Riuh suara penonton memenuhi arena tempat Aslan akan melangsungkan pertarungannya. Sampai detik akhir ia masuk ke dalam arena tersebut, ia masih belum mengetahui siapa lawan yang akan ia hadapi. Bang Ole dan anak buahnya juga tidak ada yang memberitahunya. Mereka hanya mengatakan bahwa ini permintaan dari lawan Aslan malam ini.
Aslan menyapa para pendukungnya dengan mengangkat satu tangannya sembari berjalan ke salah satu sudut arena. Aliran adrenalin membanjiri tubuhnya ketika di kejauhan ia melihat lawannya yang sedang berjalan menuju arena dengan menggunakan jubah berpenutup kepala berwarna hitam.
Di lantai dua bangunan tersebut, para Bandar besar bersiap menonton pertarungan tersebut. Bang Ole yang juga ada di lantai dua hanya bisa menghela napas panjang begitu lawan Aslan mulai masuk ke dalam arena dan perlahan melepaskan jubahnya.
Aslan membeku di tempatnya begitu ia melihat lawannya malam ini yang sudah berdiri di hadapannya. "Ngapain Abang di sini?" seru Aslan pada Bang John yang berdiri di hadapannya.
"Gue lawan lu malam ini," jawab Bang John.
Aslan tergagap dan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Seketika kemarahannya kembali bangkit. Mengapa semua orang terus saja mengkhianatinya. Dimulai dari ibunya sendiri dan kini orang yang sudah ia anggap sebagai saudara sekaligus mentornya. Mata Aslan berkaca-kaca, napasnya semakin memburu seiring dengan kemarahan dan aliran adrenalinnya yang juga semakin meningkat.
"Oke, gue ngga bisa lari dari ini. Gue mau mengakhiri semua omong kosong ini," ujar Aslan akhirnya. Tatapan mata Aslan berubah tajam. Di matanya kini tidak ada lagi Bang John yang ia anggap sebagai saudara maupun mentornya. Yang ada hanyalah lawan yang harus ia kalahkan.
Di dalam hatinya Aslan ingin berteriak sejadi-jadinya ketika ia mulai bersiap untuk melawan Bang John. Di dalam benaknya terus terngiang-ngiang pertanyaan kenapa ia selalu dikhianati oleh terdekatnya. Gadis pembawa papan ronde sudah naik ke atas ring untuk menandakan ronde pertama akan dimulai. Begitu gadis itu turun dari arena tanpa ragu-ragu Aslan menghujamkan tinjunya ke arah Bang John.
Aslan kini tak ubahnya seperti sosok tanpa jiwa. Semua pengkhiatan yang ia rasakan membuatnya hampir mati rasa. Tatapan matanya sangat dingin ketika mulai menyerang Bang John secara membabi-buta. Bang John kewalahan menghadapi pukulan dan tendangan Aslan yang sangat cepat.
Meski ia masih bisa menghindar, namun serangan yang dilancarkan Aslan terus berhasil mengenai tubuhnya. Di dalam hatinya ia bangga Aslan bisa sehebat ini. Namun di sisi lain ia menghadapi kengerian ketika menatap mata Aslan yang sangat dingin. Aslan juga sama sekali tidak memberi celah padanya untuk menyerang balik.
Aslan melayangkan pukulan straight ke wajah Bang John menggunakan tangan kirinya. Seketika Bang John terhuyung karena pukulan itu mengenai hidungnya. Dengan masih sedikit terhuyung, Bang John melihat tangan kanan Aslan yang mengarah padanya. Ia pun merunduk cepat dan pukulan Aslan meleset.
Namun ternyata apa yang dilakukan Bang John justru memberikan celah bagi Aslan untuk kembali menyerangnya. Tangan kirinya dengan cepat memukul bagian belakang kepala Bang John dan langsung membuatnya tersuruk ke lantai arena.
Bang Ole menyaksikan pertarungan antara Aslan dan Bang John sambil menghela napasnya. Jelas sekali ia melihat kemarahan dalam tatapan yang diberikan Aslan pada Bang John. Aslan sama sekali tidak memberi ruang pada Bang John untuk menyerang balik. "John, John, padahal gue udah peringatin lu," gumamnya pelan.
Dengan napasnya yang memburu, Aslan menatap Bang John yang merangkak di arena dan mencoba untuk bangkit berdiri.
----
Babak demi babak berlalu, tubuh Aslan mau pun Bang John sudah dipenuhi luka-luka. Pelipis, sudut bibir bahkan hidung mereka sudah mengeluarkan darah. Belum ada satu pun di antara mereka yang memenangkan pertarungan tersebut karena meski Aslan terlihat unggul, namun semangat Bang John untuk menang juga sangat tinggi.
Setelah tadi Aslan sempat menyerangnya dengan menggunakan teknik rabbit punch, Bang John jadi semakin berhati-hati untuk menyerang balik dan lebih banyak bertahan. Ia menunggu saat ketika Aslan mulai terlihat frustasi dan mulai menyerang balik. Namun ternyata siasat Bang John itu juga terbaca oleh Aslan dan ia meningkatkan pertahanannya dan sembari sedikit mengurangi serangannya.
Para Bandar yang menyaksikan semakin gamang dengan siapa yang akan memenangkan pertarungan tersebut. Baru kali ini mereka melihat pertarungan yang sedemikian alotnya.
"Pantes malam ini taruhan lu gede, ternyata lawannya Aslan kuat begitu," ujar salah satu Bandar pada Bang Ole.
"Dia mentornya Aslan," sahut Bang Ole. Ia yang menyaksikan juga ikut khawatir melihat tubuh Aslan dan Bang John yang sudah penuh luka namun mereka masih belum mendapatkan pemenang. "Mereka bakal bertarung sampe mati kayanya," lanjutnya pelan.
Bang John berhasil mengunci leher Aslan setelah ia berhasil menghindari long hook yang dilayangkan Aslan. Ia kemudian berbisik pelan di telinga Aslan. "Gue terima kalo lu marah sama gue. Tapi maaf, Lan, gue ngga bisa mengalah."
Aslan mengerang sembari mengangkat tubuh Bang John di punggungnya lalu membantingnya. Bang John terkejut dengan gerakan yang dilakukan Aslan itu. Ia terengah-engah sambil menatap lampu arena yang sedikit mengabur di penglihatannya.
"Jangan lupa, ini bukan arena tinju. Ini arena tarung bebas tanpa aturan," ujar Aslan di telinga Bang John.
Tanpa menunggu Bang John bangkit berdiri, Aslan segera mengunci pergerakan Bang John dengan menggunakan teknik kuncian judo yang ia pelajari secara otodidak. Aslan mengalungkan tangannya melewati lengan kiri Bang John sementara kakinya menahan tubuh Bang John. Hal ini membuat Bang John tidak bisa melawan. Kuncian Aslan semakin kuat hingga membuat Bang John sedikit kesulitan bernapas.
Tangan kiri Bang John yang berada di luar kuncian tersebut akhirnya menepuk lantai arena sebanyak tiga kali. Ia menyerah. Tubuhnya sudah tidak sanggup lagi untuk melawan Aslan dan ia memerlukan udara untuk mengisi paru-parunya.
Wasit yang mengawasi pertandingan mendekat dan segera menarik tubuh Aslan agar melepaskan Bang John. Namun nampaknya Aslan tidak peduli dan tetap mengunci tubuh Bang John meski wajah Bang John kini sudah memerah. Wasit tersebut akhirnya memanggil orang untuk membantunya melepaskan kuncian Aslan pada Bang John.
Begitu dua orang yang diperintahkan wasit berhasil menarik tubuh Aslan, Bang John langsung terbatuk-batuk karena udara yang berebut masuk ke dalam paru-parunya. Aslan menatap Bang John yang sedang terbatuk-batuk tanpa ekspresi apa pun. Bahkan ketika wasit mengangkat tangannya untuk menandakan kemenangannya, Aslan masih tidak berekspresi.
Kemenangan Aslan disambut riuh rendah para pendukungnya. Aslan menatap orang-orang yang mengelilingi arena tempatnya bertarung. Tiba-tiba saja ia merasa dadanya seperti terhimpit sesuatu. Ia menelan ludahnya sembari menahan sakit pada dadanya. Napasnya menjadi terputus-putus dan ia tiba-tiba jatuh bersimpuh sambil memegangi dadanya.
Suasana arena yang riuh rendah mendadak berubah ketika mereka melihat Aslan yang tiba-tiba jatuh bersimpuh setelah wasit mengumumkan kemenangannya. Aslan memperhatikan sekelilingnya yang mendadak sunyi. Ia bahkan bisa mendengar desah napasnya yang terputus-putus. Ia masih bisa melihat Bang John yang bergerak ke arahnya sebelum akhirnya semua pandangannya berubah gelap dan tubuhnya terkulai di dalam arena.
****
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.
Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.
Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it.
Terus berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^