Latihan drama berikutnya adalah hal terbaik dalam hidup Katerina. Anak-anak sudah semakin akrab dengannya dan mereka menikmati latihan demi latihan. Bahkan Michael kadang-kadang singgah dan mengomentari latihan itu, semakin lama komentarnya pun semakin positif. Yang menjadi beban hanyalah Nita dan Riri yang menjauhkan diri dari anggota kelas. Beberapa anak lainnya juga berhasil mereka pengaruhi, tetapi sebagian besar masih mendukung drama itu.
"Bu Katerina, kemari sebentar..."
Katerina yang sudah bersiap-siap pulang menoleh dan mendapati Bu Amelia berdiri di belakangnya, diikuti oleh seorang guru paling menyebalkan yang ia tahu... Ia baru ingat Bu Ani adalah wali kelas 2C.
"Ya...ada apa, Bu?" tanya Katerina dengan sopan.
"Bu Ani memberitahu saya bahwa nilai-nilai anak-anak kelas 2C semakin hari semakin menurun. Rupanya karena terlalu banyak memusatkan perhatian pada drama anda, pelajaran mereka jadi terabaikan."
Katerina melongo mendengarnya. Nilai-nilai yang menurun? Setahunya anak-anak kelas 2C memang dari dulu jarang mendapat nilai bagus karena mereka malas belajar. Tetapi menurun karena drama yang ia adakan?
"Saya tidak merasa...."
"Kalau menurut saran beberapa guru di sini, sebaiknya drama itu dibatalkan saja." Bu Amelia menyela ucapan Katerina. Wajahnya tidak tersenyum seperti biasanya. "Saya memberi kesempatan sekali lagi. Latihan drama boleh dilanjutkan tetapi kalau nilai ujian mereka jelek...anda dipersilahkan berhenti mengajar di sini."
Katerina tercengang. Ia tahu statusnya masih percobaan, tetapi ancaman seperti itu tidak dapat diterimanya.
"Maaf, Katerina...seorang guru yang baik bukan hanya dekat dengan murid-muridnya," Bu Amelia memegang bahu Katerina dan menggeleng-geleng. "...guru yang baik juga harus membuat murid-muridnya pintar."
Katerina menunduk. "Terima kasih, Bu...akan saya ingat baik-baik..."
Ia mengambil tasnya lalu pergi.
Katerina menyampaikan hal itu pada murid-murid 2C yang segera protes mendengarnya. Di tengah keriuhan itu ia berusaha menerangkan solusi yang sudah dipikirkannya pada mereka.
"Kalian harus belajar lebih keras dari biasa agar nilai-nilai ujian semester kalian bagus. Ibu bersedia mengajari kalian sepulang sekolah agar persiapan ujian kalian semakin baik."
"Jadi kami harus belajar lebih lama, dong...!?" keluh Karin. "Membosankan sekali...!"
"Maaf, tapi itu satu-satunya solusi kalian..." Katerina memandang mereka semua bersungguh-sungguh.
"Sepulang sekolah kita belajar tambahan selama 2 jam. Di hari Rabu kita berlatih drama, dan hari Kamis membuat kostum. Kalau kalian tidak ingin melakukannya, it's fine for me. Batalkan saja semuanya."
Mereka semua terdiam.
"Teman-teman...tadi aku dengar...Bu Dina sama Bu Ani bilang bahwa...Bu Katerina..akan...dipecat..kalau kita gagal dalam ujian..." kata Laura tiba-tiba.
Semua serentak memandang murid baru yang pendiam itu. Airmatanya mengalir pelan-pelan.
"Aku sangat suka Bu Katerina... guru pertama yang sangat baik kepadaku... tolonglah..."
Ia berlutut menghadap teman-temannya dengan tangis berderai.
"Kumohon...jangan biarkan Bu Katerina pergi..."
Semua kaget. Katerina segera membantu Laura supaya berdiri, tetapi anak perempuan itu menolak.
Ia terus saja berlutut memohon pada teman-temannya..
"Laura benar." Kata Denny kemudian. "Dari dulu kita dikucilkan guru-guru karena kita dianggap kelas yang bodoh dan nakal. Hanya Bu Katerina yang sayang sama kita... Kita nggak boleh mengecewakannya...!"
Hendry sang KM juga angkat bicara.
"Sebenarnya kita adalah anak-anak yang pintar, kalau kita mau serius belajar kita bisa membuktikan pada orang-orang yang selama ini memandang rendah pada kita, bahwa kita bisa berubah..."
"Demi martabat kelas 2C...kita harus bersatu teman-teman...!" kata Dian menanggapi.
Anak-anak mengangguk dan bersorak riuh. Selama ini mereka tidak perduli dengan atribut jelek yang dikenakan pada kelas 2C, tapi sekarang harga diri mereka mulai bangkit.
Katerina memeluk Laura dan mereka bertangisan bahagia. Bahkan Michael tak melihat sesuatu untuk dicela kali ini. Ia mengangguk dan menarik nafas panjang.
***
Tugas Katerina menjadi ekstra keras. Selain menyiapkan pelajaran Bahasa Inggris dan dramanya, ia pun harus menyiapkan materi pelajaran-pelajaran ujian. Yang membuatnya agak kesulitan adalah pelajaran Fisika, Biologi, dan Matematika, untunglah ada beberapa anak yang pintar dalam pelajaran-pelajaran tersebut dan membantunya mengajarkan pada teman-temannya dalam jam tambahan itu.
Kelas berubah menjadi tempat belajar bersama setelah sekolah usai, dan sangat menyenangkan, karena para orangtua yang gembira dengan perubahan ini selalu saja ada yang mengirim makanan dan minuman lezat teman mereka belajar.
Setelah beberapa waktu, Katerina mulai mengadakan latihan-latihan soal ujian dan ia sangat gembira mendapati kemajuan pesat dalam pelajaran mereka. Anak-anak itu pun menyadari perubahan besar dalam pelajaran mereka sehari-hari.
"Ternyata Matematika itu gampang sekali... selama ini kirain susah banget, padahal kalo kita sungguh-sungguh berusaha untuk ngerti, Matematika jadi mudah dikerjakan..."
"Fisika juga gampang, yang penting ngerti dan hafal rumus-rumusnya..."
"Gua jadi suka, lho, pelajaran di sekolah... ternyata menarik juga..."
Katerina tersenyum saja mendengar komentar-komentar seperti itu. ia ingat dulu ia pun benci semua pelajaran, tetapi setelah ia belajar sungguh-sungguh ia mengerti bahwa pelajaran-pelajaran itu semuanya mudah.
>>>>>>>>>>>
"Wah, kalian ternyata pintar... Kenapa nilai ulangan kalian nggak pernah bagus?" tanya Katerina keheranan.
"Soalnya kami malas belajar." jawab Raja cuek. "Aneh rasanya kalo seorang anak nakal tiba-tiba dapat nilai bagus. Lagipula kami nggak pengen keliatan pintar..."
"Tapi kalian maksa ngajarin aku pelajaran-pelajaran yang sulit begini..." kata Katerina heran. Ia menyingkirkan buku Fisikanya ke samping. "Aku juga nggak mau jadi pintar."
"Jangan bodoh, kamu! Apa pun alasannya kamu harus pintar biar guru-guru nggak bisa ngejatuhin kamu! Lihat si Rio, waktu Pak Bambang mau mempermalukannya kemarin ia tidak berhasil..."
Katerina sudah mendengar kisah hebat itu. Pak Bambang yang selama ini sentimen pada Rio tiba-tiba memergokinya sedang melamun. Beliau menyuruhnya maju ke depan kelas dan menerangkan semua materi yang baru diajarkannya, tentang gravitasi dan 3 hukum Newton. Rio maju dengan kalem dan dengan sangat lancar menerangkan pada teman-teman sekelasnya tentang prinsip dasar gravitasi dan hukum-hukum Newton yang barusan diterangkan oleh Pak Bambang.
"Walaupun begitu, saya harus memberitahu kalian bahwa gravitasi Newton itu tidak benar, dan sampai sekarang masih harus diperbaiki." Rio melanjutkan keterangannya dengan membuat sebuah gambar di papan tulis.
"Teori ini sudah kadaluarsa dan diperbaharui oleh Teori Relativitas yang dikeluarkan oleh Einstein dan penerus-penerusnya, seperti Niels Bohr, Rutherford, dan lainnya. Gravitasi itu sebenarnya tidak ada. Setiap planet, bintang, ataupun benda-benda planet lainnya tidak mempunyai tenaga menarik seperti yang dikemukakan Newton. Sebenarnya setiap benda yang menempati ruang angkasa memiliki gaya berat dan karenanya membuat ruang jadi menyusut, seperti bola yang ditaruh di atas selimut membuat gelombang pada bentuk selimutnya, seperti ini...."
Ia menunjuk gambar yang telah dibuatnya.
"Demikianlah ruang menyusut karena tekanan massa benda-benda angkasa, sehingga benda-benda yang lebih kecil akan ikut bergeser... Kalau kalian pernah dengar teori Lubang Hitam, penyusutan ruang yang memungkinkan orang untuk menjelajah ruang dan waktu… Nah, mereka masih berhubungan."
Ia menerangkan teori baru itu dengan tenang dan jelas sehingga anak-anak gampang mengerti maksudnya.
Pak Bambang tidak jelas dengan perasaannya saat itu. Setelah mengalahkannya, Rio menambahkan malu kepadanya dengan menghina semua teori yang ia ajarkan. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa pada Rio...karena anak itu benar.
>>>>>>>>>>>>
Mengingat hal itu ingin rasanya Katerina menelepon Rio dan memberitahukan kisah perjuangan murid-murid kelas 2C ini, mungkin minta bantuannya mengajar tambahan... Tetapi kenangannya yang tidak mengenakkan waktu itu membuatnya mengurungkan niat.
Akhirnya ia hanya duduk di pohon belakang sekolah dan merenung di sana.
Kadang-kadang ia bertemu Michael di sana tetapi keduanya duduk di dahan yang berbeda dan tidak saling mengganggu.
***
"Miss, ikut nonton pertandingan Basket, ya..." ajak anak-anak kelas 2C seusai pelajaran hari itu.
"Soalnya Hendry sama Michael ikut main... Kami akan jadi supporter yang baik."
"Kapan pertandingannya?"
"Hari ini. Miss nggak ada kerjaan, kan?"
Katerina mengangguk setuju. Rasanya sudah lama sekali sejak ia datang ke pertandingan Basket dan menjadi supporter yang ribut. Raja dan Rio dulu adalah anggota utama tim Basket dan Sepakbola sekolah. Mereka sering bolos demi pertandingan-pertandingan itu.
Hampir seisi kelas 2C pergi menyoraki tim Basket yang bertanding ke SMP Taruna. Katerina memperhatikan bahwa beberapa anak perempuan dengan sangat kentara memberi dukungan khusus pada Michael dibandingkan dengan anggota tim lainnya.
"Michael, minum dulu, deh...aku udah beliin kamu Pocari Sweat!"
Nita menghampiri Michael saat istirahat babak pertama. Ia menyerahkan handuk dan minuman kaleng.
Michael mengangguk.
Sekilas pandangannya tertuju pada teman-teman sekelasnya yang berkumpul memberi semangat... pada guru Bahasa Inggris yang menatapnya dengan pandangan yang ramah.
Katerina memberi isyarat dan tiba-tiba anak-anak 2C mengembangkan sebuah spanduk kuning dengan tulisan besar-besar :
GO MIKE! GO!
GO HENDRY! GO!
Michael tertawa. Ia meninggalkan para penggemarnya dan menghampiri mereka.
"Konyol sekali... Kalian menyuruhku pergi kemana? Aku kan harus bertanding..." katanya dengan keceriaan yang nyata. Anak-anak ikut tertawa bersamanya.
"Entahlah, yang jelas spanduk bertulisan begini sering kami lihat di arena-arena pertandingan... Entah mereka nyuruh para atlet pergi kemana... ha ha..." kata Katerina ceria.
Ia senang sekali melihat Michael hari ini tampak begitu riang dan tanpa beban. Mungkin memang Basketlah teman Michael yang paling akrab.
Pertandingan dilanjutkan dan jelas sekali bahwa tim Matahari lebih kuat dari lawannya. Poin demi poin mereka kumpulkan semakin jauh meninggalkan SMP Taruna. Lawannya yang kewalahan rupanya tidak terima kekalahan itu. Mereka pun mulai berupaya dengan berbuat licik.
Pemain-pemain utama SMP Matahari ditempel dengan ketat dan bila ada kesempatan dijatuhkan dengan keras.
"Hei! Kalo main yang fair, dong!" bentak Michael yang barusan dijegal seorang pemain SMP Taruna.
Orang itu balik menghadangnya dan mereka berdua terlibat adu mulut yang hebat. Suasana jadi panas ketika beberapa penonton turun ke lapangan dan membuat keributan.
Pertandingan terhenti sebentar dan ketika akhirnya dilanjutkan kembali suasana sudah menjadi tidak enak. Saat pertandingan berakhir dengan kemenangan SMP Matahari terdengar cemoohan-cemoohan dan rasa tidak puas dari orang-orang SMP Taruna.
Agar tidak timbul masalah segenap tim dan supporter SMP Matahari buru-buru pergi.
"Hari ini kita makan-makan untuk merayakan kemenangan!" kata Michael setelah mereka berada di luar gerbang SMP Taruna. "Tapi bayar sendiri-sendiri!"
"WHUU!!" seru yang lain.
Akhirnya mereka pergi jalan-jalan ke mal dan membeli es krim ramai-ramai untuk merayakan kemenangan itu, Katerina yang mentraktir.
Mereka sangat gembira hari itu, hanya Katerina yang merasa sedikit aneh karena menyadari dirinya adalah satu-satunya orang dewasa di antara rombongan anak SMP yang ribut itu.
"Miss, lihat... siapa di sana!" cetus Denny tiba-tiba sambil menyikut Katerina.
Gadis itu terhenyak. Saat menoleh ke samping, dilihatnya Rio sedang berdiri di kejauhan menatap ia dan rombongannya, dengan pandangan yang hampir seperti rindu.
Katerina mengangguk sedikit dan berusaha tersenyum walaupun canggung.
Ia hampir tak percaya pada pandangannya sendiri ketika Rio balas mengangguk dan tersenyum.
"Kalian marahan, ya?" tanya Andy heran, "Kok nggak nyamperin?"
Katerina tak perlu menjawabnya karena mereka segera melihat seorang gadis cantik, yang tadi masuk ke sebuah toko, keluar dan menggamit Rio untuk pergi. Sesaat pandangan mereka bertemu.
Gadis itu menatap Katerina dan Rio bergantian dengan keheranan.
"Kamu kenal cewek itu?" tanyanya pada Rio. "Sudah dua kali kita ketemu dan sikapnya selalu aneh..."
Rio tidak menjawab karena tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ia harus menjawabnya. Gadis itu menunggu dengan sabar, sesekali melihat pada Katerina yang berdiri terpaku.
"Rupanya dia sudah punya pacar baru, ya..." komentar Michael tanpa perasaan. "Laki-laki memang brengsek semua..."
"Emang lu bukan laki-laki?!" ejek Dian. Michael hanya nyengir sambil angkat bahu.
"Aku tahu semua laki-laki brengsek, karenanya aku cuma mau pacaran sama perempuan..."
Semua memukul kepalanya dengan gemas.
Katerina berdiri membelalakkan matanya berusaha agar airmatanya tidak jadi jatuh, tetapi gagal... malahan mengalir semakin deras. Buru-buru Laura menyodorkan saputangannya.
Katerina mengusap matanya dan berbalik pergi sambil menangis terisak. Gadis yang bersama Rio menepuk bahunya dan pemuda itu kaget melihat Katerina yang menangis pergi diikuti murid-muridnya.
"Cewek aneh... tiba-tiba saja dia menangis begitu..." Gadis itu melirik pada Rio yang tertegun. "Kamu kenal dia?"
Rio tidak menjawab.