webnovel

Menghancurkan gedung, tidak masalah.

Sebuah ledakan cukup menghancurkan lantai dasar, semua orang kaget dan secepatnya menuju tempat kejadian. Sayangnya ledakan itu tak menghancurkan gedung tetapi hanya beberapa fasilitas didalamnya. Setidaknya ledakkan itu cukup keren bagiku. Felix mengikutiku dari belakang lalu disusul oleh teman-temannya. Kami kembali ke rumah. Sambil melepas helm lalu berjalan masuk Felix berucap " Apa itu rencanamu? Itu bisa membunuh orang". Masuk ke rumah lalu meletakkan tas diatas meja, mengeluarkan jam tangan canggih lalu mengenakannya, " Kau pikir itu berbahaya? Itu hanya bagian kecil saja Felix. Tak ada korban, jika tak percaya lihat saja nanti. Beberapa menit lagi Lisa juga akan datang. Jadi diamlah!".

Teman-teman Felix duduk di sofa, salah satu dari mereka berucap " Apa motormu itu milikmu, An?",

"Ya tentu saja milikku, mau mencobanya? Akan kusarankan jangan tekan tombol apapun kecuali seperti yang kau tahu di motormu,"ucapku sambil memberikan kunci motor.

"Wow, kau baik kali. Apa tidak khawatir motormu rusak? Soalnya dia suka merusak motor siapa saja?",

"Hey enak saja, aku tidak begitu!" marah Sebastian

"Benarkah?",

"Ya tentu saja"

"Tidak masalah, siapa namanya?"tanyaku

" Sebastian, dan aku Kay",

"Ya aku bisa saja meminjamkan dia lebih lama Key tetapi aku takut dia mengalami kecelakaan jadi aku tak mau tanggung jawab. Aku tak khawatir jika motorku yang rusak",

Felix melepaskan jam tangan yang kuberikan padanya lalu meletakannya di atas mereka seraya berucap " Terima kasih, aku tidak tahu untuk apa alat ini",

"Kau tak mau menerima pemberianku itu? Alat canggih yang dibuat khusus untukku dan beberapa orang lainnya. Itu sama seperti handphone",

"Kau serius memberikannya padaku? Apa imbalannya?",

"Tidak ada, aku serius. Lagi pula aku masih punya satu di tanganku",

Beberapa saat kemudian Lisa datang dengan membawa belanjaan yang cukup banyak, lalu dia meletakkannya di atas meja. Kedatang Lisa membuatku segera menyembunyikan apa yang kubawa dan memasukkannya ke dalam tas.

"Aku membelikan kamu beberapa pakaian An, aku diminta Chan",

"Benarkah? Kudengar dia ke Beijing",

"Apa maksudmu? Dia baru saja ada di kantor",

Aku hanya diam saja membawa tas lalu masuk ke kamar. Kukunci pintu kamar dan melihat apa saja yang kubawa dari ruang rahasia system Orchid itu. Kukeluarkan dari tas, laptop kecil, handphone, handset, 10 medali mainan yang disebut medali peledak dan kotak kecil yang penuh rahasia. Ku Pakai headset dan mulai berkomunikasi dengan Orchid.

"Orchid…."

"Ya, An. Kami telah menerima perintahmu, turut berduka atas kematian kedua orang tuamu",

"Kau datang ke pemakaman?"

"Ya",

"Merekam yang datang?",

"Ya",

"Berikan aku beberapa foto",

"Akan segera ku kirim", Mengirim foto

" Kau menerimanya?",

"Ya",

"Menurutmu?",

"Carikan aku siapa saja yang menjadi masalah kerja ayah dan ibuku! Pastikan kalian mengetahui siapa target kalian",

"Orchid satu siap!",

"Orchid 2 siap",

"Tim Orchid 1 siap",

"Tim Orchid 2 siap",

" Tapi sebelumnya aku ingin tahu tentang paman Chan, Lisa berbohong atau paman Chan tak pernah pergi sebelumnya",

"Baik, An. Aku telah menyelesaikan target, apa kau mau motormu dikirim ke sana?",

"Tidak, pastikan dia siap saat perlawanan. Nanti lagi, aku akan menghubungi kalian dan

terus berlatih. Cari informasi Orchid!",

Komunikasi kuputus dan cepat kembali ke ruang tamu menemui Lisa. Melihat Lisa memainkan handphone, "Lisa, jika boleh jujur siapa yang memintamu menjagaku?,"tanyaku.

"Baiklah, yang memintaku adalah kedua orang tuamu",

"Bagaimana dengan Hyun?",

"Iya yang menyarankan ini",

"Hem begitu ya! Lisa tahukah kau apa yang terjadi pada mereka? Aku takut aku tak bisa percaya padamu sekarang",

"Maksudmu apa?",

"Berbohong di depanku semakin membuatku mengurangi rasa kepercayaan padamu. Aku tahu Paman Chan sedang ke Beijing sekarang, Hyun jadi buronan lalu kedua orang tuaku….apa kau masih mau menyembunyikan semua ini dariku?",

Lisa meletakkan handphonenya di meja lalu menundukan kepala, kemudian melihat diriku dengan tatapan dingin. Entah kenapa ia meneteskan air mata.

"Menangis tak akan menyelesaikan masalah, Lisa. Katakan saja, aku tak akan pergi darimu kok. Lagi pula apapun yang mereka putuskan pasti yang terbaik untukku. Bukankah jika aku pergi kau akan dipecat, jadi jangan buat aku pergi",

"Baiklah, aku tahu yang kamu ketahui sekarang. Tapi jika kau kembali maka nyawamu dalam bahaya. Kudengar orang yang membunuh kedua orang tuamu adalah kakakmu sendiri. Tapi aku tak percaya hal itu, Chan memang pergi ke Beijing tapi mungkin hari ini dia kembali. Aku diminta Chan untuk menjagamu dari siapapun. Chan bilang ada orang yang ingin membunuh seluruh keluargamu. Setelah kedua orang tuamu selanjutnya adalah Hyun dan dirimu,"jelas Lisa.

"Ya, aku mengerti sekarang! Aku tak akan pergi sebelum keadaan aman tapi kamu harus berjanji padaku akan memberikan informasi tentang keluargaku bagaimanapun keadaanya. Jangan membuatku kesal padamu, Lisa",

"Ya aku janji",

***

Malam hari di rumah Fena, ia sibuk dengan komputernya. Terlihat tersusun rapi beberapa komputer, dan kamar yang tak begitu rapi. Membuka file beberapa saat lalu menemukan sebuah rekaman video percakapan.

"Ini bukannya Alex Chan, dia kan Direktur di perusahaan Alex. Eh, ini bukannya Hyun ya? Wah tampan banget! Ini pasti Yoong. Dia juga gak kalah tampan dengan Hyun. Tapi apa yang mereka bicarakan ya? Oh ya lupa, keraskan suaranya!,"ucap Fena.

Begitu suara dikelaskan, terdengar lah percakapan itu.

" Paman Chan, nanti kamu kan ke Beijing. Lalu siapa yang akan menjaga An?",

"Aku akan mencari orang nantinya, kau bantu aku!",

"Ya tentu saja, An harus dikirim ke tempat yang aman. Aku tidak mau kehilangan dia. Pokoknya kita harus selesaikan masalah ini',

"itu mudah, tapi kita ngak tahu siapa pelakunya. Kedua orang tuamu bisa dalam bahaya jika kita salah langkah. Sebaiknya sekarang kamu pulang Hyun, jaga kak Alex",

"Ya tentu saja",

Rekaman video mulai terputus, lalu Fena tak menemukan apa-apa lagi di handphone An. Fena pun mulai beranjak pergi menuju ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Ibu ayah, aku mau keluar menemui temanku. Boleh kan?',

"Teman yang mana?,"tanya Ibu.

"Teman baru, dia anak biasa. Namanya Anita, dipanggil An. Rumahnya di rumah Lisa. Ayah dan ibu tahukan dimana?",

"Ya tahu, tapi jangan pulang malam ya?",

"Oke Yah!",

"Tugas sekolahmu sudah dikerjakan?",

"Sudah Bu, semua sudah tertata rapi",

"Ya baiklah, ibu izinkan kalau begitu",

"Terima kasih Bu, Yah!", lalu Fena melanjutkan makan malam bersama keluarganya.

***

Rumah Lisa,

Teman-teman Felix seperti biasa mereka datang ke rumah dan nongkrong. Aku yang melihat ini terbiasa juga, ya anggap saja ini tempat favorit mereka. Kali ini mereka duduk rapi di halaman rumah yang berumput. Ada yang bermain gitar, bercanda ria bahkan menjahili satu sama lain. Kedatangan seorang cewek dengan mengendarai motor dan berhenti didepan mereka. Semua mata mulai memandang dirinya. Melepaskan helm lalu meletakkannya di kaca spion. Lalu berucap " Felix, di rumah ada An?",

Teman-teman Felix pun mengejek Felix ketika ada seorang gadis bertanya padanya.

"Wah, ada yang suka ya!",

"Jangan sia-siain Fel, sikat!",

"Pake sapu?",

"Ya pake cinta lah",

"Kagak payu loh!".

"Apa lo bilang!", pertengkaran kecil terjadi sementara Felix menanggapinya dengan hal biasa, wajah datar.

"Ada kok, masuk aja ke kamarnya",

"Terima kasih", Fena pun berlalu dan masuk ke rumah. Felix yang mendapat ejekan tadi mulai menunjukan rasa kesalnya pada teman-teman lalu ia menghajar kecil sebagai candaan pada teman-temannya.

Sambil menghindari serangan Felix, Key berucap "Ampun! Maafkan aku, Fel? Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Tapi aku tak masalah terus dipukul hanya untuk mengejekmu dengannya", Key pun berlari dari Felix dan Felix mengejarnya. Sementara teman-temannya hanya tertawa kecil. Tak beberapa lama kemudian mereka kembali akrab lagi seperti tak ada masalah. Begitulah persahabatan Felix dan teman-temannya.

*An

Aku hanya menatap jam tangan, monitor kecil, dan gelapnya malam di kamar ini. Aku berharap masalah ini cepat selesai tanpa harus ada pengorbanan lagi. Aku hanya bisa pasrah sekarang dan menerima kenyataan bahwa sekarang posisiku taka man. Tapi karena masalah apa sekarang? Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dariku.

Chương tiếp theo