webnovel

7. Lari

"Baiklah...tempat yang mau didatangi ?" Tanya Aiden.

"Hee... Kau akhirnya menerima nasibmu sebagai supir ?"

"Jawab saja pertanyaanku Rei"

"Baaiklaaah, kalo begitu bagaimana jika kita ke sini saja, Anna !" Rei menunjukkan lokasi taman hiburan di smartphonenya.

"Rei, duduk yang benar. Dan juga, lap mulutmu sebelum bicara." Aiden memprotes kelakuan Rei.

"Bagaimana Anna ?" tanya Rei yang tidak menghiraukan Aiden

"Hmm, Aku belum pernah pergi ketempat itu. Sepertinya tempat yang mengasyikkan !"

"Kalau begitu sudah ditetapkan, kita ke taman hiburan !"

Rei lalu mengirimkan lokasi taman hiburan itu ke monitor yang terintegrasi dimobil. Aiden hanya menghela nafas atas antusias Rei yang tinggi dan melaju ke tempat tujuan mereka.

Taman hiburan yang mereka tuju merupakan taman hiburan terbesar di kota Altoskwa. Taman dengan luas lebih dari 200 Hektar itu dipenuhi dengan atmosfir yang ceria dari pengunjung yang menaiki berbagai wahana permainan yang disediakan disana. Untuk menuju ke pintu utama, pengunjung dapat berjalan dari tempat parkir melewati jalan bata sepanjang 200 meter yang dihiasi oleh pepohonan dan taman-taman bunga.

Sepanjang berjalan melewati rindangnya pepohonan dan warna-warni bunga yang bermekaran, Anna terlihat sangat menikmati pemandangan baru yang Dia lihat. Rei yang berjalan tepat disamping bak seorang pemandu yang ikut terbawa suasana. Aiden... bisa dikatakan terlihat seperti pengawal yang berjalan dibelakang dua orang gadis dengan ekspresi datar ikoniknya, menggendong sebuah ransel yang dibawanya dari bagasi mobil.

---

Didalam, mata Anna disuguhkan dengan pemandangan yang tidak pernah Ia lihat sebelumnya. Berbagai macam wahana permainan, kios-kios makanan dan ratusan orang yang menikmati waktu mereka di taman hiburan itu. Anna terpaku melihat semua itu.

Anna yang tertegun disadarkan oleh Rei yang menariknya untuk bergegas bermain, diikut oleh Aiden dibelakang mereka sambil mengawasi sekitar. Berbagai wahana permainan pun dinaiki, sesekali mereka berhenti dikios untuk membeli minuman atau makanan ringan.

Tepat tengah hari, mereka beristirahat disebuah kafe untuk makan siang. mereka duduk dimeja dengan payung karnaval berwarna-warni. Sambil menunggu pesanan mereka yang dipesan oleh Aiden, Rei menyempatkan untuk bertanya kesan-kesan yang Anna dapatkan hari ini.

"Jadi... Dari semua permainan yang sudah kita mainkan, mana yang paling Kau suka ?" Tanya Rei.

"Semua benar-benar mengasyikkan ! Aku sampai bingung permainan apa yang paling berkesan" Jawab Anna riang.

"Ayolaah, pasti ada 1 satu atau dua permainan yang paling berkesan untukmu. Kalau Aku, yang paling membuatku terkesan adalah Balok Jeram tadi ! Kau lihatkan bagaimana wajah Aiden saat perahu balok yang kita naiki meluncur dan mengguyur Aiden !" Ujar Rei gembira

"Wahana permainan itu juga sangat mengasyikkan ! Tapi, apa Dia tidak apa-apa ?" Ujar Anna sedikit khawatir

"Tidak apa, lagi pula Dia 'kan sudah ganti pakaian. Heh, tidakku sangka Dia juga membawa pakaian ganti untuk Kita juga. Bagaimana dia bisa tahu ukuran pakaianku ? Oh... Apa jangan-jangan..."

Rei mulai mendekatkan wajahnya untuk membisikan kalimat yang akan dibisikan pada Anna, Sebelum akhirnya sempat disela oleh Aiden.

"Jangan-jangan apa ?" Ujar Aiden sambil membawa nampan berisi makan siang mereka.

"Hei, aku ingin tanya. Kau jangan-jangan orang yang cabul ya ? Bagaimana Kau tau ukuran pakaianku ?"

"Mudah sekali lidahmu berucap, Rei. Pakaian itu sudah disiapkan sebelumnya." Ujar Aiden sambil meletakkan nampan berisi makanan dan duduk sambil membagikan makanan itu. "Bagaimana ukuran pakaian itu bisa sesuai, bukan jadi urusanku dan Aku tidak terlalu mempedulikannya."

Makan siang kali ini mereka menyantap makanan yang sama, pasta Carbonara dengan mayones tambahan khusus pesanan Rei. Ditemani dengan soda untuk Rei, air mineral untuk Aiden, dan jus untuk Anna. Sambil diselingi dengan obrolan canda, mereka terlihat menikmati waktu mereka.

Makan siang mereka ditutup dengan puding sebagai makanan pencuci mulut untuk kedua gadis dan segelas kopi untuk Aiden.

"Selanjutnya ?" Tanya Aiden

" 'Selanjutnya' apa ?"

"Maksudku apa Kalian masih mau lanjut menaiki wahana lain atau bagaimana, Rei ?"

"Oh, tentunya. Masih banyak wahana yang belum kita mainkan, Iya kan Anna ?"

"Er... Kita masih punya waktu kan ?" Tanya Anna sedikit gugup

Aiden mengangkat jam tangannya dengan gestur yang jelas. Memperhatikan waktu yang ditampilkan pada layar jamnya dan melirik kearah Anna.

"Yah, Kita masih ada waktu. Tenang saja." Ujar Aiden memecah keheningan. Jawaban Aiden mencerahkan air muka Anna.

"Kalau begitu tunggu apa lagi ? Ayo kita kembali bermain !" Ujar Rei sambil mengajak Anna

"Kalian bersenang-senang duluan, Aku mau ada urusan sebentar." Ujar Aiden sambilenyerahkan ransel yang tadi Ia bawa ke Rei

"Mau kemana Kau ?"

"Ada urusan yang harus kulakukan, Rei"

"Heeeh....?"

"... Kau membuat Anna menunggu. Jangan keluyuran terlalu jauh." Ujar Aiden sembari bangkit dari kursinya.

"... Haaa, terserah Kau saja lah. Ayo Anna." Ujar Rei sambil merangkul lengan Anna untuk bermain wahana lain.

Aiden memperhatikan mereka berjalan kearah salah satu wahana disana. Sorot matanya melirik tajam ke sekeliling mereka berdua. Ia memperhatikan dengan seksama wajah setiap orang yang berada disekeliling Rei dan Anna.

Beberapa saat kemudian, Aiden mulai berjalan berlawanan dari kedua gadis tersebut. Ia berjalan ke arah sebuah bangku taman dan duduk di bangku taman tersebut. Disebelahnya, duduk pula seorang wanita berpakaian seperti pengunjung lainnya, sedang membaca pamflet taman hiburan. Keduanya saling diam.

"... Berapa banyak personel yang ditempatkan di taman ini ?" Tanya Aiden memecah keheningan.

"Agen Aiden, senang juga bertemi denganmu." Jawab wanita itu sambil melipat pamflet yang Ia baca. "Langsung pada inti permasalahan, hm ?"

"..."

"... Sekitar 60 lebih orang yang kami tempatkan tersebar ditaman ini."

"..."

"... Kau tidak perlu khawatir dengan pengamanan tempat. Kami sudah..."

"2 antrean didepan salah satu personelmu, tepat 4 langkah darinya. Orang yang mengenakan jaket berwarna biru." Sela Aiden kepada wanita disebelahnya yang sedikit tersentak atas ujaran Aiden. "Sekitar 100 meter dari tempat kita, arah jam 2."

Wanita itu kemudian menoleh kearah yang dimaksud oleh Aiden. Tepat dijangkauan pandangannya, Dia melihat seseorang tepat didepan salah satu personel yang Ia tempatkan, memang berperilaku tidak biasa.

Orang tersebut mengenakan jaket hoodie yang sedikit kebesaran dan salah satu tangannya seperti memegang sesuatu di kantong jaketnya. Postur tubuhnya sedikit membungkuk dan sering menoleh kekiri dan kekanan.

"Sepertinya personelmu membutuhkan pelatihan tambahan." Ujar Aiden pada wanita disebelahnya.

"Maklumi mereka. Sebagian besar dari mereka itu anggota baru yang kukerahkan dan baru merasakan operasi di lapangan. Ada berapa orang yang Kau lihat berperilaku seperti orang itu ?"

"Jika dihitung dengan orang itu, sekitar 14 orang. Pergerakan khas yang sering dilakukan 'teman' kultus kita."

"Apa yang mereka inginkan ?"

"Itu seharusnya menjadi tugasmu untuk mencari tahu informasi sebagai kapten tim intelejen."

"Tapi bukankah Kau yang memiliki pengalaman lebih banyak dengan kultus itu ? Terlebih lagi insiden pada misi..."

"Kusarankan Kau mulai memberikan arahan kepada personelmu. Terutama pada personelmu yang belum berpengalaman. Aku akan membawa VIP kita pergi dari sini. Tempat ini sudah disusupi." Sela Aiden dengan nada sedikit tegas sambil bangkit dari bangku dan mulai pergi meninggalkan wanita itu sendiri.

Sebelum Ia melangkah pergi, Aiden berkata "Jika kau sudah tahu tentang insiden itu. Kusarankan pula untuk tetap diam dan tidak membicarakan hal tersebut. Disini bukan tempat yang tepat untuk membicarakannya."

Wanita itu terdiam memandang punggung Aiden yang berjalan pergi meninggalkannya.

"Hmpf, rumor tentang sifatnya kelihatannya memang benar." Ujarnya sendiri.

Aiden berjalan menghampiri Rei dan Anna yang baru saja turun dari wahana permainan dan sedang berjalan meninggalkan wahana itu.

"Rei, Anna... Sudah waktunya." Ujar Aiden

"Heeh, Kau bilang Kita masih punya waktu." Keluh Rei.

"Rei..." Ujar Anna mencoba menenangkan Rei.

Aiden terdiam sejenak mendengarkan keluh Rei, kemudian menyela dengan berkata, "Rei... Kode 'Magenta'."

Mendengan ucapan Aiden, Rei segera menghentikan keluhannya dan terdiam sejenak. Anna yang tidak mengetahui maksud ucapan Aiden terlihat bingung dan menoleh kearah Aiden dan Rei beberapa kali.

"... Yasidah kalau begitu. Kita ketempat lain saja." Ujar Rei.

Rei kembali merangkul lengan Anna dan mulai berjalan. Aiden berada disisi yang berlawanan dengan Rei, sehingga Anna tepat berada diantara Aiden dan Rei.

"Er... Rei ? Aiden ?" Ujar Anna bingung.

"Saat isyarat diberikan, mulai berlari kembali ke mobil. Mengerti ?" Ujar Aiden.

"Eeh ? Maksudmu... ?"

DAAR

Terdengar keras suara tembakkan dari belakang mereka. Seseorang telah ditembak. Orang-orang mulai berteriak dan berhamburan. Ditengah kekacauan terdengar seruan seseorang.

"Lari ! Keluar dari sini !!"

Sumber suara itu berasal dari Aiden. Para pengunjung yang tadinya berlari tak tahu arah, berkerumun kearah pintu keluar. Aiden, Anna, dan Rei ikut membaur diantara kerumunan itu. Mereka keluar dan bergegas menuju mobil mereka.

Setelah sampai dalam mobil, Aiden segera menyalakan mobil dan melaju dengan cepat sebelum pintu keluar parkir dipenuhi oleh kerumunan mobil pengunjung lain. Detak jantung Anna masih berdebar kencang ketika Aiden menerobos palang pintu parkir. Hanya Aiden dan Rei yang tidak terlihat kelelahan.

Muncul notifikasi telepon dari layar monitor mobil yang otomatis terangkat. Terdengar suara seorang wanita dibalik telepon tersebut.

"Kau berhutang padaku kali ini, Agen."

"Kupikir itu sudah masuk dalam kontrak kerjamu." Respon Aiden sambil mengendarai dengan cepat

"Kontrak kerjaku tidak menunjukkan kalau Aku harus mengorbankan personelku sebagai 'kambing hitam', Agen."

"Katakan padanya kalau itu sudah menjadi resiko pekerjaan... Akan kuminta kompensasi dari Foundation nanti."

"Akan Kusampaikan padanya nanti." Balas wanita itu dan menutup telepon.

"Apa itu tadi Kristina ? Kapten intelejen ?" Tanya Rei

"Ya. Dan sebaiknya Kau bersiap. Kita kedatangan tamu tak diundang." Jawab Aiden.

Rei menoleh kebelakang dan melihat 2 mobil sub-urban hitam mengejar mobil mereka.