webnovel

Part 9

Keduanya sudah berada di dalam tempat itu, tempat di mana keduanya selalu berasama, melalui semuanya. Tempat keduanya beradu desahan setiap malamnya, saling mencumbu, dan juga kejadian di mana Chayeol hampir menembak kepala gadis mungil yang possesif mencintainya. Tempat itu masih sama, tempat rahasia di balik sebuah pintu.

"Kemana saja kau selama ini?"

Baekhee bersandar di dada Chanyeol, keduanya duduk di sofa yang menghadap langsung ke sebuah tempat tidur berukuran sedang. Chanyeol tidak mengubah tempat itu, semua dibiarkan sama seperti 6 tahun lalu.

Tempat itu jauh lebih bersih, hanya saja tata letak semuanya dibiarkan seperti semula, walaupun Chanyeol mengisinya dengan barang-barang baru, tapi itu terlihat sama.

"Setelah hukuman mati-ku beredar luas, Junmyeon membawaku ke Kanada"

"Irene dan Junmyeon masih Hidup?" Baekhee merindukan wanita bernama Irene yang selalu memanggilnya gadis kecil itu.

"Mereka baik-baik saja, perusahaan mereka sempat diselidiki, tapi mereka bersih, walaupun Irene sering membantuku, tapi identitasnya tidak pernah diketahui" Chanyeol mengetakan yang sebenarnya, Junmyeon hanya pebisnis biasa yang tidak pernah tercatat mempunyai catatan hitam, walaupun itu hanya rekasyasa.

"Bagaimana kau masih hidup?"

"Itu karena aku sangat ingin melihat anak kita" Chanyeol memeluk tubuh mungil Baekhee, dan mengecup kepala wanita itu berkali-kali.

Malam ke 90

Chanyeol berjalan kembali ke tempat tinggalnya dengan Baekhee. Chanyeol melihat gadisnya berbicara dengan laki-laki asing yang tidak dikenal.

Gadisnya terlihat berlari meninggalkan laki-laki asing yang sedang menerima panggilan telepon. Chanyeol berjalan menyelinap di sebuah gang sepi dan gelap yang menuju tempat tinggalnya.

Baekhee berdiri tidak jauh dari tempatnya, gadis itu sesekali menoleh ke belakang dan memastikan jika laki-laki aneh itu tidak mengikutinya. Chanyeol melihat dua orang yang beberapa saat lalu mengintainya tengah mencari sesuatu.

Chanyeol menarik tubuh Baekhee kedalam gang gelap itu dan menutup mulut gadisnya kuat-kuat. Baekhee gemetaran dan berusaha melepaskan diri.

"Ini Oppa" Chanyeol berbisik.

"Malam itu, aku kembali ke tempat ini dan mendapati ini sudah berantakan, dan tanpa aku sadari jika itu adalah tindakan bodoh" 

Chanyeol menceritakan kejadian setelah Baekhee pergi bersama taxi yang mengantar gadis itu pulang.

"Katakan Oppa"

"Aku tidak bisa berpikir dengan benar setelah membiarkanmu pergi, aku kembali untuk mengambil sesuatu, tanpa aku sadari jika mereka sudah menungguku di sini" Chanyeol mengingat baik kejadian malam itu.

"Kau pasti ketakutan Oppa" mata Baekhee mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak takut, yang ada di pikiranku hanya kamu Baek, aku tidak memikirkan apapun selain dirimu dan apa yang akan keluargamu lakukan padamu, pikiranku benar-benar kosong" Chanyeol masih bisa merasakan perasaan kalutnya malam itu "...mereka membawaku tanpa perlawanan"

"Lalu bagaimana bisa?"

"Awalnya aku putus asa dan merasa tidak ada lagi harapan untukku" Chanyeol mengeratkan pelukanya pada tubuh Baekhee "...mereka menjatuhkan hukuman mati untukku"

"Oppa" Baekhee mulai menitikan air matanya, wanita itu tidak tega walau hanya mendengar ceritanya, ini sudah berlalu 6 tahun lalu, tapi kejadian malam itu masih membekas jelas di ingatan keduanya. Baekhee dengan segala kesedihanya yang terpaksa meninggalkan Cahanyeol.

"Pada akhirnya ada seorang tahanan menghampiriku"

"Kau menangis? Apa kau menyesal sudah melakukan semua kejahatan itu?" seorang laki-laki bertubuhn tinggi menjulang menghampiri Chanyeol yang hanya diam. 

Chanyeol tidak menangis seperti yang dikatakan laki-laki itu, Chanyeol berpikir keras  tentang bagaimana caranya dia biasa kembali. Kali ini berbeda, Alden memalsukan kematianya karena kecelakaan, bahkan dulu dia tidak pernah tertangkap dan diadili, maka itu lebih mudah karena kasusnya ditutup karena tersangka sudah meninggal. Tapi kali ini dia diadili dan divonis mati.  Junmyeon tidak tinggal diam, karena tanpa Chanyeol, pria itu tidak bisa berbuat banyak.

"Aku tidak pernah menyesali semua perbuatanku, aku tidak menangis untuk itu" Chanyeol menggeser duduknya dan membiarkan laki-laki yang lebih tinggi itu duduk di sampingnya.

"Merindukan seseorang?"  laki-laki itu lagi "...cih, penjahat sepertimu tidak pantas menangis karena wanita" laki-laki itu tertawa remeh pada Chanyeol yang diketahui bernama Alden.

"Brengsek!"

Chanyeol menarik kerah baju tahanan laki-laki yang lancang itu, bukan taku dengan kepalan tangan Chanyeol yang hampir mendarat di wajahnya, laki-laki itu justru tertawa kecil.

"Hei, keep calm dude" laki-laki itu tersenyum menyebalkan, laki-laki itu tidak terlihat takut sama sekali.

"Aish!" Chanyeol menghempaskanya dengan kasar. Sedangkan laki-laki itu hanya tertawa remeh. 

Keduanya kembali diam dan bersandar di dinding, keduanya berada di tepi lapangan tempat tahanan lain berolah raga.

"Kris Wu"

"Alden Park"

Keduanya memperkenalkan diri masing-masing, keduanya tidak saling melempar senyum, apalagi menjabat tangan layaknya orang yang berkenalan, keduanya masih memandang lurus ke tengah lapangan dan melihat yang lain bermain bola.

"Kapan kau akan menerima hukumanmu?" Kris membuka pembicaraan.

"Bukan urusanmu" Chanyeol acuh tak acuh, demi apapun dia sangat frustasi jika ada orang yang menyinggung hal itu.

"Bagaimana jika aku menawarkan kebebasan untukmu?"

Chanyeol menoleh ke arah Kris, menatapnya sekilas dan kembali memalingkan pandanganya ke arah semula tanpa minat.

"Omong kosong" Chanyeol tertawa kecil.

Memangnya siapa Kris Wu yang menawarkan kebebasan untuknya, apa laki-laki itu tidak sadar siapa dirinya yang sama-seorang tahanan.

Kris hanya tertawa melihat reaksi Chanyeol. Kris sudah menduganya jika Chanyeol akan bereaksi seperti itu.

"Terserah padamu, hanya saja--"

"Bagaimana caranya?"

"Matilah sebelum mereka membunuhmu"

Chanyeol sempat emosi setiap mendengar perkataan Kris, bagaimana tidak. Kris selalu berbicara kasar dan tanpa basa-basi, yang sayangnya perkataan kasarnya itu semua benar menurut Chanyeol.

"Namanya Kris Wu, dia adalah seorang peretas ulung" Chanyeol menceritakan tentang laki-laki itu.

"Haruskah aku berterimakasih padanya?" Baekhee merasa di berkati karena laki-laki bernama Kris yang menolong kekasihnya di dalam tahanan.

"Jangan coba-coba" Chanyeol melarang dengan tegas.

"Kenapa?"

"Karena kau harus ke alam baka untuk bertemu denganya" Chanyeol secara tidak langsung mengatakan jika Kris sudah meninggal.

"Kenapa--"

"Aku mendengarnya dibebaskan beberapa bulan setelah aku berhasil melarikan diri dari sel" 

Chanyeol mengetahui semuanya. Entahlah, bagaimana bisa seseorang yang sudah mati dua kali masih saja punya kekuasaan besar untuk mengetahui semua hal. Bukan tanpa alasan, Chanyeol adalah harta berharga bagi jaringan yang yang menaunginya dulu, bahkan saat memutuskan meninggalkan bisnis kotornya dulu, mereka selalu menyokong Chanyeol, karena otaknya lebih berharga dari apapun. 

"Jadi pemberitaan itu bohong?" Baekhee menyadari satu hal, jika semua pemberitaan di media itu tidak benar, terkadang suatu berita sengaja diciptakan untuk menutupi sesuatu.

"Itu untuk menutupi citra buruk mereka yang luput mengawasi seorang narapidana yang kabur, walaupun aku mengalami kecelakaan dan dinyatakan meninggal karena mayatku ditemukan sudah dalam kondisi rusak"

"Oppa, apa ini benar kau?" Baekhee melepaskan pelukanya saat Chanyeol mengatakan hal itu.

"Aku tidak bodoh, aku menukar pakaianku dengan korban yang terlibat kecelakaan denganku" Chanyeol menarik Baekhee kembali kedalam pelukanya.

"Bagaimana bisa?"

"Aku sampai ketempat kakakku dengan keadaan sekarat, kakiku patah, bahkan sebelah paru-paruku di penuhi darah dan hampir tidak bisa bernafas"

"Oppa" Baekhee menatap iba pada kekasihnya "...tapi bagaimana kau bisa keluar dan mengendarai mobil untuk kabur"

"Laki-laki itu, Kris Wu, kemampuan meretasnya tidak main-main, dia meretas cctv yang ada di  rumah tahanan itu dan memanipulasi layar monitornya, aku bisa keluar saat tengah malam, karena aku tidak ingin ada keributan saat Kris mengambil kunci yang bisa meloloskanku" Chanyeol mengenang Kris yang berhasil menolongnya.

"Lalu kenapa dia tidak ikut denganmu Oppa?"

"Dia akan di bebaskan beberapa bulan lagi, dia mengatakan ingin beristirahat di tempat itu" Chanyeol menyesal pernah salah paham karena kata-kata Kris yang sedikit kasar "...aku berjanji padanya, saat aku selamat dan berhasil hidup dengan baik, aku akan menemuinya dan menjadikan dia anak buahku, tapi aku terlambat. Laki-laki itu terlibat kecelakaan saat berkendara dalam keadaan mabuk, sangat di sayangkan, dia pintar tapi bodoh"

.

.

.

"Pasien mengalami perdarahan di paru-parunya karena benturan!" 

Seorang dokter berusaha menyelamatkan Chanyeol yang hampir tidak bernafas. Junmyeon mencegat mobil yang Chanyeol kendarai saat mendapat kabar jika dia kabur dan mangalami kecelakaan. Junmyeon membawa serta Ambulance dari Rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan jaringanya.

"Pasang selang di dadanya, keluarkan darahnya, buat paru-parunya mengembang terlebih dahulu, lakukan sekarang!" mereka melakukanya di dalam Ambulance yang sedang berjalan.

"Pertahankan kesadaranmu!" pekik salah seorang tenaga medis yang menangani Chayeol.

"Paru-parunya mulai mengembang, pasien mulai bernafas"  dokter yang berhasil mengeluarkan cairan yang menumpuk di paru-paru Chanyeol.

"Tekanan darahnya menurun!" seseorang yang mengawasi Bedside Monitor untuk mengawasi tekanan darah pasien.

Chanyeol mengalami tanda shock karena perdarahan di dinding dadanya.

"Pertahankan kesadaranmu Park Chanyeol!"

"Aku pikir aku akan mati di dalam Ambulance sebelum sampai ke Rumah sakit karena mengalami shock" Chanyeol menggeleng lemah, pria itu masih mengingat bagaimana rasanya berada di ambang kematian. 

Baekhee mengeratkan pelukanya pada Chanyeol. Laki-laki itu tampak berkaca-kaca.

"Setelah kondisiku stabil, Junmyeon membawaku ke Kanada dengan membawa serta alat-alat itu, bahkan kakiku harus mengunakan penyangga"

"Bagaimana bisa kau melakukan penerbangan, bukankah Identitasmu--"

"Kau ingat saat aku pergi ke Kanada?" Chanyeol memotong kallimat Baekhee dan mengingatkan kejadian saat dirinya hampir mati kebosanan karena Chanyeol meninggalkanya di Mansion.

"Aku membuat identitas baru saat itu" Baekhee hanya mengangguk.

"Lalu Skotlandia?" Baekhee baru mengingat jika laki-laki itu diperkenalkan oleh Ayahnya sebagai warga negara Skotlandia.

"Setelah kondisiku benar-benar pulih, aku terbang ke Negara itu untuk menjalankan perusahaan cabang di sana, perusahaan itu milikku yang sempat di kelola William dan Aideen selama beberapa tahun"

"Tapi Oppa" Baekhee mengangkat kepalanya dan menatap pria itu "...aku tidak menyukai namamu yang sekarang, aku lebih suka Park Chanyeol" Baekhee memajukan bibirnya seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Tentu saja aku Park Chanyeol, kami orang yang sama, dan aku tetap Park Chanyeol" Chanyeol mengecup bibir Baekhee.

"Tidak, aku lebih suka Park Chanyeol" Chanyeol henya tertawa melihat tingkah Baekhee. Gadis nya sama sekali tidak berubah, masih saja possesif terhadapnya.

Chanyeol tidak bisa membayangkan jika saat itu dirinya tidak selamat dan tidak akan pernah bertemu dengan Baekhee lagi.

"Mau bercinta?" Chanyeol tiba-tiba.

"Oppa!!!" Baekhee menutup wajahnya, kenapa pria itu suka sekali mengatakan hal itu.

"Ah! Phone sex, kita belum pernah mencobanya bukan?" 

Chanyeol menggoda Baekhee, itu hal yang memalukan bagi Baekhee, wanita itu menyesal sudah menceritakan hal itu pada Chanyeol. Bahkan setelah semua yang terjadi, Chanyeol masih mengingatnya dan menggoda Baekhee dengan kalimat itu.

"Ya!" Baekhee memukuli dada Chanyeol, Baekhee benar-benar kesal. Tapi itu adalah hal yang menyenangkan bagi Chanyeol, menggoda Baekhee sampai wajahnya memerah.

Chanyeol tidak menjalani hidup seperti orang biasa yang penuh kesedarhanan. Tumbuh, bersekolah, melanjutkan ke universitas, bekerja lalu menikah dan mempunyai keturunan, hidup bahagia dengan cara sederhana dan klasik. Chanyeol tidak, pria itu hidup dalam kehidupan dua sisi, bisnis bawah tanahnya membuat pergerakanya tidak sebebas orang biasa, Chanyeol harus pintar memutar otak agar kehidupan dua sisinya tetap berjalan seperti biasa.

Kisahnya bersama Baekhee pun di awali bukan dengan cara baik-baik, tapi apapun itu, saat ini dirinya harus bersyukur bisa merasakan mencintai dan dicintai seberar itu, walaupun pada awalnya Chanyeol ragu, tapi perasaan itu ada di dalam dirinya.

Setiap manusia di dunia ini adalah pemeran utama dalam kehidupanya masing-masing, dan anggap saja jika Chanyeol adalah seorang penjahat yang sedang menjadi peran utama.

"Oppa"

"Ya?"

"Aku merindukan milikmu"

Tangan mungil Baekhee mulai bermain-main di dada dan perut pria yang dia rindukan itu.

"Mau aku tiduri di tempat ini?" Chanyeol berbisik menggoda Baekhee. Sayangnya Baekhee bukan seorang gadis yang akan tersipu mendengar rayuan seperti itu.

"Apapun, selama itu Park Chanyeol, aku akan melakukan di manapun" Baekhee pun mangatakanya sambil berbisik, bukan hanya berbisik, bahkan Baekhee mengecup dan menjilati leher Chanyeol.

Jangan lupakan tanganya yang mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang Chanyeol kenakan.

"Kau masih gadisku yang mesum" Chanyeol menikmati perlakuan Baekhee, pria itu mengusap lengan Baekhee dan berusaha menyesap leher mulus gadis mesumnya.

"Kau masih Oppa ku yang seksi dan menggairahkan" Baekhee kembali mengecup leher Chanyeol dan menyesapnya hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.

Sedangkan tanganya meraih tanga besar Chanyeol agar bermain di dadanya yang masih tertutup pakaian lengkap.

"6 tahun ini, apa ada pria yang pernah memuaskanmu?" keduanya saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

Keduanya mulai menikmati permainan masing-masing, Baekhee dengan tangan nakalnya yang sudah menjamah seluruh permukaan kulit dada dan perut Chanyeol. Sedangkan Chanyeol masih meremas dada Baekhee bergantian, membuat wanita itu menggigit bibirnya, jangan lupakan tatapan keduanya yang masih beradu.

Demi apapun tatapan keduanya seperti seorang maniak yang siap saling menerkam kapanpun.

"Tidak pernah terpikir sedikitpun"

"Lalu Oppa, apa selama ini ada wanita yang menikmati miliku?"

"Hmm"

"Jika ada, terkutuklah wanita itu" tangan Baekhee mulai mengusap bagian pangkal paha Chanyeol yang mulai membesar.

"Kau benar-benar possesif Baek" Chanyeol mendekat dan mencumbui leher Baekhee dengan ganas. Chanyeol merindukanya, merindukan semua yang ada pada wanita itu.

"Aku sudah mengatakanya bukan? Jadi, jangan coba-coba bermain dengan wanita lain Tuan Park!"

"Arghhh Baekhee!" Chanyeol mengerang saat Baekhee memukul miliknya dengan telapak tangan. Demi apapun dia terkejut, dan menyudahi cumbuanya di leher Baekhee.

"Katakan!" Baekhee kembali bersiap untuk memukul miliknya.

"Aku tidak pernah berpikir tentang hal lain, yang aku pikirkan hanya, bagaimana caranya aku kembali padamu arghh!"

Bukan memukul, kali ini Baekhee menyusupkan tanganya kedalam celana pria itu, demi Tuhan, Baekhee sangat agresif.

"Ini hanya miliku Oppa, aku tidak akan membiarkan siapapun menikmatinya selain aku"

Baekhee naik ke pangkuan Chanyeol dan duduk tepat di atas kejantanan pria itu, bibirnya memagut bibir Chanyeol dengan tergesa.

"Hei sayang, pelan-pelan" Chanyeol ingin sekali tertawa.

"Oppa" Baekhee menggoyangkan pinggulnya membuat Chanyeol memejamkan matanya, Baekhee benar-benar.

"Jangan salahkan aku jika aku menidurimu sampai pagi" Chanyeol bangkit dengan Baekhee yang masih berada di atasnya.

"Lakukan apapun Oppa"

.

.

.

Tbc.

'Baby take my hand, i want you to be my husband, cause you're my Iron Man, and i love 10.000' -Baekhee to Egan-

Nah loh, bukan 3000 lagi, tapi 10.000.

Chương tiếp theo