Turun dari mobil Alena segera mengikuti Nizam menuju kamar tempat Pangeran Thalal dirawat. Nizam merangkul bahu Alena agar tidak jauh-jauh darinya. Arani dan dua Pengawal Nizam mengalihkan pandangan mereka ke arah lain. Apalagi ketika di dalam lift Nizam terus menerus memepet Alena ke dinding lift. Alena sampai merasa sesak tidak berkutik dipepet suaminya.
"Nizam kenapa Kau terus menerus memepet Aku? " Alena menatap galak.
"Terus Aku harus mepet siapa? Arani? Ya. sudah Aku mepet dia aja" Nizam berkata sambil bergeser mendekati Arani. Alena menjadi cemberut tangannya refleks mencekal tangan Nizam agar tidak bergerak menjauhi dirinya dan mendekati Arani.
"Diam ditempat mu jangan kemana-mana. Bagaimana biar lebih dramatis sekalian aja Kau cium Aku" Kata Alena dengan kesal. Tadinya Ia cuma menggertak Nizam untuk menciumnya sekalian biar tidak nanggung. Tapi diluar dugaan, Nizam beneran mencium Alena. Mata Alena terbelalak kaget dicium tiba-tiba. Lidah Nizam mengaduk-aduk mulutnya. Alena meronta sambil berusaha melepaskan diri.
Tapi Nizam baru melepaskannya setelah melihat wajah Alena pucat pasi karena kehabisan nafas. Dua pengawalnya dan Arani mencoba menutup mata pura-pura tidak melihat adegan tidak senonoh di depan mereka.
"Kamu tidak tahu malu"
"Mereka cuma melihat sedikit, Kasim dikamar kita malah memandu kita waktu dimalam pertama...." Belum selesai Nizam bicara Ia memekik kesakitan. "Akh.Alena. Ouch..it's hurt" Nizam mengaduh karena kakinya diinjak dengan sekuat tenaga oleh Alena. Alena merah padam. Hari ini Nizam membuat Ia benar-benar malu.
"Kamu membuat Aku kehilangan muka di depan pengawalmu dan Arani"
"Siapa suruh Kau memaksaku makan belimbing wuluh. Kau sangat menyiksaku. Sekarang perut ku rasanya sakit"
Sialan rupanya Nizam sedang membalas dendam perlakuannya tadi. Alena jadi terus cemberut. Nizam mengelus kepala Alena yang berjilbab.
"Sudah jangan marah lagi. Aku minta maaf pada wanita tercantik dijagat raya, Maafkanlah kesalahan hambamu yang tidak tahu diri ini." Kata Nizam sambil mencium pipi Alena yang merona. Alena manyun tapi hatinya langsung berbahagia mendengar rayuan maut suaminya.
Andaikan bukan Pangeran yang Mulia Nizam yang melakukan adegan konyol didepan mereka. Mungkin Ali, Fuad dan Arani sudah menggebuki orang itu sampai mati, saking menyebalkannya adegan yang terpampang di depan mereka.
Nizam benar-benar berubah dari Pangeran yang kejam dan dingin menjadi seperti pemuda berumur 17 tahun yang baru beranjak ke masa puber. Tidak ada lagi wajah menakutkan dan menggetarkan hati setiap orang yang memandangnya. Yang ada pemuda konyol yang sedang tergila-gila dengan kekasihnya.
Alena benar-benar seperti wanita penyihir dengan mantra-mantranya yang dahsyat. Wanita penyihir yang mampu merubah Pangeran mereka dari yang seperti dewa dilangit yang tidak bisa diraih oleh siapapun menjadi manusia biasa yang memiliki perasaan.
***
Alena langsung menghambur ke dalam kamar ketika Pengawal Pangeran Thalal membukakan pintu kamar Tempat Pangeran Thalal dirawat. Tapi dilihatnya Cynthia yang sedang tertidur di sofa kamar. Alena jadi mengendap-endap menuju ke tempat tidur. Dilihatnya Pangeran Thalal sedang membuka handphonenya. Ia tersenyum lebar melihat kakak dan kakak ipar nya datang.
" Assalamualaikum Kakak Putri Alena" Kata Pangeran Thalal memberikan salam sambil menangkupkan kedua tangan didadanya. Alena membalas salamnya. Sedangkan Nizam mengulurkan tangannya ketika Pangeran Thalal menyodorkan tangannya untuk mencium tangan kakaknya.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Nizam sambil memeriksa luka di kepala Pangeran Thalal.
"Baik..Apa Kakak sudah memberitahu Ibuku? Aku tidak berani menelponnya untuk memberikan kabar tentang lukaku. Aku takut Ia histeris."
"Aku akan memberi tahunya sekarang sambil mengirimkan foto mu" Kata Nizam sambil mengambil foto Pangeran Thalal. Ia lalu keluar dari kamar menuju balkon belakang kamar dan mulai menelpon Ratu Zenita.
Sementara itu Alena duduk di kursi samping Pangeran Thalal sambil melirik ke arah Cynthia yang terlelap.
"Selamat Yah..Buatmu karena sudah berhasil mendapatkan sahabatku. Ia gadis yang sangat baik" Kata Alena sambil tersenyum bahagia.
Pangeran Thalal tersenyum lebar. "Terima kasih Kakak, Aku sebenarnya sudah putus asa, terlebih ketika Kakak Nizam mendatangkan James untuk Cynthia. Alhamdulillah Alloh memberikan pertolongan kepada ku"
"Aku juga bersyukur. Tahukah Kau kalau Cynthia sudah menaruh hati kepada mu sejak pertama kali melihat mu"
Pangeran Thalal langsung tertarik. Ia tidak tahu kalau Cynthia sudah menaruh hati kepadanya sebelum Ia mengucapkan lamarannya.
"Oh..ya kapankah itu?"
"Pada saat lomba ketangkasan para pangeran..." Alena tidak melanjutkan perkataannya karena Ia mendengar deheman Cynthia yang baru terbangun karena mendengar obrolan Pangeran Thalal dan Alena.
"Teruskan saja perkataanmu, bongkar saja semua rahasia temanmu. Dasar penghianat!!" Cynthia langsung ngomel-ngomel kesal.
Alena tertawa terbahak-bahak ketahuan sedang membongkar rahasia temannya.
"Kenapa Kau harus bangun? Padahal Aku ngobrolnya bisik-bisik."
"Bisik-bisik apanya. Suara mu terdengar dengan jelas"
"Salah siapa Kamu bisa bangun"
"Akukan bukan dirimu yang kalau tertidur seperti bangkai." Chyntia bersungut-sungut sambil bangkit. Ia mengambil tasnya lalu berjalan ke arah toilet.
"Mau apa Kamu Cyn??" Tanya Alena
"Aku mau mandi, gerah dari kemarin belum mandi"
"Pantas saja Kamu bau Kecun?"
"Apaan Kecun?" Tanya Cynthia sambil menoleh kan kepalanya.
"Ketek Beracun"
Pangeran Thalal langsung ngakak sampai kepalanya langsung nyut-nyutan.
"By the way Cynthia. Selamat yah untuk Kalian karena sebentar lagi akan segera menikah.."
Chyntia langsung merah padam sambil masuk ke dalam kamar mandi dengan jantung berdebar kencang. Pangeran Thalal malah senyum-senyum bahagia.