Putri Reina berdiri bolak balik di kamarnya. Wajahnya terlihat sangat kusut walau begitu tidak mengurangi kecantikannya sedikitpun. Para pelayan yang akan mendandaninya menjadi kesulitan. Seorang pelayan masih berdiri sambil memegang gaun yang bewarna merah. Seorang lagi memegang sepatunya. Yang lain memegang sisir dan hairdryer. Berita bahwa Sore ini Alena akan diperkenalkan pada dirinya dan seluruh penghuni Harem membuat darahnya semakin mendidih.
Tadinya Ia sangat berharap kedatangan Alena akan terjegal di Bandara. Tapi nyatanya suaminya yang cerdas itu bisa mengatasi segalanya. "Aah..." Putri Reina berteriak sambil menangis menahan amarahnya.
"Yang Mulia mohon jangan menangis" Fatimah mencoba mendekati Putri Reina. Putri Reina menangis sambil memegang dadanya. Bagaimana bisa suami yang begitu Ia cintai bisa membela wanita lain dengan begitu membabi buta. Menghalangi lemparan sepatu dengan punggungnya sendiri. Aah... sakit sekali rasanya. Putri Reina berlutut di depan meja riasnya.. Tangannya menyapu semua peralatan kosmetik yang ada di atasnya hingga berhamburan ke bawah.
Para pelayan langsung ikut menjatuhkan diri ke bawah sambil ikut menangis. Kepedihan yang dirasakan majikannya seakan ikut menyayat hati mereka. Mengapa putri yang cantik jelita itu memiliki nasib yang tidak secantik wajahnya. Mereka juga tidak mengerti mengapa Pangeran Nizam tidak mencintai Putri Reina
"Fatimah katakanlah..Apa dia sangat cantik? " Kata Putri Reina sambil memegang erat tepi pakaian dalamnya. Ia baru akan memakai bajunya ketika datang perintah agar Putri Reina bersiap diri untuk menyambut kedatangan Alena. Fatimah menundukkan kepalanya dalam posisi masih berlutut.
"Katakanlah...Katakanlah. Apa yang menarik pada dirinya hingga membuat Yang Mulia begitu tergoda oleh wanita jalang itu" Putri Reina semakin histeris melihat Fatimah tidak menjawab.
"Fatimah!! Apa kau tidak mendengar kata-kata ku?"
"Di..di..a menurut hamba tidak terlalu cantik. Badannya begitu mungil. Tetapi dia memiliki dada yang besar dengan pinggang yang ramping. Pinggulnya tidak terlalu besar. Kulitnya coklat sangat cantik. Matanya bulat bersinar cerah. Hidungnya tidak terlalu mancung. Dia lebih mirip anak kecil daripada seorang wanita penggoda. Dia sangat lucu dan polos. " Fatimah nyerocos tanpa sadar malah menceritakan kebaikan dari Alena.
"Apa maksudmu bicara seperti itu??" Putri Reina semakin bernafsu mendengar penjelasan Fatimah.
"Ma..maafkan hamba. Hamba tidak bermaksud untuk...Plak!!.. Fatimah langsung terdiam karena pipinya ditampar oleh Putri Reina. Fatimah langsung menundukkan kepalanya. Pelayan yang lain semakin ketakutan.
"Aku bersumpah..Aku bersumpah akan menghancurkannya" Mata Putri Reina menyala tajam.
"Bagaimana dengan tanggapan Ratu Sabrina?" Tanya Putri Reina lagi.
"Hamba melihat Ratu Sabrina terlihat tidak keberatan dengan Putri Alena, Wajahnya terlihat datar dan tidak menunjukkan kemuraman."
"Tidak bisa... tidak bisa. Dia adalah orang yang berasal dari keluargaku. Dia harus berada dipihakku" Kata Putri Reina lagi.
"Yang Mulia Putri Reina. Ratu Sabrina dikenal dengan Ratu yang tegas dan adil. Dia memang sedikit kejam tapi bukan orang yang bisa bertindak sembarangan. Yang Mulia mohon untuk bertindak hati-hati. Setiap langkah harus dipikirkan dengan sebaik-baiknya."
"Apa yang harus Aku lakukan sekarang?" Putri Reina berkata sambil berdiri perlahan. Ia lalu berjalan menuju ranjang besar tempat dia tidur. Ia duduk diatasnya. Putri Reina terlihat sangat cantik dengan pakaian dalam berupa gaun terusan pendek bewarna putih. gaun tidak berlengan. Dibagian dadanya terdapat rendah yang semakin membuat gaun itu terlihat semakin cantik ditubuh Putri Reina. Bulatan kecil yang berwarna merah masih berada di balik lengannya yang putih.
"Sebaiknya untuk saat sekarang, Yang Mulia harus berupaya untuk menerima kedatangan Putri Alena. Hamba yakin dengan menerima kedatangannya akan menunjukkan sisi kemuliaan dari seorang calon Ratu."
"Fatimah..." Putri Reina tiba-tiba memanggil Fatimah. Fatimah menatap Putri Reina masih dalam posisi berlutut.
"Ya Yang Mulia," Fatimah menjawab sambil menganggukkan kepalanya dengan hormat.
"Kamu tahu.. posisi ku masih belum pasti. Aku bisa jadi Ratu jika Aku melahirkan seorang anak laki-laki. Jika seandainya Si Jalang itu melahirkan anak laki-laki lebih dulu dari Aku, maka calon Ratu akan otomatis jatuh ke tangannya. Dan bagaimana Aku bisa melahirkan anak kalau Yang Mulia belum pernah menyentuhku.." Putri Reina duduk memeluk lutut di ranjang lalu menelengkupkan mukanya ke lututnya lalu menangis dengan pilu. Hatinya sangat sakit.
"Yang Mulia tidak usah khawatir, Keadaan yang Mulia belum kalah. Bukankah Putri Alena juga masih dalam kondisi belum tersentuh."
"Apa maksudmu Fatimah? Bukankah mereka sudah menikah sejak 6 bulan lalu. Bagaimana mungkin mereka belum pernah berhubungan?" Putri Reina menatap heran pada Fatimah.
"Yang hamba dengar dari pelayan Ratu Sabrina kalau Yang Mulia Nizam berjanji bahwa Yang Mulia berjanji tidak akan menyentuh istrinya sampai perayaan resmi sesuai adat istiadat kerajaan."
Putri Reina tercekat. "Apa maksudnya dari perkataan mu? Apa pernikahan mereka akan dirayakan lagi di Azura? Bagaimana bisa"
"Iya betul yang Mulia. Bahkan katanya perayaannya akan lebih besar dari Em...m.. Perayaan yang kemarin."
"Maksudmu, Perayaan Si wanita jalang itu akan lebih besar dari perayaanku?"
"Begitulah yang hamba dengar. Karena pada waktu itu bukankah Pernikahan Yang Mulia diselenggarakan secara mendadak sedangkan sekarang perayaan pernikahan putri Alena akan dirayakan bersamaan perayaan ulang tahun Azura. Akan ada perayaan selama 2 Minggu berturut-turut dengan mengundang seluruh negara bawahan. Akan banyak perlombaan olah raga yang diselenggarakan antar kerajaan. Memanah, Menombak, ketangkasan berkuda, menembak, Olah raga polo, sepak bola dan diakhiri dengan berburu. Ada banyak nyanyian dan tarian. Selanjutnya akan diakhiri dengan pesta perayaan kesucian Putri Alena."
Putri Reina benar-benar terkulai lemas mendengar penjelasan dari Fatimah.
"Mengapa Aku tidak tahu??"
"Rencananya memang baru dua hari yang lalu dirancang oleh Ratu Sabrina. Ia kesal dengan beredarnya video yang beredar. Lalu Ia ingin memulihkan nama baik Pangeran Nizam dengan pembuktian bahwa Pangeran Nizam tidak memilih Istri yang tidak bermoral. Dengan perayaan yang besar-besaran, Ia ingin menunjukkan bahwa Putri Alena masih suci"
Putri Reina nanar menatap ke luar Jendela. Tindakan menyebarkan video Nizam ternyata selain gagal malah mengakibatkan Pernikahan Alena dan suaminya dirayakan besar-besaran. Selain itu Kejadian di Bandara malah semakin memperlihatkan betapa Pangeran Nizam sangat mencintai istri keduanya.