webnovel

milikku milik istriku

Meri duduk di ruangan pribadi suaminya dengan tenang. sesekali ia akan menyuapi ilham yang sibuk dengan susunan berkas di mejanya.

sebagai seorang istri, meri cukup prihatin melihat betapa keras suaminya berusaha menjalankan kerajaan bisnis yang suatu hari akan beralih ke tangan wanitanya. Sangat di sayangkan bahwa ia tergila-gila hingga siap hidup miskin begitu saja.

Tiba-tiba, meri teringat dengan keputusan andre yang juga memberikan seluruh asetnya di amerika untuk meri.

"ilham, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan" kata meri sedikit ragu.

Mata yang tadinya fokus dengan tulisan di kertas putih itu beralih memandang istrinya yang juga menatapnya.

"katakan"

Menimbang sejenak kalimat tanya yang sudah berada di ujung lidah itu kini meluncur dengan indah "mengenai rencanamu mengalihkan asetmu. apa ini ada hubungannya dengan apa yang di lakukan andre dulu?"

pandangan yang tadinya bercahaya seakan meredup dengan pertanyaan itu. yang ia lakukan saat ini adalah menilik apa yang maksud di balik pertanyaan itu.

Dengan ekspresi cemas di wajah meri, ilham dengan mudah mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran wanitanya itu. tangannya perlahan membelai punggung tangan meri.

"aku tidak akan meninggalkanmu. jangan mengkhawatirkan hal itu, kau harus ingat bahkan jika dunia meninggalkanmu, aku akan tetap di sampingmu dan menjadi bayanganmu"

Meri merasa senang dengan jawaban yang begitu memuaskan itu. ia cukup lega bahwa kekhawatirannya adalah sesuatu yang sia-sia. dia tidak akan meragukan hal itu lagi di kemudian hari.

Bulir bening mulai menggenak di pelupuk matanya, membuat pandangannya sedikit buram.

"Maaf, aku sedikit terharu" meri menarik tangannya dan menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangan itu untuk menahan agar air matanya tidak tumpah.

"kemarilah" ilham menggeser kursinya sedikit mejauh dari meja dan menepuk pahanya agar meri duduk di tempat itu.

Dengan patuh seakan terhipnotis oleh sosok suami ideal seperti suaminya, ia duduk di pangkuan ilham dan mengalungkan tangannya di sekitar lehernya.

ilham perlahan membelai lembut wajah istri kebanggannya itu dan mengusap lembut jejak air mata di sana.

"kau wanita terbaik yang bisa ku dapatkan. wanita, istri serta ibu yang sempurna di mataku. apa kau tahu bahwa aku cemburu hanya dengan melihatmu menangis?"

meri "..."

"kau milikku, dari ujung rambut hingga ujung kaki. tidak ada yang boleh menjamahnya, bahkan tidak untuk air mata ini" ujar ilham begitu posesif.

sesuatu yang membuat suaminya berbeda adalah bahwa rayuannya adalah sesuatu yang sangat orisinil. orang lain mungkin tidak akan pernah berpikir bahwa ia akan cemburu dengan air mata namun suaminya adalah manusia langka di abad ini.

"ini air mata bahagia" meri membela diri.

sejak kecil, ia adalah tuan putri denga berton-ton persediaan air mata setiap harinya. jadi sangat sulit baginya menghilangkan kebiasaannya ini terlebih itu di depan ilham.

Di hadapan suaminya, meri sama sekali tidak bisa bersikap palsu bahkan tidak saat mereka masih berstatus sahabat baik di Los Angeles. Meri bahkan akan menangis hanya dengan melihat kucing kecil terlantar di jalanan atau ketika seekor semut tidak sengaja terinjak.

Dia ibarat berlian yang menyembunyikan kristal rapuh di dalamnya. Dari luar, ia tampak sekuat berlian yang siap di tempa namun di hatinya, ia tidak lebih dari kristal rapuh yang akan hancur hanya dengan satu sentuhan.

"jika bahagia maka tersenyum atau tertawalah"

"ini karena aku terharu dengan ucapanmu tadi" kilah meri masih tidak mengerti jalan berpikir suaminya.

"sekarang aku bukan hanya cemburu tapi juga sakit hati. tidak perduli apapun alasannya, jangan menangis"

"baiklah" meri memutuskan mengalah untuk mengakhiri perdebatan itu. "lanjutkan pekerjaanmu agar kita bisa segera pulang"

"tidak masalah. ayo kita pulang" ilham tidak ingin menunda jika berkaitan dengan keinginan istrinya.

Mereka segera turun ke loby dengan lift yang sama yang mereka gunakan saat naik ke lantai paling atas. tempat dimana sang direktur serta dewan direksi melakukan pekerjaan mereka.

Di loby, semua yang melihat mereka keluar dengan segera menyapa penuh keramahan.

Ilham tidak tahu bahwa hanya dengan mengakui hubungan mereka dapat merubah 180 derajat sikap orang lain.

dunia terkadang tidak adil kepada warga biasa tapi begitulah lingkungan mereka di besarkan. beruntung mereka terlahir dari keluarga yang kaya dan menjadi ahli waris pada generasi kedua.

Berbeda dengan Ilham, Meri justru sudah terbiasa mendapat perlakuan diskriminasi dari orang yang menganggap ia miskin. itu karena ia selalu low profile dan keluarganya mendukung hal itu untuk melindunginya dari pelaku kejahatan seperti penculikan karena uang tebusan.

putri tunggal keluarga itu besar di negara asing dan berkeliaran tanpa penjagaan maka suatu yang wajar untuk mengkhawatirkan nya.

mereka tiba setelah hari mulai gelap. rumah yang biasanya rapi dan elegan kini tampak penuh warna-warni dengan kemeriahan.

perayaan kehamilannya ternyata sudah dimulai. Meri cukup terkejut dengan persiapan yang hanya di lakukan dalam tiga jam kepergiannya.

"nyonya, ini hadiah dariku. semoga anda melahirkan dengan selamat dan anak yang nyonya kandung menjadi anak yang luar biasa seperti kalian" bibi Grace menjadi yang pertama menyerahkan hadiah.

"terima kasih bibi Grace" ujar Meri bahagia.

"nyonya, ini dari saya. saya berharap segala yang terbaik untuk keluarga anda"

penyerahan hadiah itu di ikuti dengan yang lain beserta doa yang semuanya berisi kebaikan untuk Meri, bayinya serta keluarganya.

Ilham hanya menonton penyerahan hadiah itu dari samping. ia tidak tersenyum sedikit untuk kepada pengurus rumahnya tapi ketika Meri meliriknya, ia dengan cepat melukis senyum indah di bibirnya.

seisi rumah itu bergembira seakan merasa bahwa yang akan lahir adalah seorang kaisar dari sebuah kerjaan yang sudah lama di nantikan.

itu benar, mereka sudah menunggu hal itu terlalu lama. tuan mereka sudah memuja sang istri selama satu dekade. dan sekarang usia tuan mereka sudah berkepala tiga.

usia itu tidak terlalu tua, tapi bagaimana para pengurus rumah itu menyaksikan bahwa sang tuan tidak pernah membawa wanita lain dan hanya berjuang untuk satu wanita, mereka merasa sepuluh tahun bukan waktu sebentar.

Di antara sepuluh tahun itu, mereka menjalani hari bersama tidak lebih dari dua tahun. perjalanan yang benar-benar menyedihkan namun berakhir kebahagiaan.

Mereka melanjutkan acara itu dengan makan malam bersama di dua meja yang di sambung hingga puluhan asisten rumah tangga, koki, pengawal serta dokter keluarga duduk bersama menyantap hidangan.

Meri sudah akan meneteskan air matanya jika tidak mengingat perkataan suaminya ketika di rumah sakit.

"terimakasih untuk perayaan malam ini. aku sangat senang melihat kita yang biasanya seperti majikan dan bawahan kini melewati malam ini seperti satu keluarga" Meri menutup perayaan itu dengan sebuah kalimat yang begitu mengharukan.

Puluhan orang yang mendengar kalimat itu merasa terharu dengan kebaikan hati sang nyonya. Mereka merasa bersyukur karena tuan yang begitu memuja sang istri ternyata memilih istri yang tepat.

"tuan, apa tidak ada yang ingin anda berikan kepada nyonya?" tanya sang asisten penasaran.

Ilham menyisir tatapan menunggu dari semua orang tak terkecuali Meri.

"sebenarnya tidak ada yang bisa ku berikan karena semua milikku adalah milik istriku juga"

jika mendengar jawaban singkat itu dan mengartikan bahwa dia adalah suami yang tidak memberikan hadiah apapun pada istrinya sungguh sangat mengecewakan. tapi kalimat penutupnya seakan mengatakan bahwa dia cukup miskin dan tidak memiliki apa-apa karena semua adalah milik istrinya, itu sangat romantis.

"tuan, anda suami terbaik di dunia" puji sang asisten.

bertahun-tahun ia ikut dengan dengan Ilham, dia tidak pernah menyadari bahwa bos yang dulunya berhati dingin, kejam tanpa belas kasih serta memiliki sisi yang begitu romantis.

tidak hanya asistennya, para pengawalnya dan asisten rumah tangga yang sudah pernah melihat kemarahan sang bos turut terkejut dengan sisi lembut yang baru saja di tunjukkan bos mereka.

pada akhirnya, Meri adalah orang yang paling tersentuh dengan kalimat itu.

"karena semua milikku adalah milikku. bisakah aku meminta sesuatu?"

"tentu saja"

"aku ingin kau merger dengan perusahaan luar di Amerika. jadikan sebagai salah satu anak perusahanmu"

"apa kau memberikan milikmu padaku?" tanya Ilham.

"seperti itu ku rasa"

karena mereka berbicara dalam bahasa Indonesia, tidak ada di antara mereka yang mengerti.

"nyonya, apa yang anda minta pada tuan?" asisten Ilham nampak penasaran.

"aku meminta dia menjaga milikku seumur hidupnya" jawab Meri.

Ilham hanya tersenyum dan segera mengiyakan permintaan istrinya itu.

Maksud Meri dengan meminta merger adalah untuk memperbaiki reputasi perusahaan suaminya yang akhir-akhir ini menurun.

perusahaannya di Amerika sudah terkenal dengan laba dan reputasi yang baik dalam sosial. jadi, akan menjadi poin plus untuk mengajaknya bergabung. setidaknya mereka akan memperoleh dukungan dari para mahasiswa yang merasa terbantu serta pemerintah setempat.

Mereka juga akan memiliki cadangan sumber daya yang kompeten dari alumni Harvard university. Tidak hanya akan mengurangi tingkat pengangguran fresh graduate, itu juga akan menguntungkan perusahaan dengan merekrut lulusan universitas terkenal dunia.

Pada intinya, ia melakukan semua ini untuk kebaikan suaminya dan kelangsungan usahanya.

suatu hari, jika Meri bisa mengusulkan dan merasa semua memungkinkan ia akan meminta kerjaan bisnis suaminya bergabung dengan bisnis keluarganya di Indonesia.

itu akan jadi kerajaan bisnis yang luar biasa dan bergerak hampir di semua lini. mulai dari pertambangan, perhotelan dan restoran, medis, simpan pinjam, investasi di bursa, majalah dan pertelevisian hingga beberapa yayasan sosial.

Mereka akan jadi keluarga yang setidaknya tidak akan runtuh dengan mudah selama tujuh turunan.

Chương tiếp theo