webnovel

At Long Range 1

Sesuai dugaan Nadia, Leon sudah menunggunya di dalam mobil. Dari raut wajahnya, Nadia sudah tahu, Leon sepertinya ingin pergi ke tempat yang tadi dikatakan Karina untuk memastikan keberadaan Aslan.

"Pak, MKG jam segini masih buka, Pak?" tanya Nadia pada Supir mereka.

"Mall Kelapa Gading?" Supirnya balik bertanya pada Nadia.

"Kayanya iya, Pak." Nadia tertawa pelan. "Saya denger nama tempat itu dari Karina."

"Mbak mau mampir ke sana?"

"Iya, Pak. Ada yang mau saya beli," jawab Nadia.

"Oke, itu ngga jauh, kok. Kalo dari sini," ujar supirnya sembari mengendarai mobil yang mereka naiki untuk keluar dari kompleks ruko tempat kantor Pengacara Ruhut berada.

Begitu mobil tersebut keluar dari kompleks ruko, Supir yang mengantar Leon dan Nadia segera mengarahkan mobil yang mereka naiki menuju kawasan mall Kelapa Gading.

Seperti apa yang dikatakan Supir mereka sebelumnya, jarak dari kompleks ruko yang baru saja mereka datangi sampai ke mall Kelapa Gading tidaklah sejauh yang diperkirakan Nadia. Tidak sampai sepuluh menit mereka sudah tiba di depan mall tersebut.

Nadia menepuk kaki Leon begitu mereka tiba di mall tersebut. "Mau turun ngga?"

Leon menoleh pada Nadia dan mengganggukkan kepalanya. Mereka berdua akhirnya turun dari mobil dan masuk ke dalam mall tersebut.

"Kayanya Aslan beneran ada di sini," ujar Leon pada Nadia ketika mereka memasuki mall tersebut.

"Tau darimana lu?" sahut Nadia.

Leon mengangkat bahunya. "Feeling aja."

Nadia menatap Leon tidak percaya. "Kita liat aja nanti. Kalo menurut gue, kecil kemungkinannya Aslan masih ada di sekitar sini. Karina aja ke sini tadi siang. Nah, sekarang kita ke sini udah malam," terang Nadia.

"Ya, semoga aja feeling gue bener," timpal Leon.

Mereka berdua akhirnya berkeliling sebentar di dalam mall tersebut. Selagi mereka berkeliling, Nadia menyempatkan diri untuk membeli beberapa barang kebutuhan untuk di apartemen mereka berdua. Ia juga membeli beberapa makanan untuk dibawa pulang ke apartemen.

Leon menghela napas lesu ketika mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari mall tersebut karena sepertinya mall itu akan segera tutup. Beberapa toko mulai terlihat merapikan bagian kasir dan menurunkan sebagian rolling door untuk menutup sebagian toko mereka.

Leon masuk ke dalam mobilnya sambil mendesah panjang. Apa yang dikatakan Nadia benar. Mereka tidak menemukan Aslan di dalam mall tersebut meski mereka sudah berkeliling hampir setengah mall.

"Besok kita bisa ke sini lagi," ujar Nadia untuk menyenangkan Leon.

Leon menjawabnya hanya dengan gumaman pelan. Ia kemudian menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya sembari mendesah pasrah.

Pelan-pelan mobil yang dinaiki Leon dan Nadia keluar dari area parkir mall tersebut dan mengantri di pintu keluar mall.

"Ngga di jalan, ngga di mall, harus banget macet begini," ujar Nadia yang memperhatikan antrian panjang di pintu keluar mall.

"Kalau malam minggu bisa lebih parah, Mbak. Mall tutup sampai tengah malam. Pas keluar, antrinya bisa satu jam sendiri," sahut Supir yang mengantar mereka.

"Luar biasa orang Jakarta," timpal Nadia sembari tertawa pelan. Ia tidak bisa membayangkan rasanya harus mengantri satu jam hanya untuk keluar dari dalam area pusat perbelanjaan.

Tersisa satu mobil di depan mereka sebelum akhirnya mobil yang dinaiki Leon dan Nadia mencapai pintu keluar mall. Nadia tiba-tiba terperangah dan langsung menepuk-nepuk kaki Leon.

"Apaan, sih," sergah Leon kesal karena Nadia mengagetkannya.

"Liat yang jaga di depan," ujar Nadia.

Leon segera mengalihkan perhatiannya pada Petugas parkir yang sedang melayani mobil yang ada di depan mereka. Matanya membulat tidak percaya. Leon langsung tegap di tempat duduknya ketika mobil yang ia naiki perlahan maju menuju pintu keluar mall di mana terdapat sebuah bilik kecil tempat mereka membayarkan biaya parkir kendaraan mereka.

Supir yang mengantar Leon dan Nadia sedikit keheranan begitu melihat Petugas yang menjaga pintu parkir yang terlihat mirip dengan Leon yang ada dj belakangnya.

"Bener, kan, itu Aslan?" bisik Nadia pada Leon.

Leon seperti membeku di tempatnya. Ia menatap Aslan dari balik kaca mobilnya yang gelap. Nadia hendak membuka kaca tersebut, namun Leon segera menahan tangannya.

"Why?" tanya Nadia keheranan ketika Leon melarangnya untuk membuka jendela yang ada di sebelah Leon.

Leon menggeleng pelan. "Gue ngga mau bikin dia ngerasa malu sama dirinya sendiri. Yang penting, sekarang gue tahu harus kemana kalau mau nemuin dia lagi."

Mobil yang mereka naiki akhirnya berjalan melewati bilik kecil tersebut dan keluar dari area mall. Supir yang mengantar mereka, menatap Leon dari kaca spion mobilnya. "Yang tadi itu mirip banget sama Pak Leon. Saya sampai bengong pas ngeliatnya," ujarnya.

Leon balas menatap Supir yang mengantar mereka. "Kebetulan aja, Pak," sahut Leon. Ia kemudian kembali menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Sesekali Leon masih menoleh ke belakang hanya untuk melihat bilik kecil tempat Aslan bekerja sebagai Petugas pintu parkir.

----

Aslan memandangi mobil yang baru saja melewati bilik tempatnya berjaga cukup lama. Ia merasakan perasaan aneh yang sama seperti saat sebelum dirinya bertemu Leon secara tidak sengaja waktu itu.

Ia terbengong-bengong sampai suara klakson dari pengendara mobil yang hendak membayar parkir membuyarkan lamunannya. Aslan terkesiap dan langsung menerima tiket parkir beserta uang tunai yang diberikan pengemudi tersebut.

----

Setelah jam operasional mall berakhir, shift kerja Aslan pun sebentar lagi berakhir. Pelan-pelan ia merapikan uang yang ada di lacinya sampai shiftnya berakhir. Begitu selesai merapikan uang tersebut, Aslan memeriksa pintu palang parkir sebentar. Setelah itu, ia kembali masuk ke dalam bilik kecil tempatnya berjaga dan mematikan komputer yang ada di dalam sana.

Aslan mengenakan jaketnya dan menyampirkan tasnya. Ia kemudian menutup pintu bilik tersebut dan berjalan ke arah kantor pengelola parkir yang ada di dalam mall tersebut. Ketika sedang berjalan, seorang teman yang bekerja satu shift dengannya merangkulnya tiba-tiba. "Gimana? Enak, kan, kerja di sini?"

Aslan menoleh pada rekannya itu. Ia menatap tidak percaya orang yang sedang merangkulnya saat ini. "Ucok? Sejak kapan lu masuk kerja lagi?"

Ucok tersenyum menanggapi pertanyaan Aslan. "Sejak hari ini. Eh, pas banget satu shift sama lu."

"Kepala lu udah ngga kenapa-napa?" tanya Aslan.

"Kalo masih kenapa-napa ngga mungkin gue udah masuk," jawab Ucok.

Aslan berdecak pelan. "Berarti gue bentar lagi bakal dikeluarin dong."

"Lu tenang aja, Lan. Lu ngga bakal keluar meskipun gue udah masuk," sahut Ucok. "Petugas di sini lagi kurang, makanya lu ngga bakal dikeluarin."

"Ooh," gumam Aslan. "Bagus, lah, kalo gitu."

"Abis ini lu mau ke mana?" Ucok balik bertanya pada Aslan.

"Biasa," jawab Aslan.

"Ke tempat Bang Ole?"

Aslan mengangguk pelan. "Buat cari tambahan," ujar Aslan sembari cengar-cengir pada Ucok.

Ucok menepuk-nepuk bahu Aslan. "Kalo jagoan, pasti dapet banyak tambahannya, ya?"

"Apaan, sih, lu," sahut Aslan.

"Kapan-kapan gue masang buat lu," goda Ucok.

Aslan menanggapinya dengan menyikut pelan perut Ucok. Ucok berpura-pura kesakita setelah Aslan menyikut perutnya. Namun, sedetik kemudian ia tertawa dan Aslan ikut tertawa bersamanya. Melihat Ucok sudah kembali bekerja membuat Aslan merasa sedikit lega. Meski sepertinya masih butuh waktu sampai Ucok bisa berlatih tinju bersamanya, namun ia lega melihat Ucok yang saat terlihat baik-baik saja, berbeda dengan Ucok yang ia lihat setelah ia kalahkan.

****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys

and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.

Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it.

Terus berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^

pearl_amethyscreators' thoughts
Chương tiếp theo