webnovel

Mencintai Gadis Misterius

Pagi hari di kamar Indah, Rafael duduk tertidur di samping kasur Indah. Semalam demam Indah sangat tinggi, membuatnya mengigau berbagai hal.

Setelah melihat kondisi Indah yang buruk, Rafael segera memanggil dokter-dokter terbaik yang dia miliki, namun sebelum dia melakukaknnya Nadin bersihkeras dan memohon pada Rafael.

Nadin memohon agar Rafael tidak memperlihatkan wujud Indah yang sebenarnya kepada semua orang.

Semula Rafael menolak dengan tegas permintaan nya, hal itu terdengar sangat konyol. Lagi pula sekarang Indah membutuhkan pengobatan secepat mungkin.

Namun Nadin tidak menyerah, dia segera membungkuk dan menggenggam kaki Rafael dengan sangat keras.

Melihat Nadin yang sangat keras kepala itu dan memikirkan alasan tersendiri yang dimiliki Indah, akhirnya dia hanya memanggil salah satu dokter yang paling dia percaya.

Saat dokter tersebut sampai dan memeriksa Indah, keadaan Indah benar-benar sangat buruk. Dokter mengatakan telat sedikit saja dirinya datang, maka itu bisa mengancam nyawa Indah.

Beberapa jam dokter memberikan perawatan yang intensif, hingga akhirnya Indah keluar dari masa kritisnya membuat Nadin bisa bernafas dengan lega.

Hal yang paling membuat Nadin sedikit terkejut, Tuan nya yang terkenal dingin dan acuh tak acuh itu. Dari awal hingga akhir tak beranjak dari kamar Indah, memperhatikan perawatan Indah dengan ekspresi yang tak terbaca.

Entah apa yang sedang di pikirkannya, Nadin juga takut untuj memperhatikan tuan nya secara terang-terangan dan mengabaikannya.

Dan pada saat Dokter mengatakan keadaan Indah sudah mulai stabil dan pamit untuk pulang, tanpa di duga tuan nya masih tetap berada di samping Indah.

Memandang Indah dengan tatapan yang dalam, seolah dirinya berusaha mengatakan sesuatu pada Indah namun tertahan akan sesuatu hal.

Rafael bahkan memberi isyarat kepada Nadin untuk keluar dari kamar, apakah tuannya akan menjaga Indah semalaman? Nadin terpaku sejenak melihat tingkah tuannya, namun segera tersadar ketika mendapari tatapan dingin dari Rafael.

Dengan langkah gagap Nadin pamit pergi dan meninggalkan Rafael dan Indah di dalam kamar.

Tangan Indah mulai bergerak sedikit demi sedikit, hal pertama yang dia rasakan saat terbangun adalah dingin di atas kepalanya.

Dengan keadaan yang masih setengah sadar, Indah memegang kepalanya dan menemukan kain kompres di kepalanya.

"Apa ini? apakah semalam aku demam?" gumam Indah dengan suara yang sangat kecil.

Dan Rafael yang mendengar suara gumaman kecil Indah juga segera terbangun, memperbaiki posisi duduknya dan memandang ke arah Indah.

Indah yang merasa ada pergerakan di sampingnya segera menoleh.

DEG....

Mata mereka terkunci dan tidak dapat mengalihkan perhatian mereka.

Rafael yang duduk di samping tempat tidurnya, dengan rambut yang agak acak-acakan dan terlihat baru bangun dari tidurnya itu, terlihat sangat tampan.

Ekspresi wajah yang baru terbangun dan melihatnya secala live di pagi hari, bisa membuat wanita manapun jatuh pingsan karena ketampanannya yang di luar kendali.

Wajah Indah seketika merona merah, bahkan sampai ke daun telinganya.

Rafael yang melihat tatapan Indah padanya, serta melihat rona merah pada wajah Indah membuatnya teringat sesuatu.

Ya.. Sesuatu itu beberapa malam lalu, saat dia melakukan hal senonoh pada Indah, sontak wajahnya juga memerah.

Namun Indah yang melihat ekspresi aneh pada Rafael, membuat beberapa ingatan muncul di kepalanya. Ekspresi malu pada wajahnya berubah menjadi ekspresi ketakutan.

Indah mundur kebelakang berusaha menjauh dari Rafael, tubuhnya bergetar dengan hebat dan menutupi dirinya dengan selimut. Memperhatikan dirinya yang tak memakai riasan apa pun di depan Rafael, membuat rasa takutnya semakin bertambah.

Rafael sedikit terkejut ketika Indah bergerak secara tiba-tiba, perempuan ini sangat takut padaku? pikir Rafael dalam hati, ekspresinya terlihat sangat menyesal.

Sebelum sempat Rafael berbicara Indah mengamuk dan berteriak.

"Pergi! keluar kamu dari sini! dasar bajingan." Indah melolong ke arah Rafael, air matanya terjatuh tanpa dia sadari.

"Pergi menjauh dariku!" Indah melemparkan beberapa bantal dan barang yang bisa di gapai tangannya ke arah Rafael.

Rafael hanya berdia terdiam di sana, membiarkan benda-benda itu mengenai tubuhnya tanpa menghindar sedikitpun. Lagi pula dia pantas mendapatkannya, pikirnya.

"Pergi..!!"

BUK..BUK...

Indah mulai membenturkan kepalanya ke dinding dengan keras, dia seolah memilih mati dari pada harus melihat Rafael.

Rafael tercengang dan ingin segera menghentikan tindakan Indah yang brutal itu, namun Indah tiba-tiba menatapnya dengan tatapan yang tajam.

Seolah ia mengatakan 'Jika kamu maju selangkah lagi, maka aku akan memecahkan kepalaku!'. Rafael akhirnya hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan frustasi.

Memandang ke arah Indah yang terlihat sangat kacau, dia dapat melihat setetes darah mengalir dari kepalanya. Akhirnya Rafael memilih pergi meninggalkan Indah, lalu memanggil Nadin dan dokter kepercayaannya untuk mengobati luka Indah.

___Di tengah kota, tepatnya di kawasan elit yang terkenal. Seorang pria tampan yang berpenampilan sangat trendi, duduk bersandar malas di atas kursi.

Dia menatap ke atas langit malam yang terlihat indah malam ini, tatapan terlihat kosong seolah memikirkan sesuatu.

Beberapa puntung rokok yang tergeletak di asbak, menandakan sudah cukup lama dia berdiam diri di kursi santai nya.

Demian terus memandang ke langit malam, membayangkan kembali wajah seorang gadis yang selama ini di carinya. Wanita itu sangat sulit di temukan, dia sudah mengerahkan seluruh orang-orang kepercayaan nya. Namun hasil nya tetap nihil sampai sekarang.

Demian menghisap rokok di tangannya, wanita manapun yang melihatnya akan membuat hati mereka berdebar sangat cepat.

wajahnya di lihat dari posisi manapun tak memiliki cacat sedikitpun, bahkan walaupun hanya dari samping. Posisinya yang terlihat saat menghisap batang rokok di tangannya memberikan kesan sosok pria yang sangat jantan.

akhir-akhir ini dia selalu memikir perempuan itu, mungkin dia harus merileks kan pikirannya untuk sementara.

"Apa yang di lakukan Rafael sekarang? mungkin sudah saatnya untuk berkunjung ke rumahnya!" gumam Demian.

Sudah lama sejak Demian bertemu dengan sahabat kecilnya itu, mungkin perasaannya sedikit buntu sekarang jadi dia membutuhkan seseorang yang bisa di ajak bicara.

Atau setidaknya orang yang bisa mendengar keluhannya, karena seperti yang di ketahui semua orang, Rafael sosok yang sangat pelit dalam berbicara.

Dan tentu saja dia tidak akan perna menertawakan kebodohan Demian, ya.. bodoh.. Kebodohan saat memikirkan seorang perempuan yang baru sekali dia lihat dan tak mengetahui identitasnya. Bahkan mengeluarkan banyak biaya besar untuk menemukannya dan tidak menemukan setitikpun informasi hingga sekarang. Dan hal itu tak membuatnya berputus asa dan malahan semakin bersih keras untuk menemukannya.

Riko selalu mengatainya seperti itu saat Demian membahas tentang perempuan yang tak di kenal itu, Demian tidak perduli dengan pendapat orang lain.

Dia sadar dirinya memang bodoh, ya.. Bodoh karena cinta.

Sudah cukup lama Demian menyadari perasaannya, sejak saat itu dia tidak perna memiliki rasa tertarik terhadap perempuan lain. Awalnya dia berfikir mungkin perasaan itu hanya rasa penasaran saja, namun lama-kelamaan rasa di hatinya semakin terasa jelas.

Dia yakin, saat ini di benar-benar jatuh cinta pada perempuan yang sangat misterius itu.

Chương tiếp theo