webnovel

Dengarkan Aku

Ucapan Daijun barusan begitu manis dan penuh arti untuk Liu Yu. Ia berharap orang yang ada di depannya sekarang adalah Daijun yang memang kekasihnya dulu.

Sepasang tangan Daijun yang hangat memeluk Liu Yu, mengajarkan arti saling menjaga satu sama lain.

"Liu Yu, lihat aku," ucap Daijun memegang kedua pipi Liu Yu.

"Kenapa memangnya?" tanya Liu Yu penasaran.

"Panggil aku sayang, kali ini," pinta Daijun.

"Sayanggggg," ucap Liu Yu manis, membuat Daijun gemas mencubiti pipi Liu Yu.

"Arhh, sakit, sayang," rintih Liu Yu kesakitan pipinya dicubit.

"Hahaha, habis kau manis sekali saat bilang begitu. Coba ulangi sekali lagi," pinta Daijun lagi.

"Tidak mau, kau akan mencubit kedua pipiku jika aku lakukan," pungkas Liu Yu sambil memegang kedua pipinya.

"Aku janji tidak akan mencubitnya lagi. Ayolah, sayang...," pinta Daijun dengan manja dan berjanji tidak akan mencubit pipi Liu Yu.

"Janji?" tanya Liu Yu sambil mengulurkan jari kelingking kanannya.

"Ya, aku berjanji, nona manis," ucap Daijun mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Liu Yu.

"Sayanggg," kali ini Liu Yu melakukannya dengan nada sedikit manja.

Daijun yang terlalu gemas pada Liu Yu, kembali meraih pinggang Liu Yu dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya mengangkat dagu Liu Yu dan menciumnya dengan pelan dan lembut. Liu Yu membalas ciumannya dan mengatakan sesuatu.

"Kenapa kau suka sekali menciumku?" tangan Liu Yu masih mengalung di leher Daijun.

"Karena kau manis dan menggemaskan, menciummu hal menarik yang ingin terus aku lakukan," ucap Daijun setelah mengecup puncak kepala Liu Yu.

"Hehehe, kau pikir aku semanis dan semenggemaskan itu?" tanya Liu Yu mencubit hidung Daijun gemas.

"Ah, ah, hidungku, kau jahat Liu Yu," Daijun sebal dan memeluk Liu Yu lebih erat.

*tiriring tiriring*

Suara telfon di handphone Daijun berdering beberapa kali. Daijun melihat layar handphonenya, kemudian mengangkat telfonnya.

"Liu Yu, tunggu disini sebentar, aku ada telfon penting," Daijun meminta Liu Yu menunggu sebentar dan menjawab telfon dengan agak rahasia.

"Sebenarnya siapa yang menelfonnya, sampai dia harus menjauh seperti itu, huh sebal, bikin cemburu saja," gumam Liu Yu sebal melihat Daijun dari jauh.

---

Daijun yang menjauh dari Liu Yu, gusar saat akan mengangkat telfon. Ia berkali-kali mengecek situasi sebelum mengangkat telfon barang kali Liu Yu mendekat padanya saat ia menerima telfon.

"Ya, halo, ini aku," ucap Daijun saat mengangkat telfon. Wajahnya sedikit cemas kalau Liu Yu dengar apa yang dia rencanakan.

"Kak Daijun, kau dimana?" tanya adiknya, Yoongi, lewat telfon.

"Aku masih di lantai 3, dengan Liu Yu," ucapnya lirih pada Yoongi.

"Surprisenya sudah siap, cepat turun," pinta Yoongi pada Daijun agar dia segera ke bawah.

Daijun melihat ke lantai 1 dari tempatnya berdiri, dan Yoongi melambaikan tangan melihat ke arahnya. Di sana sudah terlihat kedua orang tua Daijun, Yoongi dna Chaerin, Johan serta ibunya Liu Yu. Mereka bersekongkol memberi kejutan untuk Liu Yu. Karena ini hari ulang tahun Liu Yu dan juga Daijun ingin mengumumkan pertunangannya dengan Liu Yu di muka umum.

"Kami menunggu di bawah ya, cepat bawa dia ke bawah, kak," ucap Yoongi sekali lagi mengingatkan Daijun.

"Baiklah, aku akan segera turun dengan dia," ucap Daijun sebelum mematikan telfonnya.

Terdengar suara ramai dan heboh di bawah, membuat Daijun makin cemas dengan keadaan sekitar.

Liu Yu yang penasaran karena di bawah terdengar sangat ramai, dan juga Daijun sudah lama mengangkat telfon, tapi belum kembali juga. Liu Yu membawa tasnya dan mencari Daijun.

Suara langkah kaki mendekat pada Daijun.

"Daijun, sudah telfonnya? Di bawah ramai sekali, kita ke bawah yuk," Liu Yu menepuk pundak Daijun dari belakang, dan mengajaknya turun.

"Ah, eh, ku kira siapa," jawab Daijun linglung, ia terkejut Liu Yu ada di belakangnya.

"Sebelum kita ke bawah, aku ingin menutup matamu dulu," ucap Daijun sambil mengambil penutup mata dari saku celananya.

"Ah, hei, kenapa harus ditutup? Jangan merencanakan yang tidak-tidak, Daijun," ucap Liu Yu sedikit cemas dan ketakutan.

"Disini ramai, aku tak akan melakukan hal yang aneh-aneh, sayang," jawab Daijun, ia membalik tubuh Liu Yu dan mengikat penutup mata di kepala Liu Yu.

"Kau sudah siap?" tanya Daijun.

"Ah, ya, semoga aku siap," jawab Liu Yu yang menggenggam tangan Daijun. Mereka turun naik lift ke lantai 1.

Yoongi dibantu Chaerin, Johan, Hana Lee dan Pak Jeongli memberi komando pada semua orang yang ada di lantai satu untuk berdiam sementara, tanpa suara.

*ting*

Lift terbuka, Liu Yu bingung mereka mau kemana.

"Daijun, kita mau kemana? Kenapa tempatnya sepi sekali?" tanya Liu Yu kebingungan. Suasananya sangat sepi, membuatnya sedikit merinding.

"Kita, ada di tempat yang indah, tenang saja," ucap Daijun, sambil memegang tangan Liu Yu. Ia menggandengnya erat, mengomando Liu Yu harus berjalan kemana.

"Awas, ada batu di depan," ucap Daijun di telinga Liu Yu untuk mengusili Liu Yu.

"Dimana, dimana?" tanya Liu Yu bingung.

"Di depanmu, ayo kita lompat," ucap Daijun sambil mengangkat genggaman tangannya seolah-olah mereka melompati batu sungguhan. Liu Yu benar-benar melompat sesuai perintah Daijun, semua orang yang ada di sana melihat mereka berdua dengan menahan tawa.

"Nah, sekarang kita sudah sampai, tapi jangan buka penutup matanya dulu, tunggu aku memberi aba-aba," ucap Daijun sambil melepaskan tangannya dari genggaman Liu Yu.

Jantung Liu Yu berdesir kencang, membuatnya menjadi lebih cemas ada apa sebenarnya, kenapa ia harus memakai penutup mata, dan dimana dia sebenarnya.

Semua orang sudah berada di posisi masing-masing, ayah ibu Daijun dan ibu Liu Yu membawa kue ulang tahun yang kompak berwarna peach seperti kesukaan Liu Yu mereka bersembunyi dulu dari Liu Yu. Sedangkan para anak muda membawa alat yang jika ditarik mengeluarkan potongan kertas kerlap kerlip. Sedang Daijun berlutut mengeluarkan dan membuka kotak cincin yang ia beli bersama Liu Yu kemarin di mall.

Daijun memberi isyarat kepada semua orang untuk bersiap.

"Ya, Liu Yu, dengarkan aku," pinta Daijun pada Liu Yu yang berdiri di depannya.

"Ya, aku dengar," ucap Liu Yu yakin.

Daijun menghela nafas dan memulai berhitung.

"Buka matamu dalam hitungan ketiga nanti," ucap Daijun, Liu Yu mengangguk tanda mengerti.

"One... two... three," ucap Daijun. Dan Liu Yu membuka penutup mata, ia melihat Daijun berlutut di depannya, dan taburan kerlap kerlip mengelilingi mereka.

"Will you marry me?" tanya Daijun pada Liu Yu yang terharu melihat ke semua orang yang ada di depannya. Ia lebih terharu lagi melihat Daijun melamarnya seperti itu, cincin yang mereka beli kemarin ternyata untuk melamarnya. Air mata bahagia menetes di pipi Liu Yu.

"Yes, i will," ucap Liu Yu mantap membuat Daijun melompat girang dan menyematkan cincin di jari manis tangan kiri Liu Yu.

Semua orang bertepuk tangan melihat apa yang terjadi di hadapan mereka.

Daijun memeluk Liu Yu yang masih menangis karena terlalu senang. Kejutan tak berhenti di situ, ayah dan ibu Daijun, juga ibu Liu Yu datang menbawa kue ulang tahun ke depan Liu Yu yang masih memeluk Daijun.

"Happy birthday to you, happy birthday to you," mereka datang sambil menyanyi untuk Liu Yu. Liu Yu makin menangis gembira ternyata mereka semua tahu ulang tahunnya hari ini.

"Sebelum meniup lilin, buatlah permintaan," ucap Daijun yang berdiri di samping Liu Yu.

Liu Yu menggenggam kedua tangannya, berdoa dan membuat harapan. Kemudian meniup lilin di kedua kue ulang tahunnya.

Semua orang bergantian memberi selamat dan bersalaman dengan Liu Yu.

Chương tiếp theo