webnovel

Tetap Berjuang

"Waalaikumsalam.. Nizam.. Nizam Ya Tuhan.. Nizam kenapa Kau selalu membuat Aku menangis? Kenapa Kau baru mengangkat teleponku? Mengapa Kau hanya membaca chat ku, Kenapa?? Tolong Aku Nizam. Kamu tahu Aku tidak bisa hidup tanpa Kamu. Aku akan bersedia menerima kamu apa adanya. Walaupun Kamu impoten... "

Nizam yang sedang terbaring lemas dengan jarum infus ditangan. Langsung terlonjak dari tempat tidurnya. Lalu tersedak batuk-batuk karena mendengar suara Alena yang terdengar tak berujung pangkal itu diakhiri dengan kata-kata impoten. Para pelayan dan perawat yang berjaga di sisi Nizam langsung berebut hendak mengambil air. Nizam mengangkat tangannya dan menyuruh mereka mundur dengan melambaikan tangannya.

Nizam mengerang, antara menahan tawa dan kesal dengan tuduhan serampangan dari Alena. Dalam hatinya Ia bersumpah, Awas Kamu Alena kalau seandainya kita jadi menikah, akan Aku buat kamu merangkak di malam pertama kita. Lalu dengan perlahan Ia berkata.

"Ssst... Alena tolong jangan berpikiran yang bukan-bukan, Aku tengah berjuang untuk cinta kita. " Suara Nizam yang terdengar lemah membuat Alena tercekat.

"Nizam.. Mengapa suaramu terdengar lemas? Apa Kamu sakit?? Nizam.. Berikan Aku alamatmu. Aku akan terbang malam ini juga untuk menjengukmu. "

"Jangan Alena.. Tolonglah untuk mengerti. Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Sekarang Aku hanya minta suatu kesediaan darimu." Suara Nizam seperti rintihan orang yang sedang sekarat. Alena langsung menangis tersedu-sedu.

"Nizam.. Nizam.. Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa denganmu?? " Suara Alena bercampur dengan tangisan.

"Alena Aku minta maaf padamu. Tetapi sungguh Aku tidak berdaya. Aku tidak bisa mengusahakan yang terbaik untukmu. Alena.. aku hanya bisa menjadikanmu istriku yang Kedua. Sayangku...Apa kamu mau bersedia untuk menjadi istriku yang kedua?? "

"APA??? " Suara Alena terdengar menggema dari dalam toilet bahkan menarik perhatian pengguna yang lainnya. Tapi Alena tidak perduli. Mendengar permintaan Nizam yang diluar nalar membuat Alena murka luar biasa.

"Dasar kamu laki-laki bajingan. Buaya darat. Kepala Babi. Pengecut...Biadab. Kalau Kamu sudah punya istri mengapa tidak bilang dari dulu. Jangan harap Kamu bisa menduakan cinta suciku. Pergi saja kamu ke Neraka." Sumpah serapah keluar dari mulut Alena.

Nizam hanya mendengarkan luapan amarah Alena dengan hati teriris. Ia sebenarnya sudah bisa memprediksi reaksi Alena. Ia juga tidak berharap banyak. Dengan suara pelan Ia kembali berbicara.

"Alena. Bukan seperti yang kau bayangkan permasalahannya. Berpikirlah dalam satu jam karena Aku sudah hampir tidak tahan lagi. Kalau Kamu bersedia maka Aku akan menikahimu dalam beberapa minggu ke depan. Jika tidak maka mungkin kamu tidak akan pernah melihat wajahku lagi. " Terdengar nada putus dari Handphone Alena.

"Aakh.. " Alena hampir membanting teleponnya ke lantai tapi ia kemudian tersadar bahwa hp itu satu-satunya alat komunikasi dia dengan Nizam maka Ia meraih tasnya dan melemparnya ke pintu toilet.

Bersamaan dengan itu Cyntia masuk ke dalam toilet. Ia melihat Alena berjongkok di bawah sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis. Ada tiga orang wanita yang merubunginya sambil bertanya, mengapa? ada apa? Cyntia memeluk Alena.

"Oh My God Alena. Ada apa? Mengapa Kamu seperti ini. Ayo bangunlah." Kata Cyntia sambil mengajak Alena berdiri. Alena memeluk Cyntia sambil menangis tersedu-sedu.

"Rasanya Aku mau mati saja Cyntia.."

"Jangan berkata yang bukan-bukan Alena, jangan membuatku takut. Mengapa Kamu menjadi sangat histeris begini? " Cyntia mengusap-ngusap punggung Alena. Alena tidak menjawab Ia hanya terus menangis. Akhirnya Alena dibawa keluar oleh Cyntia. Lalu Ia mencari tempat yang lebih tertutup. Setelah Cyntia mendapatkan tempatnya ia lalu kembali ke tempat Sisca dan Andre.

"Aku minta maaf. Tapi agaknya Alena tidak bisa menemui kalian lagi karena Ia mengalami sesuatu yang agak kurang mengenakan." Cynthia berkata pada Sisca dan Andre.

"Oh ya memangnya ada kejadian apa? Tolong kami beritahu. Kami adalah teman senegaranya jadi kami sebenarnya lebih berhak untuk mendampinginya." Kata Andre sambil menatap tajam. Cynthia balas menatap dengan sinis.

"Maaf..tapi bukankah yang jadi teman Cynthia itu adalah Sisca? Dan itu juga 4 tahun yang lampau. Tiga tahun terakhir temannya Alena adalah aku. Maaf sekali lagi. Saya mohon maaf." Cynthia membalikkan badan lantas masuk ke dalam.

Andre terlihat sangat kesal Ia mau mengejar Cynthia tapi tangannya di tarik oleh Sisca.

"Cukup Andre!! Jangan bikin Aku tambah kesal. Ayo kita pergi!!" Sisca berlalu mau tidak mau Andre mengikutinya dari belakang.

"Sungguh pasangan yang menyebalkan. Kenapa Alena harus punya teman kaya gitu??"

Cynthia bersungut-sungut sambil segera pergi menemui Alena.

Ia melihat Alena masih menangis. Cynthia menghampirinya sambil menuangkan segelas air.

" Alena kalau Kamu sudah puas menangis. Ceritakanlah apa yang terjadi." Cynthia menatap Alena penuh rasa ingin tahu.

Alena menghapus air matanya.

"Nizam.." Suara Alena terdengar sangat lirih.

"Ada apa dengan Nizam? " Cynthia bertanya lagi dengan tidak sabar.

"Tadi Aku menghubungi nya.."

"Terus.."

"Dia menerima telepon ku, Dia terdengar sangat lemah. Seperti sedang sakit.." Alena berkata sambil kemudian menangis lagi.

"Ayolah Alena, bicara yang tuntas. Terus bagaimana?" Chynthia semakin tidak sabar.

"Dia kemudian meminta kesediaanku."

"Kesediaan apa?? Cepat bicaranya jangan terus-terusan menangis, Kamu mau membuat Aku mati berdiri??" Cynthia mencak-mencak tidak sabar.

"Untuk menjadi istri keduanya, Hu..hu..hu.." Alena menangis semakin keras.

"Stop itu Alena. Aduh..kenapa matamu kerjanya hanya mengeluarkan air mata. Kenapa Kamu sangat sensitif. Sedikit-sedikit menangis. Sedikit-sedikit menangis. Berhentilah menangis."

"Aku tidak sanggup membayangkan Nizam mencintai orang lain. Aku juga tidak mau dia ada diperlukan wanita lain. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Katanya dia mencintai Aku tetapi mengapa dia mau menikahi wanita lain."

Cynthia yang cerdas tampak berpikir keras. "Aku pikir hanya satu jawabannya. Dia dijodohkan oleh orang tuanya."

Alena tercekat matanya yang sembab menatap ke wajah sahabat nya yang sedang berpikir.

"Ingat kalau di agamamu diperbolehkan beristri lebih dari satu. Hmm..mm.. mungkin orang tuanya sudah menyiapkan jodoh untuk dia. Ya..ya..ya..benar itu. Bukankah dia berasal dari timur tengah yang masih kental dengan budaya perjodohan." Cynthia terus menganggukkan kepalanya. Alena jadi ikut berpikir.

"Mungkin perkiraan Kamu benar, Tadi Nizam berkata ia tidak berdaya dan Ia meminta maaf tidak bisa mengusahakan yang terbaik. Terus kamu tahu tidak Ia bilang kalau Aku setuju Ia akan menikahi ku minggu-minggu ini." Alena berhenti menangis nya

"Terus bagaimana?? Sekarang apa jawaban mu."

Alena berpikir sampai otaknya terasa pecah.

" Cynthia Dia bilang, Dia menunggu jawabanku dalam 1 jam karena ia sudah tidak kuat lagi. Kamu pikir Kenapa Ia tidak kuat? Dan suaranya terdengar sangat lemah..Ya Tuhan Cynthia apa yang harus kulakukan. Apa yang orang tuanya lakukan pada dia??" Alena mulai berurai air mata lagi.

"Aku tidak tahu Alena, kejadian ini sangat membingungkan. Nizam bukanlah remaja yang baru tumbuh. Dia sudah dewasa dan terpelajar. Mengapa Ia sampai dapat ditekan oleh orang tuanya. Kenapa Ia tidak pergi saja dari rumah. Dengan pendidikan yang dia miliki Aku yakin akan mendapatkan pekerjaan yang baik."

"Kamu saja bingung, apalagi Aku. Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat mencintainya. Entah kenapa firasatku mengatakan Ia dalam bahaya. Cynthia..Aku pikir daripada kehilangannya Aku akan mengorbankan perasaanku.."

"Alena!! Tolong pikirkan lagi dengan benar. Cinta mu adalah cinta buta. Apa bedanya dirimu dengan Elsa. Yang satu mengorbankan nyawanya yang satu mengorbankan perasaannya. Ingat Alena hidupmu cuma satu kali. Di luar sana banyak pria menantimu. Jangan hanya memikirkan dengan pikiran penuh emosi. Kamu harus berpikir yang panjang.." Cynthia berkata sambil mengguncang-guncangkan bahu Alena. Alena hanya terdiam.

"Ia hanya memberiku waktu sejam untuk berpikir. Apa yang terjadi. Terjadilah."

"Bagaimana dengan keluargamu?? " Cynthia masih berusaha mencegahnya.

Alena mengangkat bahunya. "Mungkin setelah Nizam berjuang saatnya Aku juga harus berjuang meyakinkan orang tua ku untuk menerima Putrinya di madu oleh suaminya."

Tangan Cynthia terkulai lemas. " Whatever You want honey.." Katanya sambil duduk bersandar pada kursi. Ia menerawang bahwa hidup sahabatnya akan penuh dengan masalah.

"Semoga Tuhan selalu bersamamu." Cynthia membuat tanda salib pada dirinya sambil mendoakan sahabatnya. Alena tersenyum pahit, Ia mengucapkan terima kasih atas doa Cynthia. Doa Sahabatnya memberikan Ia kekuatan untuk berusaha tetap tegar.

Ia meraih handphonenya dan menyentuhkan jarinya ke nama Nizam. Dengan gemetar Ia menunggu Nizam mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Alena..." Suara itu terdengar masih lemah.

"Waalaikumsalam Nizam. Baiklah Nizam Aku bersedia menjadi istri keduamu.." Suara Alena gemetar.

Dengan suara yang tak kalah gemetar Nizam menjawab. "Alhamdulillah..segala puji hanya milik Alloh.. Terimakasih Alena. "

Alena menutup teleponnya Ia lalu memeluk Cynthia kemudian Ia menangis sepuasnya di bahu sahabatnya. Cynthia hanya mengelus kepala sahabatnya dengan penuh kasih sayang.

Chương tiếp theo