Mengapa harus dia?,orang yang kuanggap sebagai anakku harus jatuh tersungkur dengan tembakan didadanya didepan mataku sendiri,lalu aku hanya menatapnya sampai ketika mereka pergi dan aku melihat anakku telah terkulai dengan berlumuran dada di tangan yang memegang dadanya tersebut
suara itu semakin jelas tampak seperti pertikaian yang tidak biasa ketika langkah kakiku akhirnya berhenti didepan pintu dan memutuskan untuk menguping apa yang dipermasahkan oleh pasangan tersebut hingga akhirnya meski hanya menangkap sebagian dari permasalahannya aku mengetahui akar dari permasalahan mereka adalah diriku dan keponakanku yang kubawa kerumah kakakku tersebut."Tidakkah engkau berpikir dua kali hingga menyeret mereka datang dalam kondisi kita yang seperti ini"yang diikuti dengan pecahnya kaca yang dapat diterka olehku bahwa kakak iparkulah yang melemparnya,"aku tahu hal itu tetapi bukankah mereka hanya menginap saja?selena mendapat beasiswa penuh kuliah disini dan mark dapat dengan mudah dibiayai oleh selena,engkau tidaklah tahu bagaimana berjuangnya selena mempertahankan anak itu apa kau tidak mengerti bahkan mark memanggil selena dengan sebutan ibu?kumohon terimalah mereka" akhirnya tangis kakakku meledak,dan aku yang sudah membeku seolah tersadar dari bayang-bayang 15 tahun yang silam langsung berubah haluan berjalan entah kemana arahnya,hingga aku sampai di times square menyadari dan mulai merasa kaki yang mulai keram karena kelelahan berjalan dan aku tahu jarak dari rumah kakakku tidaklah dekat dengan tempat itu.Kulirik jam ditanganku dan kuputuskan untuk menjemput keponakanku mark,ia masih setara kelas 2 sma di beacon school yang tidak terlalu jauh dari times square."ibu?",kata itu mengejutkanku ketika kucoba mengingat kenangan 15 tahun silam."mengapa ibu menjemputku kali ini?"sebelum mark melantunkan pertanyaan lain lagi kuarahkan dia dengan sebuah senyuman"ibu lapar,maukah kau menemani ibu makan?"hal itu tentu membuat mark merasa kegirangan dan bersyukur tidak akan makan bersama dirumah dan melihat tatapan tajam pamannya itu kepadanya.Aku memesan banyak makanan hingga memenuhi meja makan kami dan tidak lupa aku memesan kopi pekat yang selalu menjadi pelarian terakhir saat aku merasa depresi,aku tidak makan apa-apa dan mark yang mulai aneh menegurku"ibu,bukannya tadi ibu mengatakan bahwa ibu lapar lalu mengapa kopi yang ibu teguk,ayolah bu makan sedikit saja makanan disini enak sekali".Mendengar keponakanku akupun bergegas berusaha seolah aku sangat menikmati makanan itu dan tersenyum pada mark ketika mata kami betemu,mungkin bagi pandangan orang lain kami adalah sepasang kekasih tetapi siapa tahu kebenarannya.Hal tersebut pernah menjadi pertanyaan besar bagi mark,mengapa ibunya begitu muda dan juga ia tak pernah melihat ayahnya namun karena aku begitu baik dalam memberikan alasan mark tidak curiga dan tak pernah lagi mempertanyakan soal itu.Ditengah pergumulan mark dengan makanan-makanan tersebut maka kucoba memperhatikannya,wajah yang begitu tampan dan memikat siapa saja yang berada disekitarnya,mata coklat dan alis yang bagai disulam oleh malaikat indah lekukannya,bibir yang tipis serta hidung yang macung dengan bulu mata yang tebal dan lentik menyempurnakan mark yang sebenarnya adalah anak dari kakak keduaku."mark kita akan pindah,mungkin besok kita bisa mengurus barang-barang kita dan pindah ke apartemen yang telah aku beli"aku memulai pembicaraan yang sepertinya mengejutkan mark,"apa ibu benar?"sergahnya,"ya.. dan ibu akan meminta izin pada miss brece agar memberikanmu menemani ibu besok untuk pindah",mimik wajah mark tampak sangat senang namun memiliki makna tersirat dimatanya yang menggambarkan suatu kecurigaan padaku.