webnovel

Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (9)

Biên tập viên: Wave Literature

Sang suster mengatakan bahwa ia sudah sering melihat banyak orang datang dan pergi di rumah sakit itu, maka ia bisa membaca niat dan karakter seseorang.

Ia dapat menilai bahwa setiap kali pria itu berkunjung, suasana hatinya sedang buruk, karena ia seringkali memandangi Ji Yi dengan pandangan mata yang sedih.

Ketika ia berdiri di lorong rumah sakit tanpa masuk ke dalam kamar pasien, kedua tangannya selalu mengepal menjadi tinju, begitu kerasnya sehingga urat-urat tangannya terlihat sangat menonjol. Ada juga suatu waktu pria itu menggerakkan sebelah kakinya hendak masuk ke kamar, namun mengurungkan niatnya seolah takut ia akan mengganggu Ji Yi yang masih tak sadarkan diri.

Sang suster juga mengatakan bahwa pria itu pasti sangat peduli pada Ji Yi karena suatu hari, ia bahkan melihat pria itu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Ji Yi dari balik jendela. Ia begitu lembut dan penuh perhatian; dan sebelum pergi, ia mengecup pipi Ji Yi.

Suster itu tidak menceritakan tentang pecahan giok yang berada di tangannya sampai di akhir cerita. Ia mengatakan bahwa setelah Ji Yi terlelap siang itu, pria itu kembali berkunjung dengan sikapnya yang selalu diam, tetapi suasana hatinya terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Ia juga berkata bahwa itu adalah kali pertama dalam tiga tahun di mana ia melihat pria itu tersenyum. Ketika sang suster tersenyum untuk menyapanya, pria itu bahkan membalas tatapannya. Meskipun tidak mengucapkan sepatah katapun, pria itu tidak menutup diri seperti biasanya, ia menjadi lebih mudah didekati daripada sebelumnya.

Dari cerita sang suster, Ji Yi berpendapat bahwa suasana hati pria itu sedang baik karena Ji Yi sudah terbangun dari koma.

Dari apa yang dikatakan oleh susternya, hari itu pria yang mengunjunginya tinggal cukup lama di kamar rumah sakit tempat Ji Yi menginap. Ia menatap Ji Yi tanpa bersuara dengan kelembutan di matanya sambil tak henti-hentinya memainkan batu gioknya. Pada jam empat sore, ponselnya berdering dan karena takut akan membangunkan Ji Yi, ia keluar untuk menerima panggilan itu. Ketika kembali, ia berdiri di samping ranjang dan menunduk memandangi Ji Yi untuk waktu yang lama tanpa berkedip sementara gadis itu tertidur. Kemudian ia menundukkan kepala dan beringsut mendekati bibir Ji Yi, ketika sang suster tiba-tiba datang untuk memeriksa apakah Ji Yi terbangun.

Pria itu mungkin terkejut sehingga tangannya gemetar dan menjatuhkan batu gioknya ke lantai. Terdengar suara benturan keras.

Kemudian ia membungkuk untuk mengambil batu giok besar yang terikat dengan benang merah itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia pergi melewati sang suster keluar dari ruangan.

Ketika sang suster menjelaskan hal ini, ia menceritakan dengan sedikit menyesal bahwa pria itu telah pergi karena hari sudah sore. Saat itulah sang suster sampai di pokok permasalahan. Karena Ji Yi masih tidur, sang suster mengambil buah-buahan, hendak mencucinya untuk diberikan pada Ji Yi ketika ia bangun. Tetapi saat hendak ke kamar mandi, tanpa sengaja ia menginjak sesuatu yang keras. Ia menarik kembali kakinya, menunduk, dan melihat sebuah pecahan giok kecil.

Sang suster menyebutkan bahwa Ji Yi terbangun tepat ketika ia mengambil pecahan giok itu.

Matahari sore itu begitu indah. Ketika sang suster sedang sibuk memotong buah, ia melanjutkan ceritanya dengan suara lembut. Ji Yi bersandar pada kepala ranjang sembari memegang pecahan giok yang kecil itu. Setelah terbangun dari koma selama tiga tahun, hatinya yang tenang terasa mulai hidup kembali.

Ji Yi menanyakan nama pria itu, dan bagaimana wajahnya.

Sang suster mengatakan bahwa pria itu terlihat sangat karismatik, dan ia sepertinya datang dari keluarga yang kaya. Susternya tidak berani bertanya banyak pada pria itu, jadi ia pun tidak tahu namanya. Sedangkan untuk penampilannya, selain "tampan", susternya mengatakan bahwa ia terlihat jauh lebih menarik dari para artis di TV. Ia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pria itu

Chương tiếp theo