Dengan susah payah mereka membopong tubuh Adith yang tidak terlalu berat. Namun karena tinggi Adith yang mencapai 180 dengan otot yang padat membuat mereka sedikit kesulitan.
Alisya sampai terhuyung kesofa dan Adith jatuh tepat dipangkuannya. Alisya berusaha berdiri namun tangan Adith sudah memeluk kedua pahanya seolah memeluk bantal yang sangat empuk dan berharga.
Mata Alisya membelalak bingung. Alisya langsung menepis dan berusaha meloloskan diri.
"Jangan buat dia terbangun, sepertinya dia sudah tidak tidur dengan baik dalam beberapa hari kemarin" nenek Alisya menperingatkan.
"Tapi kan nekkk" bantah Alisya sopan.
"Tidak apa-apa, kamu duduk saja. nenek akan masak dulu makanan hangat yang bisa membuat tubuh kalian berdua segar. Begitu selesai nenek akan memanggil kalian dan kamu bisa membangunkannya" Jelas neneknya lembut.
Alisya mengangguk paham dan terdiam dengan penurut. Ia menggeser posisinya agar sedikit nyaman dan menyandarkan badanya kesofa. Dengan lembut ia membelai-belai rambut adith dan memperhatikan wajah Adith yang tertidur lelap.
"Kau terlihat sangat tampan saat tidur seperti ini" Bisik Alisya sambil memegang hidung Adith gemas.
Sekitar setengah jam kemudian nenek Alisya kembali untuk memastikan keadaan keduanya. Dia tersenyum penuh kasih sayang begitu melihat Alisya juga tertidur lelap dengan tubuh memeluk bantal kursi sofa yang besar dengan Adith yang berada di pangkuannya.
Tidak ingin membangunkan keduanya, neneknya hanya mengalungkan selimut ke Alisya dan Adith lalu menuju dapur untuk menyelesaikan pekerjaanya.
Adith membuka matanya dan melihat langit-langit rumah yang Asing baginya. Ia menoleh ke arah kiri dan tersadar kalau ia berada di pangkuan Alisya. Dengan sangat pelan ia berusaha bangkit agar tak membangunkan Alisya yang tertidur lelap.
Adith menggeser posisi Alisya dan membaringkannya dengan nyaman lalu memperhatikan wajahnya dalam.
"Aku sangat merindukanmu Sya!" Bisik Adith mencuri kecup di dahi Alisya.
Mendengar bunyi dari arah dapur, Adith segera menuju ke dapur dan mendapati nenek Alisya sedang memasak.
"Kamu sudah bangun? bukannya kamu butuh istrahat?" Tanya nenek Alisya lembut sambil terus sibuk dengan pekerjaannyaa.
"Satu Jam sudah lebih dari cukup nek! aku merasa jauh lebih segar sekarang" Adith menaruh tangannya menghadap nenek Alisya.
"hm, syukurlah kalau begitu" neneknya tersenyum hangat.
"Kenapa nenek belum tidur?" Adith melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 23.40 malam.
"Aku menyiapkan ini agar kalian bisa lebih segar kembali" nenek Alisya mengaduk-aduk sayur beningnya.
"Kelor???" tanya Adith takjub.
"Iya, tunggulah beberapa saat lagi" senyum nenek Alisya.
"Ummm,, terimakasih nek tapi aku harus kembali secepatnya karena masih ada yang harus diselesaikan!" Adith melihat pesan di handphonenya.
"Makanlah, setelah itu kamu bisa pulang" tegas nenek Alisya sambil menyodorkan dia semangkuk besar sayur bening yang masih hangat.
"Nenek tidak makan?" tanya Adith sopan.
"Nenek sudah makan tadi, nenek sengaja menyediakan ini hanya untuk kalian berdua!" Jawab neneknya lembut.
"Terimakasih nek, tapi sebaiknya Alisya jangan dibangunkan dulu. dia kelelahan seharian karena kegiatan sekolah!" Lirik Adith ke arah Alisya yang sedang tertidur.
"Kamu menyukai Alisya yah???!" tanya nenek Alisya dengan wajah nakal.
Adith terbatuk-batuk hebat mendengar dan melihat ekspresi nenek Alisya. Tak di sangka nenek Alisya bisa seterus terang itu.
"Makanlah,,, nenek cuma becanda kok! Tapi nenek berharap kamu menyukai Alisya" Nenek Alisya tertawa sambil menyediakan segelas air minum untuk Adith.
Dengan lahap Adith menghabiskan makanannya tanpa menyisakan sehelai daun atau setetes air yang ada di mangkukknnya. Dia begitu puas dengan masakan nenek Alisya. Tubuhnya terasa lebih ringan dan lebih segar begitu meneguk segelas penuh Air putih.
Nenek Alisya duduk dihadapan Adith memperhatikan ekspresi lugu Adith yang sedang makan dengan lahap.
Adith pulang setelah Pak Dimas datang menjemputnya.
"Bagaimana Paman? apakah sudah ada perkembangan?" Tanya Adith sopan ketika sudah berada dalam mobil.
"Belum, sepertinya mereka menutupi semuanya dengan sangat rapi" terang Pak Dimas.
"Kalau begitu mari kita lihat sampai mana mereka akan bertahan!" Adith tersandar kekursinya menarik nafas dalam.
Saat menutup matanya, wajah Alisya yang sedang tertidur nyenyak melintas membuatnya tersenyum dan tertawa pelan. Wajah Alisya sangat manis saat tertidur. Adith belum bisa menenangkan pikirannya dari rasa rindunya kepada Alisya tapi tak mungkin baginya untuk terus berada disamping Alisya, tidak sampai apa yang menjadi targetnya keluar dari persembunyiannya. untuk saat ini, dia akan menahannya beberapa saat lagi. Meski malam ini dia telah melanggar, Adith yakin kalau hal itu pasti akan membuahkan hasil.
Pagi hari saat terbangun dari tidur, Adith melihat layar monitornya dan mengetahui bahwa Alisya masih berada dirumahnya. Adith menjadi semakin berjaga-jaga semenjak kejadian terakhir sewaktu camping. Baginya Alisya sudah mengambil seluruh pusat perhatiannya dan memonopoli dirinya.
Setelah berpakaian, dia yang biasanya akan di antarkan oleh supir kini memilih megambil kunci motor dan membuka bagasinya. Baru saja dia menyalakan bunyi motornya, suara alarammya berbunyi hebat. Adith tau bahwa ini artinya jam tangan Alisya juga mengeluarkan bunyi yang sama yang berarti Alisya dalam keadaan genting.
Adith memacu laju motornya menuju ke tanda merah tempat Alisya berada.Tidak butuh waktu lama bagi Adith untuk menemukan lokasi yang dikirimkan oleh GPS Alisya.
Adith bingung ketika melihat tempat itu, tempat itu merupakan bangunan gedung bertingkat yang sudah lama tidak diteruskan pembangunanya.
"Apa yang dilakukan anak itu disini? ini bukanlah tempat yang akan dikunjungi oleh Alisya terlebih karena akses masuknya yang sulit tadi." Pikir Adith turun dari motornya.
Tanpa pikir panjang lagi Adith langsung naik beberapa tingkat sampai ia mendengar kegaduhan perkelahian. Setelah sampai ia tidak bisa membayangkan bagaimana 5 orang laki-laki dengan postur tubuh yang lebih besar dari Alisya telah berhamburan terkapar dilantai satu persatu.
Disudut gedung ada Miya, Dinar dan Cecil yang masih berpakaian sekolah terkejut dengan kemampuan Alisya yang bisa melawan 5 orang preman yang sudah disewanya.
"Apa yang kalian lakukan??? kenapa hanya seorang perempuan seperti dia tidak bisa kalian lumpuhkan!!!" bentak Miya emosi
"Kau harusnya bersykur kalau aku masih sedikit bersabar denganmu" ucap Alisya santai.
"Kau pikir siapa dirimu?" Dinar mentap tajam Alisya dari jauh.
"Kau pikir aku akan takut terhadapmu???" Miya menatap Alisya penuh kebencian.
Setelah membersihkan tangannya yang tidak berdebu, Alisya mengambil tasnya yang terjatuh.
"Jangan,,, kalau kau takut ini semua tidak akan menarik" senyum Alisya menantang balik.
"Tempat ini berada dalam daerah kekuasaan ayahku! Tak satupun yang akan menemukanmu disini" tantang Miya lagi.
"Miya benar, tak ada seorangpun yang akan menyelamatkanmu disini"
"Benarkah???" senyum Alisya terlihat meremehkan yang membuat mereka waspada.