***Sebelum Fiyyin datang ke alam fana.
Setelah Thawab di istana Ghaur milik Fiyyin mendengar pembicaraan Vaqsyi dengan Qoy'an. Segara Thawab tersebut menuju istana Jalis IX, tempat saat ini Fiyyin berada.
Kini Thawab tengah memberitahu Fiyyin tentang yang ia dengar.
"Maaf, tuan Fiy. Saya datang untuk memberitahukan bahwa tuan Vaqsyi tidak ingin tuan ke alam fana. Hanya itu saja yang saya tahu. Saat saya hendak mendengar alasannya, tiba-tiba saya dipergoki oleh pelayan istana. Beruntung saya tidak dicurigai karena saya sedang membersihkan meja dekat tuan Vaqsyi." jelas Thawab Fiyyin sembari membungkukkan badan.
Fiyyin mengangguk mengerti, "Bangunlah. Itu saja sudah cukup. Terima kasih telah memberitahuku dan setia padaku. Kau boleh pergi sekarang," jawab Fiyyin mempersilahkan thawabnya bangun dari bungkukan badan nya.
Thawab itu tersenyum dan bangkit, "Baik, tuan." Thawab itupun pergi meninggalkan Fiyyin dari kamar Galtain.
Galtain bangkit dari duduknya yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Fiyyin bersama Thawab nya. Galtain berjalan mendekati Fiyyin dan berkata.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Galtain memastikan.
"Bagaimana jika aku ke alam fana untuk mengawasi gadis itu hari ini? Mungkin saja Vaqsyi merencanakan sesuatu di sana."
Galtain mengangguk setuju, "Bukan ide yang buruk. Tapi kau harus kembali ke alam jin sebelum hari mulai gelap di sana. Kau tahu, kau tidak akan bisa kembali ke alam jin jika di sana malam." kata Galtain mengingatkan. Fiyyin mengangguk, lalu melesat pergi ke alam fana.
Kini Fiyyin tiba di alam fana. Tepatnya, ia berada di koridor sekolah. Merasa tidak nyaman dengan baju istana kerajaan yang masih ia kenakan, segera ia berjalan menuju loker siswa dan mencari baju ganti di sana.
"Huh! Kenapa semua loker di kunci? Aku sungguh tidak nyaman dengan jin dan hantu yang membungkuk ini," gumam Fiyyin kesal sambil mengecek loker yang ada. Kemudian Fiyyin tersenyum kecil, melirik sebentar pada hantu yang membungkuk, lalu kembali fokus pada loker.
"Aku ini memang baik hati." kata Fiyyin membanggakan diri.
Tak lama, Fiyyin berhasil menemukan loker yang bisa di buka. Dan kebetulan terdapat baju olahraga di sana dan lebih beruntungnya, itu adalah baju murid pria. Tanpa berpikir panjang lagi, Fiyyin lekas mengambilnya dan mengganti pakaiannya.
Hantu disekitarnya masih dalam posisinya, membungkuk pada Fiyyin di sana. Detik berikutnya, Fiyyin keluar dari ruang ganti, tanpa di ia suruh, jin yang membungkuk kembali bangkit setelah melihat Fiyyin berganti pakaian.
"Tidak sopan!" decak Fiyyin melihat hantu sudah tidak membungkuk padanya. Ya, memang. Mereka yang di alam fana hanya segan pada baju kerajaan, berbeda dengan di alam jin, yang segan pada baju dan keahlian penghuni kerajaan.
Fiyyin lanjut berjalan keluar, namun ia menyadari sesuatu terasa aneh di tubuhnya. Fiyyin berhenti dan melihat dirinya.
"Ini sedikit nyaman tapi ... Ketat! Astaga! Kenapa ini ketat sekali, ya ampun." Fiyyin melihat tubuhnya malu. Menyadari baju yang ia kenakan terlalu membentuk tubuhnya.
"Sebenarnya aku yang terlalu besar atau mereka yang terlalu kecil?" Fiyyin menggaruk tengkuknya heran dan kembali berjalan.
***
Fiyyin menatap sekitar dari depan pintu sekolah. Ia tersenyum kecil mengingat ia tengah di alam fana dengan bebas.
Sementara Fiyyin asik memperhatikan sekitar. Dari belakang segerombolan murid berjalan mengarahnya dan menembusnya satu-persatu.
Auw!!!
Auw!!!
Auw!!!
"Kalian tidak lihat aku berdiri di sini!" teriak Fiyyin kesal menatap murid-murid yang telah menembusnya.
Di samping itu, hantu-hantu di sekitarnya tertawa melihat tingkah Fiyyin.
Pasti rasanya seperti sedang sembelit!
Dia tampan, tapi konyol. Ahaha....
Fiyyin mengarahkan pandangan tajam pada hantu di sekitar.
"Apa yang kalian tertawakan, hah!"
Fiyyin hendak berteriak kembali, memperingatkan hantu-hatu yang menertawakannya, namun lagi-lagi murid datang dan menembusnya satu-persatu.
"Kalian, Auw! Tidak tahu aku ini, Auw! Auw! Auw!" teriak Fiyyin terputus-putus karena murid-murid yang menembusnya.
"Ahaha..." tawa hantu-hantu melihat tingkah Fiyyin yang semakin konyol.
"Sudah cukup! Aku tidak tahan lagi!" Fiyyin berjalan cepat ke lorong yang sepi, lalu menampakkan diri sebagai manusia.
"Nah, ini lebih baik." ucap Fiyyin sambil merapikan bajunya.
Fiyyin kembali melirik pintu masuk sekolah dan berdecak.
"Cih! Dasar hantu kurang ajar. Jika tahu mereka akan menertawakanku, aku tidak akan ganti baju dan membiarkan mereka membungkuk selamanya." gumam Fiyyin kesal.
Kring!!!
Bell berbunyi. Semua murid sudah berda di dalam kelas, sementar semua guru bersiap memasuki ruang kelas. Saat seorang guru yang sedang berjalan hendak ke ruang kelas, ia melihat Fiyyin masih berdiri di luar padahal bell sudah berbunyi. Guru itu lekas menghampiri Fiyyin dan menanyakannya.
"Kamu sedang mencari apa? Kenapa tidak masuk kelas?"
Fiyyin tergelak. Fiyyin berbalik dan memperhatikan pria yang tiba-tiba bertanya padanya. Fiyyin memperhatikan baju yang dikenakan pria tersebut.
"(Apa dia Guru? Eh, Guru?)"
Fiyyin menyadarinya dan segera membuat alasan. Mengingat dirinya tidak masuk kelas namun menggunakan seragam sekolah ini.
"Ah. Maaf, pak. Saya di sini ingin mendaftar sebagai murid pindahan."
Seketika Fiyyin tersadar dengan ucapannya dan mengernyit. Menyesali ucapannya.
"(Astaga! Apa yang kupikirkan. Mengapa aku mengatakan itu. Sekarang aku harus mempertanggungjawabkan perkataanku sebagai Knight sejati. Tunggu, aku harus belajar lagi setelah ratusan tahun bersekolah di alam jin? Menyebalkan!)"
"(Apa anak ini sudah mengurus kepindahannya?)" kata Guru tersebut dalam hati, memperhatikan seragam sekolah ini yang sudah digunakan Fiyyin.
Fiyyin mengernyit. Mengulang kembali ucapan guru tersebut.
"(Anak ini? Yang benar saja. Aku berumur ratusan tahun. Astaga.)"
"Yasudah. Ayo ikut saya dulu ke kelas. Saya harus memberitahu murid didik saya, lalu mengantarmu ke kantor kepala sekolah." tukas Guru tersebut dan berjalan lebih dulu.
Fiyyin tersenyum kikuk. Menganggukkan kepalanya dan mengikuti guru tersebut.
***flasback end.
Setelah tidak sadarkan diri. Nain membuka matanya yang kini berada di ruang UKS. Menatap heran sekitarnya dan duduk.
"Kenapa aku di UKS? Apa yang terjadi?"
Nain mencoba mengingat-ingat. Detik berikutnya, Nain tertawa tak percaya setelah berhasil mengingatnya.
"Hahah... Tidak mungkin? Jangan-jangan karena aku terbentur saat jatuh dari ranjang jadi aku berhalusinasi?" gumam Nain tak percaya. Semua terasa nyata hingga Nain kembali berpikir, "Tapi... Bagaimana jika benar? Baiklah, aku harus memastikannya," Nain bangun dari duduknya dan berjalan menuju kelas nya.
Saat tiba di ruang kelas, keadaan seperti biasa, sepi. Kecuali beberapa murid pria yang mengobrol.
"Kemana semua orang? Apa karena jam istirahat jadi mereka pergi ke kantin? Yah, mungkin saja. Syukurlah, Sepertinya memang benar, aku hanya berhalusinasi." Nain menghela napas dan berjalan menuju bangku nya.
Nain meletakkan tangan kanannya di dagunya dan berpikir.
"Seandainya memang benar. Apa yang akan kulakukan? Ah, aku akan bertanya semua yang mengganjal di pikiranku dan... Berterima kasih padanya. Hah? Bodoh! Itu hanya mimpi Nai. Apa yang kau pikirkan, mana mungkin nyata."
Kring!!!
Bell berbunyi, menandakan pelajaran terakhir berlangsung. Terlihat dari depan kelas siswi datang gerombolan, diikuti beberapa siswa pria dari belakang, hendak memasuki ruang kelas.
Nain tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah kerumunan,
"Apa yang mereka kerumuni? Berisik sekali."
"Hei! Nain?" Kenn menepuk bahu Nain dari belakang yang sedang numpang duduk.
"Ada apa?" Nain membalikkan badan nya dan menatap wajah Kenn.
"Kau tidak ikut mengerumuni pria tampan itu?" tanya Kenn.
"Pria tampan? Ooh... Pantas saja," Nain mengerjapkan matanya tidak percaya dan mengulang ucapan Kenn, "...pria tampan?!"
Nain kembali berbalik pada kerumunan yang kini semakin dekat dengannya. Sepersekian detik, pria dari kerumunan itu keluar dan berjalan mendekati Nain. Pria itu menatap wajah Nain sebentar, lalu menarik tangan Nain keluar dari kelas.
Sementara semua murid tergelak melihat pria tampan itu mendatangi Nain dan menarik tangan nya. Melewati mereka begitu saja.
Nain bungkam. Menatap tak percaya pada pria yang tengah menarik tangan nya bersama jantungnya yang berpacu cepat.