---
Tidak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas dari sore menjelang ke malam.
Aku dan Agnez memutuskan untuk naik ke asrama dan bersih-bersih diri.
Aku berpisah dengan Agnez di tangga lantai dua.
"Bay duluan ya!"
"Okay sip, Nez nanti malam ketemu pas makan malam!"
"Okay!"
Aku berjalan menuju ke kamar, dan di lorong aku bertemu dengan Fahmil.
"Eh Mil udah naik juga?" tanyaku padanya.
"Iya, eh ayo ikut aku bentar tak kenalin sama temen baru dari Kediri juga!" ujar Fahmil sembari mengajakku menuju ke kamarnya.
Aku dan Fahmil berjalan di lorong menuju kamar 8.
Sesampai dikamar 8, Fahmil mengenalkan teman barunya,
"Bay, ini Aby dari kediri juga!" ujar Fahmil sambil menunjuk anak yang sedang duduk di ranjang itu.
"Hi, Bay namaku Aby" ujarnya lemas.
"Hi juga Aby, namaku Bayu" jawabku sambil tersenyum.
Aku putusan untuk agak lebih lama di kamar 8. Baru kali ini aku bisa merasakan hatiku tenang, lega, penuh dengan keceriaan, suka cita, damai, seperti kehidupan itu benar-benar hidup di sekitarku.
Ternyata tidak sama dengan apa yang aku pikirkan sebelumnya. Aku kira aku tidak akan mendapatkan teman baru, aku kira aku akan di buli lagi oleh mulut-mulut yang menganggap dirinya adalah manusia.
Baru saja kami bertiga bercanda tawa di dalam kamar untuk kenal satu sama lain tiba-tiba bell berdering tanda akan ada sesuatu, entah apa tetapi bell itu berdering terus,
Bell itu berbunyi sangat nyaring dan panjang.
"KRINGGGGGGGGGGGGGGGGG"
"Bagi semuanya saja murid-murid dari Sekolah Selamat Pagi Indonesia termasuk calon kelas satu baru dsn team YES segera berkumpul di Hall Kasih sekarang juga"
Pengumuman itu diulang dua kali berturut-turut. Semua anak dari sekolah Selamat Pagi Indonesia pun turun semua dan berkumpul di hall kasih.
"Bay, ayo kumpul di hall kasih, cepat ya , soalnya kita mau kumpul dengan koko Julianto Eka Putra"
Julianto Eka Putra?
S
iapa dia? Kok kayaknya horor banget, sampe di buat pengumuman seperti itu.
Aku langsung bergegas menuju ke kamar merapikan bajuku dan turun bersama kak Mawan.
Disaat keluar dari asrama aku lihat banyak sekali anak yang berlarian kearah bangunan sebelah kanan dari lapangan basket.
Pada saat bersamaan pula aku berbincang dengan Kak Mawan dan aku bertanya beberapa pertanyaan padanya.
"Kak itu bangunan apa sih?" tanyaku sambil menunjuk ke arah bangunan yang berada di depan lapangan itu.
"Yang berada didepan lapangan namanya adalah "Hall Cinta" dan Kalau yang berada disebelah kanan Hall Cinta Adalah "Hall Kasih" tempat tujuan kita semua siswa-siswi dipanggil untuk berkumpul dengan Koko Julianto Eka Putra!" jelas Kak Mawan.
Aku putuskan untuk tidak bertanya lagi, karena setelah inipun aku sendiri akan tahu siapa itu Koko Julianto Eka Putra.
Aku dan kak Mawan sudah memasuki ruangan yang bernama Hall Kasih . Ruangan ini terbuat dari bambu, da dindingnya adalah jerami dan berlantaikan kerikil rata. Pemandangan kursi berbaris dengan rapi di depanku, aku melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk di paling belakang.
"Kak duluan!" ujarku pada kak Mawan sebelum akhirnya aku duduk di barisan calon murid baru.
Aku duduk di samping Fahmil dan satu anak yang aku perhatikan agak resek tingkahnya dia berada di belakangku sekarang.
Sesi pun dimulai, aku paling benci dengan keramaian banyak orang berbincang satu sama lain, lempar satu sama lain, hingga satu seorang datang memecahkan keramaian.
"PAGI!!!!" Ujarnya begitu bersemangat.
"PAGI, PAGI, PAGI YESSS!!!" Jawab seluruh murid SPI (Selamat Pagi Indonesia)
Aku hanya bisa diam dan melihat sekeliling sembari mengikuti alur yang ada.
Orang yang nyapa barusan yah bisa dibilang berisi yahh gendut lah tapi bentet. Dia memakai udeng jawa dikepalanya dan mengenakan baju berwarna hitam.
Dia meminta anak operator untuk memutarkan satu buah lagu dengan judul Melompat Lebih Tinggi ketika lagu itu diputar banyak sekali anak yang loncat sana loncat sini, dan berteriak menyanyikan lagu tersebut.
Aku hanya diam dan menggerakkan badanku sedikit demi sedikit, karena aku merasa masih punya rasa malu dengan harga diriku.
Setelah lagu selesai Dia meminta lagi perwakilan anak Show untuk maju ke depan. Dan lagi-lagi Menari bersama dengan lagu Numa-numa, sangat tidak jelas aku rasakan berada disini. Sebagai aku ya hanya mengalir saja mencoba mengikuti alurnya.
Setelah lagu tersebut selesai kita semua di minta untuk duduk.
Dan dimulailah percakapan yang seharusnya sudah bisa dimulai sejak dari awal tadi.
"Kalau ada yang belum tahu, nama saya Julianto Eka Putra. Karena saya usianya 23 tahun dan selalu 23 tahun jadi kalian semuanya bisa panggil saya dengan sebutan Koko! Hahahaha!" jelasnya sambil bercanda ada kami. Ya gak mungkin banget beliau umurnya 23 tahun, pasti cuma sebagai candaan doang. Gumamku dalam hati.
Koko Jul memperkenalkan diri beliau dan menceritakan story dari sekolah ini. Mengapa sekolah ini dibangun sampai visi misi beliau.
Dan ditengah-tengah perbincangan datanglah sekeranjang es krim yang menggoda mataku untuk melihatnya bagaikan magnet yang langsung menempel pada sasarannya. Sesuai dengan apa yang kupikirkan, ternyata es krim itu dibagikan untuk kami semua yang baru masuk alias calon kelast satu baru disini, dan secara Free.
Sembari ku nikmati Es ku, ko Jul memberikan kata-kata motivasi untuk kami semua. Dan yang paling membuatku kaget adalah ketika beliau bilang
"Koko kalau baik bisa mengalahkan malaikat, Dan begitupun juga sebaliknya kalau koko marah penjaga neraka pun lari" ujarnya dengan penegasan yang pas menurutku.
Hingga membuat bulu kudukku merinding mendengarnya.
Dan setelah beliau menyelesaikan kalimatnya di akhir kalimat tiba-tiba beliau tertawa dengan sangat lebar.
Aku hanya melihatnya dengan pandangan aneh.
Disaat duduk aku dengan sengaja menaruh kakiku di atas kursi bambu yang berada di depanku.
"Hei..!!!! Turunkan kakimu ya!!! Koko tidak suka dengan orang yang tidak sopan" ujarnya Tegas.
Baru beberapa detik saja aku memposisikan diriku nyaman, namun langsung kena semprot dari beliau.
Braaaakkk.
Rasanya jantungku baru saja mendapat sengatan maut yang tak bisa ku duga, begitu dahsyatnya hingga menyayat hatiku.
Sejenak aku tertunduk dan merapatkan kakiku.
Ternyata beliau juga mengetahui aku duduk seperti itu, padahal aku duduk di bagian paling belakang. Namun mengapa pengawasan beliau begitu tajam hingga bisa tahu bahwa aku duduk demikian.
Aneh.
Sesi pun selesai, aku melihat Handphoneku dan wawwww tepat pukul 1 pagi.
Tidak terasa kami kumpul hampir 6 jam, kalau sekarang aku berada dirumah pasti aku sudah tidur dari tadi.
Huft.
Terbesit memori akan kenangan yang berada dirumahku, aku berjalan menuju kamarku dan naik ke tempat tidurku.
Merebahkan badanku terlentang memejamkan mata, terbesit semua kenangan yang berada dirumahku,
Padahal ini baru sehari aku berada disini tapi rasanya setahun penuh sudah kujalani hari ini.
Air mataku jatuh tak tertahan karena tiba-tiba aku sudah rindu dengan mereka, ya Bapak dan Ibukku.
Sedang apa sekarang mereka dan makan dengan apa mereka?.
Aku mencoba untuk memejamkan mata dan terlelap. Namun aku tidak bisa, sulit sekali untuk tidur, aku hanya membolak-balik badanku seperti cacing kepanasan diatas ranjang.
Aku resah dan gelisah karena rindu dengan semuanya, tetapi aku baru sehari disini,
Tidak ada yang menemaniku disini.
Aku ingin pulang, aku ingin pulang.
Ku putuskan untuk langsung turun kebawah dan mencari tempat yang tepat untuk menjadi keluhanku malam ini.
Asrama sudah sepi karena ini sudah pukul 2.12 am.
Setelah aku berhasil keluar dari asrama aku berlari menuju ke area belakang yaitu Danau. Aku duduk tersisak-isak oleh tangisanku, aku membutuhkan seseorang untuk menemaniku pada saat seperti ini, tetapi siapa??
Aku sendirian, dan gak mungkin juga aku minta anak dengan mengusik mimpi manisnya sekarang. Hanya untuk ku ajak kemari dan mendengarkan keluh kesahku.
Namun pada saat aku menangis dan menutupi wajahku, tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang mengelus-elus kepalaku dan mengucapkan sepatah kata lirih padaku.
"Hii, sudah jangan menangis, ini lo kakak ada sama kamu sekarang, dan sekarang kamu juga sudah punya temen, aku bersedia kok menemanimu. Tenang aja aku bersamamu." ujarnya dengan lembut. Suara laki-laki itu seperti familiar bagiku namun siapa?
Aku kaget dengan ucapannya, ku beranikan diri untuk mengangkat wajahku untuk menatapnya
.
.
.