"Aku sudah latihan bela diri selama tujuh hari berturut-turut, tapi aku hanya bisa menahan 2 serangan dari Fang Yuan. Aku merasa malu – luar biasa malu!" Gu Yue Mo Bei berteriak penuh penyesalan.
Di kebun keluarga Mo, ia berhadapan dengan sebuah boneka kayu. Ia terus menendang dan memukul benda itu hingga bunyi pukulan itu menggema ke seluruh kebun.
Tiba-tiba, ia mendengar sebuah tawa. "Adikku, apa kamu memiliki dendam terhadap boneka itu? Kenapa kamu begitu marah?"
Mendengar suara yang familiar itu, Gu Yue Mo Bei menghentikan serangannya. Ia menoleh, "Kak, kau kembali!"
"Uh-huh, sang kepala dewan mengirimku dalam sebuah misi penyelidikan yang menghabiskan waktu lebih dari 10 hari…" Gu Yue Mo Yan tertawa. Ia adalah kakak perempuan Mo Bei yang merupakan Gu Master jenjang menengah tingkat dua.
Namun dalam sekejap, wajahnya langsung berubah muram – sepasang matanya menatap Mo Bei dengan tajam. "Adikku, darimana kamu mendapat luka di wajahmu itu? Siapa yang menindasmu?"
"Ah, ini bukan apa-apa. Aku tadi tersandung dan jatuh." Wajah Mo Bei terlihat panik sekilas. Ia tidak ingin kakaknya mengetahui kejadian memalukan itu. Calon penerus dan kepala keluarga Mo, cucu laki-laki kesayangan Gu Yue Mo Chen, pingsan setelah dipukul dua kali dalam perkelahian. Untungnya bukan hanya dia saja yang menderita – semua murid yang lain pun merasakan hal yang sama.
"Oh, kalau begitu kamu harus lebih hati-hati. Untuk latihanmu sekarang ini… ini kurang tepat. Kamu masih belum punya Gu yang bisa menaikkan pertahananmu, jadi gunakanlah handuk tebal untuk melindungi dirimu sendiri agar tidak kesakitan." Kata Gu Yue Mo Yan sebelum beranjak pergi.
"Halo, Nona Muda!"
"Selamat pagi, Nona Muda!"
"Nona Muda sudah kembali! Pelayanmu ini menyambut Anda, Nona!"
Gu Yue Mo Yan berjalan dengan angkuh melewati para pelayan yang membungkuk dan menyapanya.
Ia berjalan ke arah ruang belajar. Tanpa peringatan, Mo Yan membuka pintu dan langsung masuk ke dalam. Gu Yue Mo Chen sedang berlatih melukis kaligrafi – punggungnya membelakangi Mo Yan.
"Kau sudah kembali?" Tanya Gu Yue Mo Chen tanpa menoleh. "Bagaimana situasi di kandang serigala?"
"Bagaimana Kakek tahu kalau ini aku?" Mo Yan terkejut.
"Hmph, di keluarga ini, hanya kamu satu-satunya orang yang berani memasuki ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Siapa lagi kalau bukan kamu, Cucuku." Nada suara Gu Yue Mo Chen terdengar tegas, namun wajahnya menunjukkan kelembutan dan kekhawatiran.
Mo Yan merengut. "Aku tahu Kakek lebih menyayangi adikku. Tapi karena dia adalah calon kepala keluarga, Kakek bersikap lebih keras padanya; supaya yang lain tak tahu kalau Kakek sebenarnya khawatir."
Setelah beberapa saat, ia bertanya: "Kakek, Mo Bei dipukul! Aku sudah bertanya padanya, tapi dia berbohong. Jadi aku terpaksa bertanya pada Kakek."
Wajah Gu Yue Mo Chen berubah serius. "Kamu belum menjawab pertanyaanku." Ia meletakkan kuasnya, lalu duduk.
Mo Yan menjawab dengan terpaksa, "Kandang serigala itu hampir penuh. Setelah dilihat dari kecepatan mereka beranak-biak, kemungkinan besar mereka akan menyerang desa kita tahun depan."
Gu Yue Mo Chen bertanya lagi, "Memang biasanya ada serangan setiap tiga tahun sekali. Jadi, aku tidak heran. Ada berapa Serigala Thunder Crown[1]1 yang ada di sana?"
"Tiga."
Gu Yue Mo Chen mengangguk puas. Serigala Thunder Crown adalah pemimpin gerombolan itu. Ia adalah makhluk yang sangat merepotkan karena sulit dilawan.
"Tiga" bukanlah angka yang terlalu besar, karena Gunung Qing Mao sendiri memiliki tiga desa klan. Setiap desa bisa melawan satu ekor serigala – sehingga serangan mereka bisa lebih cepat dicegah.
"Kakek masih belum memberitahuku soal masalah yang dihadapi Mo Bei!" sahut Mo Yan.
"Sebenarnya tak ada gunanya memberitahumu… tapi dia dipukuli dua kali – seminggu yang lalu dan hari ini. Itu semua terjadi di depan gerbang akademi. Dia dipukul sampai terjatuh dan pingsan." Gu Yue Mo Chen tertawa.
"Siapa yang berani memukul adikku?" Mo Yan membelalakkan matanya.
"Dia adalah Fang Yuan, teman sekelas Mo Bei. Anak itu pandai bertarung…" Gu Yue Mo Chen tertawa kecil.
Gu Yue Mo Yan semakin membelalak dan berkata, "Kenapa Kakek berkata begitu tentang cucu Kakek sendiri!"
Gu Yue Mo Chen menatap cucu perempuannya dengan dalam, lalu ia berkata, "Mo Yan, kamu mungkin tidak mengerti karena kamu adalah perempuan. Kekalahan dan rasa malu itu berfungsi sebagai cambuk untuk terus maju. Tanpa kegagalan, manusia tidak akan pernah bisa menjadi dewasa."
"Mo Bei kalah, dan itu salahnya sendiri. Setelah ia sadar, ia akan mempelajari teknik berkelahi yang baik dari para guru. Itu adalah salah satu bentuk kemajuan, dan kemajuan itu datang karena Fang Yuan memukulnya. Jika kamu benar-benar peduli dan ingin melindungi adikmu, jangan menghalangi dia untuk terus maju. Fang Yuan hanyalah anak dengan bakat bernilai C, sementara Mo Bei memiliki bakat bernilai B. Jika kita mendukungnya, ia akan maju melewati Fang Yuan dan mengalahkan anak itu suatu saat nanti."
"Serahkan semuanya ke Mo Bei. Seorang wanita membutuhkan keluarga dan suami di dalam hidupnya. Namun bagi pria, yang ia butuhkan bukan keluarga; namun rival. Jangan mencari masalah dengan Fang Yuan, mengerti? Ini adalah urusan mereka berdua. Jika kamu terlibat, itu akan dilihat orang sebagai sebuah penindasan. Jika kita melanggar peraturan yang ada, keluarga kita akan dihina dan dicaci oleh orang-orang.
Mo Yan terkesiap. Namun setelah ditatap Gu Yue Mo Chen lekat-lekat, ia akhirnya menunduk. "Baik Kakek. Cucumu mengerti."
Ia berjalan keluar ruangan. Tanpa disadari oleh Gu Yue Mo Chen, kedua mata Mo Yan mengerling penuh arti.
"Jadi seperti itu cara Kakek menyayangi Mo Bei… Tapi aku, Mo Yan, punya caraku sendiri." Pikiran Mo Yan sudah dipenuhi rencana lain.
...
Suasana di kafetaria penginapan terlihat ramai. Beberapa pelayan terlihat bolak-balik menyajikan makanan untuk para tamu.
Fang Yuan duduk di meja dekat jendela. Ia menikmati makanannya sembari melihat ke luar jendela.
Matahari di langit mulai terbenam bagai api yang mulai padam.
Sebagian dari matahari tersebut masih terlihat di permukaan, seakan-akan ia tidak ingin cepat pergi dari sana.
Jauh di atas pegunungan, langit sudah dibalut oleh kegelapan malam. Jalanan di sekitar penuh dengan orang-orang yang berjalan pulang ke rumah masing-masing. Banyak dari mereka yang tidak mengenakan alas kaki; diantaranya adalah para petani, para pemetik tumbuhan, beberapa pemburu yang memegang berbagai bangkai hewan, dan beberapa Gu Master. Para Gu Master tersebut mengenakan seragam biru, pengikat kepala, dan sabuk. Penampilan mereka terlihat bersih dan penuh semangat.
Sabuk yang mereka pakai memiliki fungsi khusus. Untuk Gu Master tingkat satu, mereka menggunakan sabuk biru dengan plat tembaga bertuliskan "1". Untuk Gu Master tingkat dua, mereka menggunakan sabuk merah dengan plat baja bertuliskan "2".
Di balik jendela, Fang Yuan melihat ada 6-7 Gu Master muda yang bertingkat satu. Ia juga melihat seorang Gu Master paruh baya yang bertingkat dua.
Posisi Gu Master tingkat tiga hanya ditempati oleh para tetua. Sementara, posisi Gu Master tingkat empat hanya ditempati oleh kepala klan, alias pemimpin desa.
Gu Master tingkat lima sangat jarang ditemukan. Dalam sejarah klan Gu Yue pun, hanya ada dua orang yang berhasil mencapai tingkatan tersebut. Mereka adalah kepala klan generasi pertama dan generasi keempat.
"Jika ingin mencari tahu kekuatan sebuah klan, caranya sangat sederhana. Carilah sebuah titik untuk diduduki di desa, lalu perhatikan orang-orang yang lewat selama beberapa jam. Lihat berapa banyak Gu Master tingkat satu dan tingkat dua yang ada, dan kau bisa menebak kekuatan dan kekayaan yang dimiliki klan itu." Dengan pengetahuannya yang telah didapat selama 500 tahun, Fang Yuan menyimpulkan dalam hati.
Contohnya saja Desa Gu Yue. Ada sekitar 20 orang yang berlalu lalang di jalanan, dan enam dari mereka merupakan Gu Master. Ada 50% kemungkinan satu diantaranya adalah Gu Master tingkat dua.
Dengan kekuatan seperti ini, klan Gu Yue mampu memonopoli lokasi sumber daya di Gunung Qing Mao. Meskipun begitu, Gunung Qing Mao hanyalah satu bagian kecil dari seluruh wilayah Perbatasan Selatan. Dengan kata lain, klan Gu Yue hanya dianggap sebagai klan kelas menengah kebawah.
"Aku baru memulai kultivasiku. Dengan jenjang awal tingkat satu-ku ini, aku bahkan tidak punya kualifikasi untuk menjelajahi Perbatasan Selatan. Aku butuh setidaknya kultivasi tingkat tiga untuk bisa menjelajahi dunia ini lebih jauh," Fang Yuan menghela napas.
Gunung Qing Mao terlalu kecil; tak bisa menampung ambisi Fang Yuan. Fang Yuan sendiri pun berniat untuk pergi dari tempat ini.
"Haha, Gu Yue Fang Yuan! Akhirnya aku menemukanmu!" Tiba-tiba terdengar tawa seorang pria paruh baya di belakangnya.
"Hmm?" Fang Yuan menoleh. Ia melihat seorang pria berkulit kuning langsat dan alis menggantung. Tubuh pria itu besar dan berotot. Ia berjalan ke arah Fang Yuan sembari menekukkan kedua lengannya. Kedua matanya terus menatap Fang Yuan dengan tatapan penuh permusuhan.
"Fang Yuan, kau sadar kalau kau telah membuat kesalahan besar, bukan? Heh heh heh, beraninya kau memukul Tuan Muda kami! Sekarang, Nona Muda kami telah datang untuk berhadapan denganmu." Pria paruh baya itu terkekeh. Ia terus menatap Fang Yuan dengan pandangan merendahkan – auranya terlihat mencekam.