webnovel

Kejutan

Nizam sedikit tegang ketika turun dari pesawat. Para penjaga Alena dan dirinya berdiri di belakang dan samping mereka. Sesuai perkiraan begitu Nizam dan rombongan berjalan menuju rombongan para pejabat yang menjemput mereka. Nizam dan yang lainnya melihat banyak kerumunan orang yang berteriak sambil mengacungkan Foster dan spanduk. Bahkan Nizam melihat banyaknya wartawan dari media massa yang turut berdesakan mencari berita. Cynthia tampak membaca tulisan yang tertera diatasnya. Ia langsung mengernyitkan dahinya karena isinya semua menentang kedatangan Alena. Mereka tidak suka kalau putra mahkota yang begitu mulia harus jatuh ke tangan orang yang tidak bermoral.

Nizam merangkul bahu Alena erat. Tapi hal ini malah membuat mereka semakin marah. Aturannya perempuan harus berjalan dibelakang pria bukannya dirangkul. Kecuali kalau mereka sudah menikah. Mereka mengira Nizam belum menikahi Alena Itu yang membuat mereka bertambah emosi. Para penjemput Nizam yang terdiri dari para pejabat penting tampak memberi hormat lalu meminta maaf. Suasana sedikit gaduh dan memanas karena para polisi segera turun tangan membuat barikade menghalangi para demonstran yang mulai merangsak maju.

Alena tampak menggigil dalam pelukan Nizam. Ia tampak ketakutan dan terkejut mendapatkan sambutan yang di luar dugaan. Alena menatap suaminya dan bersamaan dengan tatapan Nizam. Nizam berbisik, "Jangan takut Alena, Aku akan melindungimu bila perlu dengan nyawaku sendiri."

Alena menganggukkan kepalanya. Hilang sudah rasa takut Alena. "Aku tidak takut Nizam. Asalkan bersamamu akan aku hadapi semuanya."

"Good girl" Kata Nizam sambil terus berjalan merangkul Alena menuju mobilnya tanpa memperdulikan teriakan orang-orang. Tiba-tiba sekitar jarak 3 meter dari mobil entah darimana ada sesuatu yang di lemparkan ke arah Alena. Nizam sempat meliriknya lalu dengan kekuatan penuh Ia menarik tubuh Alena ke depannya dan melindunginya dengan punggungnya. Dan lemparan itu seketika mengenai punggung Nizam.

"Buk..." benda keras itu mengenai punggung Nizam lalu meluncur ke bawah. Alena menjerit kaget. Nizam yang dari tadi diam langsung berteriak murka.

"Cukup!!!" Nizam berdiri tegak menantang kepada para demonstran. Ia memegang tangan kanan Alena dengan tangan kirinya. Nizam merasa darahnya mendidih menyaksikan Alena hendak dilempar sepatu. Lebih baik Ia dicambuk sampai mati dari pada melihat tubuh Alena dilukai.

"Apa mau kalian? Apa maksud Kalian melakukan semua ini ? Apa Kalian tau apa yang kalian telah lakukan?"

Suasana tampak hening. Apalagi ketika kemudian dua atau tiga polisi langsung menerjang mencokok orang yang hendak melempar Alena menggunakan sepatu. Ia tidak berkutik langsung diseret dibawa kedalam mobil polisi. Para Demonstran langsung ketakutan. Mereka juga tidak mengira kalau salah satu dari mereka ada yang berani melemparkan sepatu ke Alena dan bahkan yang terkena adalah pangerannya. Pangeran yang sangat mereka hormati. Bukankah mereka berdemo saking cintanya pada Nizam. Mereka melihat Alena sebagai wanita nakal yang menggoda pangeran mereka untuk berbuat yang tidak bermoral. Jadi mereka sangat marah dengan beredarnya video itu. Video yang sengaja disebar oleh Putri Reina melalui media sosial. Bahkan Ia mengirimnya ke redaksi koran Nasional Azura.

"Siapakah perwakilannya ? Majulah berikan Aku penjelasan!" Nizam masih menatap tajam.

Para demonstran seketika berlutut lalu bersujud, mereka sangat menyesal punggung Nizam terkena lemparan sepatu. Mereka tetap menundukkan kepalanya bersujud ke arah Nizam.

Nizam lalu memberikan isyarat pada salah satu polisi untuk menyeret orang yang paling depan yang Ia perkirakan pemimpinnya. Orang yang diseret polisi itu tampak ketakutan. "Maafkan kami yang Mulia. Kami sangat mengasihi yang Mulia. Kami sungguh tidak ikhlas kalau yang mulia sampai jatuh ke tangan wanita penggoda." Orang itu berkata sambil menundukkan kepalanya.

"Siapakah yang kalian maksud dengan wanita penggoda itu, coba kalian lihat?" Nizam menarik tangan Alena agar wajah Alena terlihat oleh pemimpin demonstran. Pemimpin demonstran itu tentu saja tidak berani melihatnya. Lalu Nizam menyuruh orang-orang yang sedang bersujud untuk mengangkat wajah mereka dan melihat Alena. Tapi tentu saja mereka tidak berani memandang wajah Alena. Hingga lalu Nizam berkata

"Aku mengizinkan kalian untuk melihat wajah istriku"

Para Demonstran terkejut mendengar Alena disebut istri oleh Nizam, lalu sontak mereka tengadah melihat Alena. Mereka lalu terkejut melihat gadis yang berdiri di depan mereka. Mereka seperti sedang berhadapan dengan seorang bidadari yang datang dari belahan dunia lain. Tubuh Alena yang cukup mungil untuk ukuran mereka terbalut gaun sutra berwarna biru yang menutupi seluruh tubuhnya dengan anggun. Kerudung semacam pasmina menutupi rambut hitam panjang sedikit ikal.

Mata Alena yang bulat bersinar indah tampak yang paling mencolok menghiasi wajah yang cantik. Kulit khas Asia nya antara hitam dan putih. Kuning sedikit coklat lebih mirip kulit buah sawo yang masih muda. warna kuning diatas coklat sedikit. Riasan Alena juga tidak terlalu mencolok Ia benar-benar membuat jatuh hati pada pandangan pertama siapapun yang melihatnya.

Tidak tampak sedikitpun wajah wanita penggoda menurut mereka karena memang Alena tidak berniat menggoda mereka. Tampang penggodanya muncul kalau memang Ia ada di depan Nizam. Alena melirik Cynthia. Cynthia langsung memberi isyarat agar Alena memasang wajah minta dikasihani untuk mendapatkan simpati para demonstran.

Alena beruntung sehari sebelumnya Ia diajarkan Cynthia untuk bisa memainkan raut wajah dalam menghadapi orang-orang. Dan sekarang Ia sedang mempraktekkannya.

"Yang mulia Kami sangat menyesal telah menuduh yang Mulia putri Alena sebagai wanita penggoda. Video itu membuat kami...." Demonstran itu tidak berarti meneruskan kata-katanya. Ia menundukkan kepalanya seakan-akan Ia melakukan suatu kesalahan yang sangat besar.

Nizam tersenyum. "Aku tidak mengingkari bahwa video itu adalah Kami. Kami tidak bermaksud mempertontonkan perbuatan tidak bermoral tapi Kalian tahu. Kami kuliah di Amerika. Di Amerika mereka memiliki kebiasaan saling berciuman setelah menikah untuk menyatakan bahwa mereka sudah saling memiliki seutuhnya. Aku terpaksa sangat terpaksa mencium Alena untuk membuktikan kepada mereka bahwa kami sudah menikah. Dan mohon untuk tidak menyalahkan istriku. Karena yang berinisiatif mencium adalah Aku bukan istriku. Tolong Maafkan Aku yang sudah memberikan contoh yang tidak baik. Aku akan memberikan temu bicara di Aula Istanaku malam ini pukul 16.00.

Silahkan bagi para wartawan untuk meliputnya. semua akan Aku jelaskan apa adanya." Nizam memberikan penjelasan. Lalu Ia mohon pamit pada orang-orang yang masih bergerombol tapi tidak beringas lagi. Mereka terlihat sangat senang dengan penjelasan pangerannya. Mereka lalu membubarkan diri dengan tertib. Nizam menarik nafas lega Ia lalu kembali berjalan seraya merangkul Alena untuk kemudian memasuki mobilnya

Chương tiếp theo