Nizam menyuruh Alena tetap dimobil, sementara Ia keluar. Ali yang sedari tadi menunggu di samping mobil segera menghampiri dan menundukkan kepala dengan hormat.
"Apa Kau sudah menyelidiki perusahaan apa saja yang ada di Indonesia??"
"Kita memiliki beberapa hotel di Kota-kota besar di Indonesia. Salah satunya hotel Gardenia yang ada di Surabaya. Kita juga memiliki beberapa pusat perbelanjaan di 5 Kota. Tetapi tidak Ada di Kota Surabaya. Terakhir kita juga mengekspor minyak mentah sekitar 30% dari seluruh total yang di impor Indonesia."
"Hmmm itu cukup bagus, Segera minta Orang yang menjadi penanggung jawab hotel Gardenia untuk menghubungiku. Aku ingin tahu sebenarnya kasus apa yang sedang dialami oleh Ayahnya Alena. Oh..ya Hari ini Aku akan pergi ke rumah Alena. Sekarang Kamu carikan mobil kecil untuk Aku dan Alena sekalian dengan sopirnya. Aku rasa mobil ini terlalu besar untukku, Lagipula Aku tidak mau satu mobil dengan kalian. Aku hanya ingin berdua dengan Alena."
"Baiklah, Apa kita harus membelinya sekarang?" Tanya Ali sambil tetap menunduk.
"Maksud Kamu, Aku dan Alena harus menunggu sampai proses pembelian mobil selesai??" Nizam mengerutkan keningnya dengan kesal dengan kebodohan penjaganya. Bagaimana mungkin bisa membeli mobil secara mendadak di negri orang. Memangnya mau membeli air mineral dalam botol.
"Eh... tentu saja tidak Tuanku, Hamba akan meminta Tuan Doni untuk menyewa mobil terlebih dahulu" Ali menganggukkan kepalanya lalu Ia berbicara dengan guide yang diperolehnya di hotel tadi malam. Guide yang merupakan manajer Humas langsung dari Hotel Gardenia langsung memahami kata-kata Ali.
Ia memandang sedikit pada Nizam. Dan Ia tidak mau ceroboh sedikitpun terhadap pemilik hotel tempatnya bekerja. kemarin pagi Ia ditelpon oleh presiden direktur Hotel Gardenia bahwa pemilik langsung dari Hotel akan datang ke Surabaya. Bahkan Ia juga tahu bahwa yang akan datang adalah orang yang sangat penting lebih dari sekedar pemilik hotel. Dan seluruh pegawai hotel itu untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara diam-diam. Mengingat pemiliknya konon katanya Putra Mahkota dari Kerajaan Azura sehingga sehingga mereka harus menjaga kerahasiaannya agar keselamatan sang pangeran tetap terjaga.
Tak lama kemudian datang sebuah mobil Mercedes Benz A-class. "Ini mobilnya Yang Mulia" Kata Ali sambil memandu mobil untuk parkir di dekat mobil Alphard. Seorang sopir turun dari mobil tersebut. Membuka pintu mobil dan mempersilahkan Nizam untuk naik. Nizam membuka pintu mobil Alphard-nya meminta Alena untuk keluar dari mobil. Alena perlahan turun dari mobil dan lalu masuk ke mobil Mercedes Benz nya.
Nizam lalu memberikan alamat rumah Alena pada sopir nya. Sopirnya itu mengangguk Ia hapal betul perumahan tempat Alena tinggal. salah satu hunian termahal di kota Surabaya. Tempat berkumpulnya para pengusaha kaya. Tidak lama kemudian mobil meluncur di iringi mobil Alphard yang mengikuti dari belakang.
***
Ibunya Alena berteriak pada Ayahnya begitu Ia turun dari mobilnya. Kebetulan Ia melihat Suaminya baru mau naik ke mobilnya. "Mas..mas.. tunggu Mas, " Ibunya Alena ini kadang manggil mas kadang manggil Ayah ke suaminya.
Ayah Alena yang baru saja mau naik segera melirik ke arah suara. Dilihatnya Istrinya turun dari mobil lalu berjalan setengah berlari ke arahnya dengan tergesa.
"Ada apa Ibu ini, Ayah mau ke kantor menyelesaikan urusan yang kemarin belum beres."
"Jangan dulu pergi, ini lho..ini Alena menelpon Dia mau dilamar sekarang sama kekasihnya. Ayo Mas .masuk lagi kedalam. Aduuh... kenapa mendadak, Ibu kan belum persiapan." Ibunya Alena tampak panik Ia mengangkat teleponnya dan langsung menghubungi sebuah restoran terkenal untuk minta dikirim makanan.
Mendengar celotehan istrinya, Ayahnya Alena malah bersandar di mobilnya dengan badan lemas. Jadi Alena tidak akan jadi menikah dengan anaknya Pak Hartono. Jadi Mungkin Ia harus membayar seluruh utangnya. Kalau tidak, berarti Ia mungkin benar, Ia harus masuk penjara. Ayahnya Alena menarik napas panjang. Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana hidupnya menjadi begitu rumit. Ia juga tidak menyangka akan tertipu pejabat yang mengeluarkan surat izin itu. Tetapi apapun resikonya Ia merasa harus bertanggung jawab sangat mustahil baginya harus mengorbankan kebahagiaan anaknya demi dirinya. Lagipula Alena tidak bersalah, semua kejadian ini adalah mutlak tanggung jawabnya. Dengan gontai Ia menyuruh sopirnya memarkirkan kembali mobilnya ke garasi dan Ia melihat mobil istrinya juga sudah diparkirkan oleh sopirnya yang lain.
Begitu masuk Ia melihat istrinya yang begitu sibuk. " Narti..Narti..sama kamu Ayu..bereskan teras depan. Ruang tamu utama pastikan bersih jangan lupa ruang makan juga di atur. simpan karangan bunga anggrek dan buah-buahan di tengah meja agar menjadi pusat perhatian meja makannya. Aduuh..tadi itu berapa orang yang mau datang yah? Lali Aku..oalah..Ayah..Ayah..Aku bisa stress "
"Memangnya siapa calon suaminya? Terus kenapa mendadak Ia mau melamar. Bukankah tadi pagi Alena izinnya mau melakukan penjajakan dengan Andre? Kenapa malah jadi seperti ini. Bisa gila Aku" Tanya Ayahnya sambil masuk ke kamar kerjanya mau menyimpan tas kerjanya.
"Lha...mana Ibu tau? Tadi juga Alena bilangnya seperti itu Aku juga ndak paham.Tadi ditelpon dia bilang calon suaminya teman satu kuliah. Orang dari negara Azura.. Bukankah kita pernah ke sana waktu Umroh terakhir kali. Negara yang sangat Indah..kalau Alena menikah dengan orang sana kita pasti akan sering liburan ke sana." Ibunya tampak bersemangat Ia lupa dengan masalah suaminya.
"Iya Kamu liburan ke sana dan Ayah liburan dipenjara" Ayahnya Alena berkata sambil melengos.
"Ah Ayah ini, piye toh? Yang ikhlas dong Yah? Katanya biar Alena bahagia sekarang malah bicara seperti itu. Jangan putus asa siapa tahu ke depan ada jalan keluarnya. Lagipula Yah..siapa tahu Pak Hartono itu walaupun tidak jadi besan dia tetap baik pada kita." Kata Ibunya lagi. Ayahnya hanya menyebutkan Aamiin.
***
Satu jam kemudian tepat dengan meja makan sudah tertata rapih. terlihat mobil mulai memasuki kediaman Alena. Ibunya Alena segera berdiri ke depan sambil menarik suaminya yang sedikit gundah. Tadinya Ayahnya Alena berharap Alena menikahi Andre. Penjajakan yang diajukan Alena disambut dengan perasaan harap-harap cemas agar Alena mau membukakan hatinya. Ia sangat berharap Alena bahagia dan Ia tidak harus masuk penjara.
Ayah dan Ibu Alena melihat mobil Mercedes Benz A-class berhenti di depan mereka. Tapi jelas bukan mobil itu yang menarik perhatian mereka tapi orang yang turun dari mobil tersebut. Mereka melihat seorang sopir yang turun membukakan pintu mobil dan yang pertama turun adalah putri mereka Alena. Alena tersenyum pada Ayah dan Ibunya. Tapi Ibunya tidak memperhatikan senyum putrinya, Ia malah tercengang melihat pemuda yang mengikuti Putrinya dari belakang. Mulutnya ternganga melihat ketampanan Nizam. Ia bagai melihat seorang Raden Arjuna datang dari negeri wayang ke hadapannya. Bukankah Arjuna adalah pangeran yang paling tampan di cerita wayang yang sering baca. Ia melihat sosok pria yang tinggi dengan badan proporsional. Dada yang bidang dengan wajah begitu sempurna. Kenapa ada orang setampan itu. Seumur hidupnya ia tidak pernah bertemu pria setampan Nizam. Pantas saja anaknya klepek-klepek, Ia juga sesaat lupa pada suaminya yang berdiri disampingnya.
"Bu..Bu ..." Ayahnya Alena menginjak kaki istrinya yang sedang bengong. Ia melihat dari tadi Nizam mengulurkan tangannya meminta salaman pada istrinya. Tapi istrinya malah melongo terus, malu-maluin. Istrinya langsung tersadar sambil mengaduh.
"Aduh..Eeh...maaf. " Ibunya Alena langsung tergagap. Ia menyambut uluran tangan Nizam dan Nizam mencium tangan Ibunya Alena dengan hormat. Ibunya Alena tampak terpesona oleh perlakuan Nizam.
"Assalamualaikum Bu. " Kata Nizam memberi salam.
"Waalaikumsalam.. Nak" Balas Ibunya sambil tetap tidak berkedip melihat calon menantunya.
Usai memberi salam pada Ibunya Alena Ia juga memberikan salam pada Ayahnya Alena. Ayahnya Alena menepuk bahu Nizam sambil menilai penampilan Nizam. Melihat dari penampilan Nizam Ia merasa puas dengan pilihan anaknya. Apalagi Alena mengatakan bahwa Nizam adalah teman kuliahnya berarti dari segi pendidikan juga tidak mengecewakan. Tinggal dari keluarganya. Ayahnya Alena melihat ke orang-orang yang dibawa Nizam. Ia melihat ada dua orang Indonesia dan dua orang yang mungkin berasal dari keluarga Nizam. Ia tidak melihat ayah dan ibu Nizam.
" Where are your parents? " Tanya Ayahnya Alena menanyakan orang tua Nizam.
" Saya mohon maaf, mereka tidak bisa ikut karena sesuatu hal. Semoga Ibu dan Bapak tidak keberatan tentang hal itu."
Baru saja Ayahnya Alena mau menjawab istrinya langsung menyambar jawabannya.
"Oh tidak..tidak tentu saja tidak, Ayo Nak masuk ke dalam. Ajak teman-temanmu juga. Kami mengerti Azura kan jauh dari Indonesia jadi Kami memahami kalau mereka tidak bisa ikut. " Ibunya Alena menyambar jawaban yang harusnya diberikan oleh Ayahnya Alena. Ia menggamit lengan Nizam dan membawanya masuk ke dalam.
Jelas terlihat bahwa Ibunya Alena serasa menemukan anak laki-laki yang selama ini Ia dambakan. Bertahun-tahun setelah kelahiran Alena Ia mengharapkan memiliki anak laki-laki tetapi Alloh tak kunjung memberikannya. Mungkin sekarang saatnya Alloh memberikan dia anak laki-laki walaupun hanya seorang menantu. Bagi Ibu Alena itu lebih dari cukup.
Nizam menurut saja digandeng ibunya Alena ke dalam. Sebelum masuk Ia melirik ke wajah Alena sambil mengangkat alisnya lucu. Alena menjulurkan lidahnya sebal melihat ibunya seakan lupa kalau yang jadi anaknya itu dia dan bukan Nizam.