Didalam lift dokter Evan hanya diam,bahkan dia mengalihkan pandangannya kearah lain,seakan tidak ingin memandang wajah Diandra.Begitupun dengan Diandra dia juga hanya berdiam diri,namun sesekali dia memandang wajah laki laki yang menggendongnya itu.Dokter Evan terlihat begitu sangat dingin,sepertinya dia sangat sakit hati dengan apa yang diucapkan Diandra,namun karena dia seorang laki laki yang bertanggung jawab,dia tidak tega untuk membiarkan Diandra dalam keadaan sakit.pintu lift pun terbuka," berapa nomor mu?" "Apakah kamu terlalu terburu buru,hingga menanyakannya sekarang?"Lagi pula aku tidah berniat memberikan nomor telponku."Diandra berbicara dengan angkuh. "Haaahaa kupikir kamu gadis yang pintar,aku minta nomor kamar mu!" "316"Diandra menjawab dengan malu dan menundukan kepalanya.
Setibanya didepan kamar apartemen,Diandra menggesekan kunci kamarnya,Evan berjalan masuk,menurunkan Diandra di sofa,lalu berjalan kearah dapur.Evan bertingkah seolah itu adalah apartemennya,dia membuka freezer menaruh beberapa es batu didalam mangkuk dan berusaha mencari sesuatu.Karena yang dicarinya tak kunjung ketemu,Evan melongokan kepalanya keruang tamu dan setengah berteriak " dimana kamu meletakan serbet bersih?" "dikabinet paling atas sebelah kiri" Diandra menjawab dengan singkat,dia sebenarnya penasaran dengan apa yang dilakukan Evan didapurnya."
Beberapa menit kemudian Evan muncul dari arah dapur,dia meletakan mangkuk es batu diatas meja dan duduk disofa.Evan dengan lembut menarik kedua kaki diandra,menggulung celananya dan memeriksa kedua pergelangan kaki diandra dengan serius.Diandra hanya terpaku dan terdiam karena perlakuan Evan.Setelah memastikan dengan teliti Evan mengambil potongan es batu,membungkusnya dengan serbet dan menempelkannya dipergelangan kaki Diandra yang sebelah kanan.
Setelah sepuluh menit Evan meraih tangan Diandra,menyerahkan serbet berisi es batu padanya dan memandu tangan Diandra untuk menempelkannya sendiri.
"Apa kamu memiliki krim oles?" Diandra menggeleng ,"minyak kayu putih?" Diandra menggeleng juga."baiklah..." Evan lalu bangkit dari sofa,melangkah ke dapur dan beberapa saat kemudian kembali duduk di sofa dan menaruh kedua kaki Diandra diatas pangkuannya.Dengan penuh ketelitian Evan menoleskan minyak goreng dipergelangan kaki Diandra dan memijatnya perlahan,Diandra mengernyit karena merasakan geli.Melihat reaksi Diandra Evan sengaja menekan pijatannya lebih keras dan membuat Diandra kesakitan hingga dia menjerit "aaww sakiiit" suara Diandra terdengar manja berbeda dari biasanya.Evan menoleh kearahnya "maaf,aku tidak sengaja"Diandra mengangguk pelan,entah mengapa dia jadi tersipu dengan perlakuan Evan padanya.
Setelah Evan melihat reaksi Diandra yang terlihat nyaman dengan pijatannya,Evan segera bangkit dan berlalu menuju ke pintu keluar,Diandra tertegun,dia tidak menyangka Evan akan meninggalkannya begitu saja setelah membuatnya tersipu dengan perlakuan yang manis terhadapnya.
"Hei tunggu" Diandra memanggil mencegah Evan pergi,"aku punya nama" Evan menjawab dengan sangat ketus."Apa dokter bisa meminjamkan ku ponsel?" Evan menghampiri Diandra tanpa menjawab,dia merogoh saku celananya,mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Diandra."Tidak menggunakan pasword" Evan menggeleng,"hmmm laki laki yang aneh",Diandra mendengus.Lalu dia mengetikan sesuatu dilayar ponsel Evan dan menyerahkan kembali pada evan.
"nama kontakku 'Di' " Diandra memberitahu Evan bahwa dia sudah menyimpan nomor telpon di ponselnya."Baiklah" Evan masih bersikap dingin dan berlalu pergi.