Nizam mengemudikan mobilnya dengan tenang. Tatapannya lurus ke depan. Disampingnya Alena duduk sambil menoleh ke belakang. Di belakang duduk Cynthia. Alena mengenakan rok warna pendek warna hijau. Nizam menggelengkan kepalanya ketika melihat duduk Alena yang tidak benar karena menyamping membuat paha mulusnya terumbar kemana-mana. Nizam mengeluh Ia lupa menyortir pakaian istrinya.
"Jadi Sekarang Kalian tinggal serumah? Bukannya dilarang bercinta kalau belum nikah?" Cynthia bertanya pada Alena karena tadi memang Alena tidak sempat bercerita.
"Kami sudah menikah, Iya kan sayang" Kata Alena pada suaminya dengan perasaan sangat bahagia. Nizam tidak menjawab Ia hanya berkata, hmm.
Cynthia melongo, "Benarkah Kalian sudah menikah? Mengapa begitu cepat? Apa kalian tidak saling mengenal dulu atau bagaimana?"
"Tau nih Nizam, ngajak cepat-cepat. Ga sabaran banget." Alena pura-pura kesal pada Nizam. Nizam melirik tingkah istrinya yang sok lebay. Ia tidak menjawab tetap menyetir dengan tenang. Dibelakang mobilnya ada Fuad dan Ali yang sedang mengikuti menggunakan mobil lain.
Cynthia melirik reaksi Nizam, mempelajari sikap karakter suami sahabatnya. Si muka batu berhati es itu benar-benar tidak berubah sikapnya walaupun sudah menikah. Tetap saja berwajah datar tanpa emosi.
"Kapan kalian menikah? Kamu keterlaluan Alena, menikah tanpa sepengetahuan sahabat sendiri."
"Kami menikah cepat-cepat karena mengejar jadwal kuliah kami, Kami hanya menghalalkan hubungan saja. Sehingga Kami tidak sempat memberi tahu yang lain. Karena pernikahan resminya akan dilakukan di Azura semester depan. Dan tentu saja kau akan hadir untuk menemani Alena." Nizam menjawab pertanyaan Cynthia.
" Ya...ya..ya..betul seperti itu." Kata Alena.
"Di Azura?? itu sangat jauh, Aku rasa aku tidak akan bisa datang."
"Tapi kenapa Cynthia?" Alena bertanya dengan wajah kecewa. Nizam melirik Cynthia dari kaca spion, ingin tahu jawaban Chyntia.
"Kamukan tahu, Aku kerja paruh waktu. Ongkos ke Azura berapa, pastinya sangat mahal. Lagipula aku perkirakan pasti pesta pernikahannya tidak sebentar. Butuh waktu berhari-hari. padahal Aku harus kerja paruh waktu. Kalau terlalu lama Aku tidak masuk pasti aku dipecat.
"Kamu tidak usah khawatir, Nizamku adalah seorang pangeran. Dia banyak uang. Ayahku saja utangnya dibayarkan Nizam. Iyakan Nizam?" Alena menatap Nizam. Sementara itu Nizam melirik Cynthia yang kaget mendengar kata-kata Alena. Cynthia menatap Nizam bersamaan dengan Nizam menatap Cynthia. Nizam memberikan isyarat bahwa Ia akan menjelaskan nanti. Dan memang Cynthia yang cerdas langsung bisa menangkap isyarat Nizam.
Tidak lama mobil sudah sampai di kampus. Sebelum Alena turun tiba-tiba Nizam menarik tangannya.
"Alena!"
"Ya?"
"Tolong untuk tidak terlalu demonstratif menunjukkan hubungan kita kepada yang lain. Aku tidak mau mereka bergosip tentang kita yang nantinya malah akan mengganggu konsentrasi kita dalam belajar."
"Uh kamu tuh engga asyik" Alena merenggut karena inginnya Ia bermesraan dengan Nizam didepan teman-temannya sama seperti teman-temannya yang suka pacaran ditempat terbuka.
"Berjanjilah." Nizam tidak melepaskan tangan Alena sebelum Alena menjawabnya.
"Ya..ya.. baiklah aku berjanji tidak akan berbuat yang aneh-aneh padamu di depan , tapi cium dulu." Kata Alena sambil memajukan bibirnya. Nizam menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Barusan tadi Aku bilang apa?" Kata Nizam.
" Tapikan disini ga ada teman-teman yang lain, cuma ada Cynthia. Dia teman baikku." Alena berkata sambil tetap memajukan bibirnya minta dicium.
"Oh ..ya...ya.. please, silahkan , jangan anggap aku ada. Anggap saja aku udara yang tidak terlihat." kata Cynthia sambil mengangkat tangannya tanda Ia tidak keberatan. Sebenarnya berciuman di depan orang bagi orang Amerika sudah biasa. Bukankah sepasang pengantin yang baru menikah juga memperlihatkan kasih sayang mereka dengan berciuman didepan para tamu undangan.
"Tuh..kan. Ayolah cium dulu, agar aku ada kekuatan untuk menghadapi materi kuliah hari ini."
" I'm sorry Cynthia" Kata Nizam sambil meladeni permintaan Alena. Cynthia tetap mengangkat kedua tangannya untuk mempersilahkan Nizam berbuat apa saja. Nizam mengecup bibir Alena sekilas. Alena merengek minta lagi.
"Kurang" kata Alena sambil tetap memajukan bibirnya minta lebih. Tapi Nizam malah mendorong kening Alena ke belakang.
"Ayo cepat masuk kelas sana. Ini sudah telat. Kamu taukan Mrs.Jenny sangat on time." Kata Nizam sambil terus membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya.
***
Dan benar saja di kelas, Nizam tidak mau duduk di samping Alena. Ia memilih tempat duduk favoritnya, paling depan dekat meja dosen. Sementara itu Alena dan Cynthia malah duduk di kursi paling belakang. Alena dan Cynthia berbisik-bisik ngobrol. Tadi ingin ngobrol banyak tapi canggung ada Nizam.
"Alena..apa benar Nizam membayarkan utang ayahmu yang banyaknya 35 Juta Dolar??"
" Yap..benar, Aku juga tidak menyangka Ia sangat kaya. padahal dia kelihatannya biasa saja tidak pernah menunjukkannya seperti Edward atau Justin. Bukankah Aku sangat beruntung" Alena berkata dengan wajah berseri-seri. Ia bahagia sebenarnya bukan karena Nizam kaya. Ia bahagia karena Ayahnya terbebas dari penjara dan Ia bisa menikah dengan Nizam bukannya dengan Andre.
"Alena Aku bukannya mau menakut-nakuti. Terlalu banyak kemudahan yang kamu peroleh saat ini dan Aku rasa ke depan akan banyak pengorbanan yang akan kau berikan."
" Cynthia, Aku tidak mengingkari yang kau ucapkan." Alena mengeluh tiba-tiba Ia teringat kata-kata Nizam bahwa Ia nanti akan hidup di Istana.
"Dia bilang padaku dan orang tuaku bahwa Ia adalah seorang pangeran calon pewaris tahta dan Ia sebenarnya sudah menikah dan memiliki istri. Aku hanya akan jadi istri keduanya."
"Alena ini seperti cerita 1001 malam ditelingaku. Kalau Nizam adalah anak seorang konglomerat atau anak seorang mafia aku masih bisa percaya. Tapi kalau Ia seorang pangeran Aku masih merasa tidak percaya."
"Aku juga. Dan Aku hanya akan merasa yakin kalau Aku sudah berada di Azura. Aku sangat tidak sabar ingin segera ada di sana"
"Alena katakan padaku, apa kamu bertanya padanya apakah Ia impoten atau tidak?" Tiba-tiba Cynthia bertanya tentang hal yang membuatnya kehilangan muka didepan Nizam. Alena langsung cengengesan.
"Iya.. waktu itu tepat dimalam pertama pernikahan Kami. Nizam hanya menciumku dan tidak menyentuhku jadi Aku tanyakan saja kepadanya langsung. Apakah dia impoten atau tidak" Alena cengar-cengir. Cynthia langsung memukul kepala Alena menggunakan buku yang sedang dipegangnya.
"Dasar anak bodoh. Kenapa kau bilang itu dari Aku. Aku jadi kehilangan muka di depannya."
"Ouch.. Cynthia sakit..." Alena meringis.
"Maafkan Aku, Tapi memangnya kenapa? Bukankah Kamu kemarin mengatakan agar Aku mengatakan langsung padanya." Kata Alena lagi sambil mengusap-usap kepalanya.
"Alena tolong untuk lebih cerdas sedikit. Mengapa Kamu begitu polos, apalagi nanti kamu akan tinggal di Azura" Cynthia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak merasa takut, Aku yakin Nizam akan selalu mendampingiku"
"Alena bukankah tadi kamu mengatakan kalau Nizam adalah pangeran dengan istri yang kemungkinan lebih dari dua. Apakah Kamu yakin Ia akan selalu ada disamping Kamu?"
Alena terdiam berpikir sejenak mencerna kata-kata dari Cynthia. Sampai Dosen datang Alena masih berpikir keras.