6 Bulan kemudian.
Tiga bulan berlalu setelah Papanya di jatuhi hukuman seumur hidup atas kasus yang menimpa Papanya. Shella mulai bisa menerima setiap keadaan dengan lapang dada. Sebenarnya semua masih sangat berat untuk Shella tapi kepada siapa Shella bisa melampiaskan kekecewaannya.
Shella dengan Dress ungu muda tanpa lengan sedang berlari. Rambutnya tak lagi panjang karena Shella sudah memotongnya beberapa hari yang lalu. Namun dengan rambut pendeknya ia masih terlihat sangat cantik dan anggun.
"Hari ini adalah hari yang paling bahagia untuk kita semua. Karena hari akan ada dua insan yang mengikat janji sehidup semati. Suara protokol menggema di luar ruangan.
Shella sedang berjalan menuju ruangan Lia. Pengantin wanita yang sedang di ruas sedemikian rupa agar terlihat menakjubkan di acara yang sangat sakral ini. Saat masuk Lia sedikit terkejut mendapati Shella berambut pendek sebahu. Rambut yang biasanya panjang bergelombang tiba-tiba pendek benar-benar merubah penampilan Shella dan wajahnya terlihat lebih cerah.
"La... Kamu potong rambut?
Shella mengangguk dan tersenyum sambil berkata "Cantik bukan?
"Ya... Kau terlihat sangat Fresh. Aku suka penampilan mu. Kata Lia.
"Kau juga terlihat sangat cantik."Kata Shella memuji sahabatnya dan membantu sahabatnya memasang kalung.
"Tapi kenapa wajah mu terlihat murung? Tanya Shella saat menyadari wajah Lia berubah seketika.
"Emmmm Nothing. Aku hanya kepikiran soal Tia. Aku masih tidak percaya dia tidak akan datang di hari yang paling bermakna di hidupku.
"Sebaiknya jangan pikirkan itu sekarang. Lagipula aku sudah mengirimkan gaun Bridesmaids yang senada dengan ku kemarin. Semoga saja hatinya sedikit luluh dan dia bisa hadir sebelum acara di mulai. Kata Shella.
"Dia tidak akan datang, dia sangat membenci aku. Ujar Lia.
"Jangan berfikir buruk. Sebaiknya fokus pada acara mu yang sebentar lagi akan di mulai. Huhhh aku benar-benar tidak sabar melihat wajah kagum Franklin. Kata Shella antusias.
Cecilia kecil memakai gaun senada dengan Shella. Dan langsung berlari mengejar Shella saat putri kecil itu mendengar suara Shella. Shella langsung bersorak riang dan menggendong Cecilia sambil menciumi pipi chubby Cecilia.
Setelah menunggu 15 menit Tia tak kunjung datang. Tatapan Lia sedari tadi hanya fokus menatap ke arah pintu berharap hari ini Tia aka. datang dan melengkapi anggota Bridesmaid untuknya.
"Ayo... Sepertinya acara akan di mulai. Ujar Shella bangkit dari tempat duduknya dan membantu Lia menutup wajahnya dengan Veil. Saat itu Lia menitiskan air matanya. Perasannya sedikit sakit ketika mengetahui Tia benar-benar tidak akan hadir dalam acara pernikahannya.
"It's okay! Aku ada disini. Ucap Tia yang saat itu membuka pintu kamar rias Lia dan dengan canggung tersenyum ke arah dua orang yang saat ini menatapnya dengan tatapan terkejut.
"TIA!!! Suara keduanya berseri dengan gembira saat melihat Tia di hadapan mereka sedang memakai baju yang senada dengan Shella.
"La..." Lia berjalan tertatih menghampiri Tia berniat memeluk sahabatnya yang sudah kurang lebih 6 bulan terakhir.
"Sebaiknya nanti saja kita berpelukan, acara sudah mau di mulai. Kata Tia.
Wajah yang tadinya kusut dan kusam di wajah Lia akhirnya berubah ceria kembali setelah Shella dan Tia mengiringi Lia di almamater menuju Franklin yang sudah berdiri dengan gagah dan tampan menunggu kedatangan Lia. Wajahnya terlihat sedikit gugup dan pipinya kemerahan saat melihat Lia semakin lama semakin mendekatinya. Tia dan Shella berada tepat di belakang Lia dan membantu Lia bergerak sembari sesekali menaburi kelopak bunga pink yang indah di ikuti Cecilia di tengah mereka.
Pernikahan berjalan dengan sakral dan sangat menyentuh. Bahkan di sini semua orang dapat melihat keakraban Lia dengan kedua orang tuanya. Senyum mereka terukir indah dan tak pernah surut ke arah semua tamu undangan. Setidaknya sekilas Shella dapat merasakan kebahagiaan di dalam hatinya kala melihat Franklin menemukan keluarga yang bukan hanya akan ia dapatkan di dalam statusnya namun keluarga yang sudah menjadi rumah di hatinya.
Shella menatap ke arah laut lepas. Kebetulan acara pernikahan Franklin dan Lia di adakan di sebuah hotel mewah di Bali yang menampakan pemandangan pantai nan indah. Pernikahan dengan konsep outdoor ini benar-benar menenangkan pikiran Shella. Matanya ikut meresapi cahaya matahari yang berkilauan di tengah lautan. Bayangan-bayangan biru langit terpantul jelas di lautan. Ombak-ombak kecil sedang menepi dan menghapus tulisan ya g terukir di pasir pinggir pantai.Terlihat sangat menenangkan. Namun sebenarnya apa yang membuat Shella sangat tenang adalah bahwa Shella sudah ikhlas dan bersyukur untuk hidup yang tetap berjalan meski meninggalkan masa kelam yang amat menyakitkan. Shella tidak ingin hidup dan terdiam melewati waktu. Shella ingin melakukan yang terbaik untuk kedua orang tuanya sebagai bukti bahwa ia layak di sebut sebagai putri. Dan melalui tekat tersebut Shella menjadi lebih kuat dan tidak mudah menangis.
"La... Waktunya lempar bunga. Ayo!" Seru Tia, menarik tangan Shella.
"1... 2... 3...! Seru semua orang yang sedang berada tepat di belakang Lia. Tak lama bunga yang ada di genggaman Lia melayang dan semua mata memandang gerak bunga tersebut. Shella menatapnya biasa namun bunga tersebut seolah tau kemana tujuannya. Bunga itu tanpa di raih oleh Shella jatuh tepat di dadanya dan dengan sigap Shella menangkap bunga tersebut dengan wajah terkejut.
Semua orang bersorak termasuk Lia dan Franklin hanya tersenyum melihat bunga itu berada di tangan Shella.
"Aku...!
"Wahh... sepertinya akan ada yang segera menyusul Lia." Ujar Tia.
Maaf Ya readers MFMH karena semalam saya hanya Update 1 Bab. Berhubung karena Author sedang menyelesaikan bab terakhir Novel Terbelenggu jadi Author tidak bisa update lebih dari satu semalam.
Huh... Tapi saya puas nulis bab kali ini, rasanya apa yang di putuskan Shella adalah suatu hal yang positif.
Kita seringkali larut dalam kesedihan hingga lupa cara bahagia. ???
Jangan lupa Power Stone nya ya kakak kakak