Cheng Weiwan tidak mengatakan apapun namun mempercepat langkahnya.
"Kau tidak bisa mendapatkan taksi di sini. Kalau kau percaya padaku, ayo naik. Kalau tidak, aku akan menggendongmu kembali ke hotel..." Sambil berkata demikian, Han Zhifan mengayuh sepedanya ke depan wanita itu untuk menghadangnya.
Cheng Weiwan membalikkan badan, tetapi Han Zhifan segera meraih pergelangan tangan wanita itu dan menariknya mendekat. Dia menundukkan kepala seraya berbisik di telinga wanita itu, "Atau siapa tahuꟷmungkin kau memang ingin kugendong sampai hotel?"
"Kau!" Wajah Cheng Weiwan memerah.
Han Zhifan mempertontonkan senyumnya yang mempesona. "Tiga, dua..."
Sebelum mengatakan "satu", Han Zhifan sudah mulai turun dari sepeda.
Pemuda itu terus mengganggunya sepanjang malam, maka Cheng Weiwan tahu pria itu akan melakukan apa yang dikatakannya. Dia agak khawatir pria itu akan memaksa untuk menggendongnya sampai ke hotel, maka ia buru-buru berkata, "Terima kasih."
Mendengar hal ini, Han Zhifan tahu bahwa Cheng Weiwan setuju, maka sebuah senyuman terukir di bibirnya. "Meskipun aku agak kecewa karena tidak bisa menggendongmu sampai ke hotel, memboncengmu di atas sepeda juga membuatku bahagia."
Cheng Weiwan tidak membalas perkataan Han Zhifan.
Tapi Han Zhifan sama sekali tidak keberatan dan segera mengisyaratkan dengan tangannya agar Cheng weiwan duduk di boncengan sepedanya. "Silahkan naik, gadis yang kusukai."
Wanita itu memalingkan wajahnya dan langsung naik ke boncengan sepeda tanpa melihat ke arah Han Zhifan.
Sepanjang perjalanan, Han Zhifan mencoba mencari topik pembicaraan untuk mengobrol dengan Cheng Weiwan. Meskipun Cheng Weiwan jarang membalasnya, dengan senang hati dia berbicara sendiri.
"Mengapa kau memilih jadi penulis?"
"Apakah semua wanita yang menulis buku sangat anggun sepertimu?"
"Bagaimana kau bisa memikirkan begitu banyak cerita?"
"Apakah kau akan mempertimbangkan untuk menulis tentangku dalam ceritamu?"
"..."
Ketika tiba di pintu masuk hotel, Han Zhifan menjejakkan kakinya ke tanah sehingga sepeda itu terhenti.
Cheng Weiwan yang hampir tidak mengatakan apapun sejak membonceng sepeda pemuda itu, masih mengucapkan, "Terima kasih" dengan pelan ketika turun.
"Sama-sama." Han Zhifan menoleh dan memberi Cheng Weiwan senyuman menawan.
Wanita itu memalingkan wajah dan berkata "Selamat tinggal", lalu berbalik dan masuk ke dalam hotel.
Belum sempat ia maju dua langkah, Han Zhifan menyusulnya. Akan tetapi, wanita itu tidak menghentikan langkahnya. Karena dia terus melangkah maju dengan cepat, Han Zhifan lalu menghadang di depannya sambil berjalan mundur. "Karena aku sudah mengantarmu pulang, bisakah kau memberiku nomor ponselmu?"
"Maaf. Aku tidak biasa memberi nomor teleponku pada orang asing," tolak Cheng Weiwan dengan sopan.
"Jangan khawatir. Kalau begitu ayo kita coba cara lain. Karena aku sudah mengantarmu pulang, bolehkah aku menyimpan nomorku di ponselmu?" Pemuda itu lalu menarik ponselnya dan melakukan panggilan.
Setelah sekitar tiga puluh detik kemudian, ponsel Cheng Weiwan berdering. Sebuah nomor tak dikenal yang memiliki lebih dari selusin angka muncul di layar ponselnya.
"Ini adalah nomor ponselku. Aku Han Zhifan. Han adalah nama keluargaku, dan namaku Zhifan. Aku berasal dari Mituzhifan."
Han Zhifan memperkenalkan dirinya sambil memandang Cheng Weiwan. Ketika menangkap rasa tidak percaya di mata wanita itu, dia tahu bahwa Cheng Weiwan terkejut mengetahui ia memiliki nomor ponselnya. Pria itu pun segera berkata, "Jika aku tidak berusaha mengenal gadis yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, bagaimana mungkin aku berani menyebutnya "Cinta pada pandangan pertama'?"
Mendapati pikirannya dibaca seperti itu, Cheng Weiwan berjalan mengitari Han Zhifan dan masuk ke dalam lift.
Han Zhifan tidak mencegahnya. Baru setelah Cheng Weiwan masuk ke dalam lift dan lift itu mulai naik, ekspresi di wajah pemuda itu berubah dingin. Ada kilatan kebencian dan kekejaman di kedalaman matanya.
-
Setelah hari ulang tahunnya, kehidupan Ji Yi di lokasi syuting menjadi jauh lebih tenang.