh ruangan tamu ketika Pak Armando masuk ke ruangan tengah. Tak ada hiasan dinding di temboknya yang bercat warna putih terang ini. Aku hanya melihat sebuah jam dinding yang jarum pendeknya sudah menunjuk angka 2.

Aku mencoba duduk tenang di sofa sederhana berwarna merah maroon. Aku sedikit canggung karena ini adalah pertama kalinya aku bertamu di rumah seorang guru. Jantungku rada deg-degan ada rasa was-was yang bercampur dengan rasa senang. Aku senang lantaran berkesempatan berkunjung di rumah guru setampan Pak Armando.

''Polo ...'' Suara tenor Pak Armando membuyarkan lamunanku, dengan sigap aku mendongak ke arahnya dan aku cukup terperanga melihat penampilan Pak Armando yang keluar shirtless dan hanya mengenakan celana pendek kolor. Sungguh, aku sangat terkejut dan terpesona. Aku tidak menyangka, kalau Pak Armando memiliki dada yang bidang dengan perut yang six pack sempurna.

''Buat kamu!'' Pak Armando menyodorkan sebotol jus kemasan rasa sirsak ke tanganku.

''Em ... terima kasih, Pak,'' kataku sambil meraih botol jus itu.

''Jangan panggil pak, Panggil abang saja!" ucap Pak Armando.

''Hah ...'' Aku mengangkat satu alisku.

''Hehehe ... kalau di luar sekolah kamu cukup panggil abang aja, Poo ... tak perlu pakai pak ... ''

''Tapi ...''

''Ga pakai tapi-tapian. Apakah wajahku sudah seperti bapak-bapak?'' Pak Armando mendekatkan wajahnya tepat di hadapanku. Aku bisa melihat jelas betapa bersihnya wajah guru muda ini. Kulit mukanya putih, mulus, kinclong dan tak ada satu pun jerawat yang singgah di sana.

''Iya ... Pak Armando memang masih muda dan juga ganteng, hehehe ...''

''Makanya kalau di luar sekolah kamu panggil aku, Abang aja, Poo!''

''Iya ... baiklah Pak, eh Bang! Hehehe ....''

''Hahaha ... tak perlu canggung begitu, Poo ... rileks aja!'' Pak Armando tertawa. Duh, suaranya terdengar sangat renyah dan gurih.

''Oh ya, silahkan diminum dulu jusnya, Poo ...'' lanjut Pak Armando, eh Bang Armando.

__Tuh 'kan aku masih kagok menyebutnya, untuk selanjutnya aku pakai Bang, ya ... khusus kalau di luar sekolah saja.

''Iya, Bang!'' Aku menggangguk dan mulai membuka tutup botol jus ini dan menenggak isinya. Hmmm ... rasanya menyegarkan, hilang deh, dahagaku dan keringat pun mendadak mengucur di sekujur tubuhku.

''Gimana, Poo ... enak, 'kan Jusnya?''

''Ya Bang, enak dan juga seger. Terima kasih ya, Bang.''

''Kalau kurang kamu boleh nambah lho, Poo ... masih banyak kok, persediaannya.''

''Ah ... tidak usah Bang, ini sudah cukup.''

''Yang bener?"

''Bener, Bang ...''

''Tak usah malu-malu.''

"Hehehe ....'' Aku tersenyum, Bang Armando juga tersenyum. Anjriit ... senyumannya itu nampak manis sekali, senyuman Randy aja kalah manisnya apalagi senyuman tengil si Akim jauh banget deh tandingannya. Pesona Bang Armando itu benar-benar membuatku terpedaya atau mungkin terhipnotis dengan semua yang ada pada diri Bang Armando.

Duh ... kenapa aku tiba-tiba memuji-muji Bang Armando sih, apakah mungkin ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku? Jangan-jangan aku memang tidak normal. Apakah mungkin ini bagian dari kelebihan Bang Armando juga yang mampu memutar-balikan duniaku. Dunia straight menjadi dunia belok.

__Ah ... tidak mungkin. Aku harus bisa menghilangkan perasaan nyeleneh semacam ini.

''Poo ... Polo ... kok jadi bengong, sih?'' ujar Bang Armando lagi-lagi membuyarkan lamunanku, ''kamu lagi mikirin apa, sih?'' lanjutnya dengan sorot mata yang berbinar-binar.

''Eh ... tidak, Bang ... aku tidak memikirkan apa-apa, aku cuma kagum dengan bentuk badan Abang ...''

''Emang kenapa, Poo?''

''Badan Abang sangat keren sekali. Atletis banget ....''

''Hahaha ... kamu suka, ya?''

''Ya, aku suka, Bang ... pasti Abang rajin nge-gym, ya?''

''Kok tahu?''

''Ya ... karena hanya cowok yang rajin nge-gym aja, yang bisa membentuk tubuh sebagus itu.''

''Hehehe ... kamu benar, Poo.''

Hmmm ... kembali Bang Armando tersenyum lebar memamerkan giginya yang putih. Dan senyuman inilah yang berhasil membuatku klepek-klepek. Cekungan di bibir gempalnya ini terasa pas menghiasi keindahan di wajah tampannya. Oh ... Bang Armando, kamu tuh, makhluk Tuhan yang sangat seksi. Sadar atau tidak aku benar-benar tertarik dengan dia. Aku seolah kehilangan akal sehatku. Mengapa aku tiba-tiba ada keinginan untuk menyentuhnya dan ada hasrat untuk bercinta dengannya? Ini seperti gila, kuharap ini hanya sebuah halusinasiku saja.

Chương tiếp theo