"Be... n saya ke. ce. wa dengan kamu!" kecam May.
"Ya sudah May masalah ini jangan terlalu kamu anggap serius!" balas Ben merasa kesal karena lelah di cecar dengan pertanyaan yang tidak berakhir. Ia hanya ingin May berhenti menanyakan perihal sayatan di tangannya, biarkan saja berlalu. Toh juga hanya sayatan ini batin Ben yang merasa keras kepala May membuat ia tidak nyaman.
"Jangan pernah berpikir ini hal sepele Ben, seandainya sayatan itu sampai ke tendon lenganmu maka dipastikan tanganmu tidak berfungsi selamanya!" jawab May dengan kata - kata dan tatapan yang tajam.
"May please saya lelah bisakah kamu berhenti mencecar saya dengan pertanyaan dan segala vonis seandainya, please tidak usah berandai - andai, yang benar terjadi sekarang lengan saya tidak kenapa - kenapa hanya butuh jahitan dan pulih dalam waktu dekat" balas Ben tidak kalah sengit.
Siapa yang memulai dan sebenarnya yang mereka perdebatkan semuanya seputar sayatan di lengan, dan ketidak jujuran Ben mengakui siapa pelakunya tanpa ia ketahui kalau May sudah memeriksa CCTV yang menunjukkan kondisi di teras sejak awal hingga tragedi penusukan.
Sesaat May bersidekap dan menatap mata Ben untuk mencari tahu tujuannya menutupi kejadian di teras, ia merasa marah, bercampur kecewa saat situasi pelik seperti ini Ben tetap bersiteguh menutupi kenyataan yang terjadi hingga pikirannya menjadi liar mengingat rekaman CCTV yang ia saksikan saat itu saat Magdalena menangis sambil memeluk tubuhnya dengan erat, sesekali punggung Magdalena di usap oleh Ben dengan penuh kasih.
Ia tiba - tiba merasa ngeri jangan - jangan pikirnya, yang kemudian ia tepis jauh - jauh tidak mungkin Ben memiliki perasaan apapun pada Magdalena. Tetapi sikap teguh Ben menutupi masalah ini tanpa merasakan keberatan dalam nuraninya bahkan meninggikan suara untuk menghentikan investigasi May membuat hati May perlahan - lahan kecewa.
Kemudian dia berderap ke arah meja tempat ia menaruh celuler, dompet dan kunci mobil. Ia meraih kunci mobilnya sambil memasukkan semua perlengkapan ke dalam tas dengan kesan terburu - buru.
Ben memandangi sikap May tanpa menyadari tujuannya membereskan semua barang - barangnya. "Ben sepertinya kamu harus saya tinggalkan sendiri sementara. Nanti saya akan minta salah satu asisten rumah tangga menyiapkan makanan dan obatmu" ujarnya tanpa melihat ke arah wajah Ben.
"Apa maksud kamu May? saya gak suka kamu kabur dan meninggalkan perdebatan diantara kita tanpa kejelasan. Please love kita bisa selesaikan ini!"
"Sorry Ben, versi selesaikan antara kita berdua tidak ada titik temunya, biarkan kita mengambil waktu sejenak memikirkan solusi atas masalah ini"
"Masalah ini sudah selesai May, saya jamin tidak akan terjadi lagi. Sudah selesai, gak perlu di bahas" ujar Ben.
"You know Ben. In this case I am disappointed and feel doubts about your sincerity for all our wedding plans!" balas May dengan mata berkaca - kaca kemudian berbalik dan berencana meninggalkan mansion dimana ia menghirup nafas yang sama dengan Ben, ia marah dan kecewa merasa butuh waktu menenangkan diri.
Ia menghubungi sepupu tercintanya dan menceritakan semuanya hingga permohonan untuk tinggal di apartemen Roaman, ia tidak kuasa membawa hati penuh kecewa ke kediaman papanya.
Sepanjang perjalanan, air mata menetes dan membasahi pipinya. Sedangkan Ben termangu karena menyayangkan sikap May atas peristiwa ini. Dia merasa bersalah karena pemberitahuan pernikahan yang ia kabarkanlah memicu amarah dalam hati Magdalena, ia berkesimpulan seandainya ia tidak memberitahukan kabar itu maka Magdalena pasti akan tenang.
Ia mulai frustasi dan menghubungi May yang dengan sengaja menolak telepon darinya.
"Argkhhhhhh, teriaknya melepas amarah" Luka lengannya tidak seberapa lagi. Tapi persoalan May meninggalkan dan menolak teleponnya membuat dia takut sekaligus jengkel. Di satu sisi ia merasa bersalah telah menuduh May berlebihan dalam merespon persoalan lengannya, disisi lain ia merasa harus melindungi Magdalena.
---------------------------- " Oh iya om, May masih menemani saya di mansion om. Bagaimana hasil pemeriksaan hari ini? oh, iya May pasti happy kalau hasilnya bagus om. Iya nanti Ben pasti sampaikan om!" tutup Ben mengakhiri perbincangannya dengan om Tony, Ben pikir May pasti pulang ke rumah. Ternyata perkiraannya salah saat om Tony menanyakan kondisi May. Ben mulai merasa was - was ia takut terjadi apa - apa saat May menyetir dan lain sebagainya.
"May please angkat teleponnya love" bisiknya berulang - ulang". Ia sangat kacau sekarang, ia mulai bertanya apa sikapnya berlebihan kali ini. Ia sudah mencoba menghubungi berulang kali.
Malam ini Will juga harus ke Citraland melakukan rapat pemegang saham, hingga Ben benar - benar merasa sendirian dan bingung apa yang harus ia lakukan.
Sejak sore kemarin hingga sore ini Ben dilanda kegelisahan karena tidak tahu tentang keberadaan May bahkan Roaman, Cintya, Diana yang tidak tahu apa - apa juga memberi kabar bahwa May belum masuk kantor My Production.
"Saat ini ia benar - benar merasa lelah" karena semalam ia tidak dapat memejamkan mata barang sedetikpun. Pikiran jahat mulai berkeliaran dalam benaknya jangan - jangan May meragukan permintaan Ben untuk melangsungkan pernikahan hingga ia pergi meninggalkannya.
"Oh... tidak - tidak, itu tidak mungkin" tepis Ben.
"Please honey, love angkat teleponnya" harapnya untuk kesekian kalinya"
--------------- Sedangkan wanita yang dicari - cari keberadaannya oleh Ben sedang minum - minum di apartemen Roaman karena dorongan rasa kecewa dan amarah atas ketidak jujuran sikap Ben membuatnya mengabaikan nada sambung celulernya yang memainkan lagu "I Finally Found Someone" yang khusus di atur May untuk nada dering calon suaminya.
"Hehehhe, calon suami mu May, calon suami mu menutupi perempuan yang berencana menghilangkan nyawanya. Apa maksudnya, pikir May sambil bergegas berlari ke arah toilet karena pergolakan di dalam perutnya, hingga ia memuntahkan seluruh isi minuman yang barusan ia tenggak. Akibat tidak tidur barang semenit mulai dari tadi malam hingga ia memutuskan untuk mabuk supaya ia tidur atau pingsan sekaligus dalam benaknya.
Tiba - tiba, ia merasakan kepalanya berdenyut sakit dan seluruh ruangan berputar hingga ia jatuh pingsan sesaat setelah ia mendengar bunyi ceklak dari pintu apartemen.
"Holy mother fucker. what's the matter with you sweet heart?" sambut Roaman melihat kondisi May terbaring pingsan di tengah - tengah ruang tamu. Ia mengernyitkan hidungnya karena mencium alkohol dari mulut May,
"Sial May sejak kapan kamu minum - minum, kamu sudah tahu tubuh kamu tidak tawar terhadap alkohol. Apa masalah kalian sepelik itu, aku pikir hanya salah paham" bisik Ro sambil menggendong dan membersihkan wajah May bekas muntahan yang mengenai bajunya.
Roaman kesal dengan Ben, ia merasa Ben tidak dapat melindungi May, segala persoalan yang mengganggu May lebih banyak diakibatkan oleh Ben. Tanpa pikir panjang ia menghubungi Ben.
"Apakah kamu sudah menemukan May? lalu apa yang akan kamu lakukan kalau paman Tony menanyakan keberadaan May?" tegas Ro sambil menutup komunikasi dengan Ben.
Terbersit di pikirannya untuk membuat Ben jera menyia - nyiakan kebaikan hati sepupunya.
~Rencana licik segera di susunnya ~