webnovel

Banyu

Wicaksana hari ini dibuat sibuk dengan banyaknya pesanan yang membanjiri toko kuenya. Mulai dari perorangan hingga perusahaan-perusahaan yang sedang mengadakan acara. Meskipun ia seorang bos namun tidak membuatnya diam saja memerhatikan karyawannya yang bekerja. Seringkali ia membantu entah membuat adonan atau menyiapkan kardus-kardus untuk wadah kue. Sikapnya yang rendah hati membuat semua karyawan hormat dan betah berkerja dengan Wicaksana.

"Bos kayaknya kita kurang karyawan deh" tanya salah satu karyawan Wicaksana, Bandung namanya. Lelaki muda yang berperawakan tinggi kurus, usianya lebih muda satu tahun dari Alinea, ia bekerja di tempat Wicaksana kurang lebih 5 tahun. Meskipun hanya lulusan SMP Bandung sangat pintar dan mahir membuat berbagai macam jenis kue. Sikapnya yang baik dan lucu membuat Wicaksana menganggapnya sebagai keponakan sendiri.

"Kenapa? kamu udah capek? kewalahan?" Jawab Wicaksana sambil menyeringai.

"Iya bos, nggak biasanya aku yang kuat ini kelelahan" Jawab Bandung percaya diri.

"Belum cukup 10 pekerja yang membantumu di sini?"

"Masalah anu bos, nggak ada yang.."

"Yang segila kamu dalam membuat kue?" Potong Wicaksana.

"Hehe.. ada sebenarnya tapi masak bos saya sendiri mau saya sebut begitu"

"Bocah kurang ajar!! yowes besok pasang pamflet mencari karyawan" jawab Wicaksono sambil menoyor kepala Bandung, Bandungpun hanya menyeringis kesakitan mendapat perilaku dari bosnya.

**********

Pagi-pagi betul Bandung memasang pamflet tepat di pintu masuk toko kue milik Wicaksono. Besar harapan Bandung untuk mendapatkan rekan kerja yang sehati dengannya. Karena selama ini ia merasa sendirian karyawan yang bekerja di toko kue Wicaksana kebanyakan hanya asal dalam membuat kue sehingga jika hilang dari pengawasan Bandung cita rasa kuenya pasti berbeda dan tidak jarang juga banyak pelanggan yang protes dengan itu.

"Permisi.." terdengar suara lelaki dari balik pintu. Bandung yang mendengarnya langsung terperanjat dan menuju suara tersebut.

"Yaaa.." jawab Bandung dengan muka yang sumringah.

"Boleh minta sumbangan pak? untuk membangun pos ronda" ucap lelaki dengan wajah pucat pasi.

"Haa? apa ga salah?" tanya Bandung terheran-heran.

"Seikhlasnya aja pak" pinta lelaki itu memelas.

"Yowis iki iki 10.000 wae!"

"Makasih pak"

"Yo" balas Bandung jutek. Bukan orang yang melamar malah orang minta sumbangan batinnya jengkel. Ia kembali menuju meja dimana ia merapikan kue-kue yang telah ia buat.

"Permisi.." lagi-lagi terdengar suata seorang laki-laki dari balik pintu, namun kali ini suaranya berbeda dari yang tadi sedikit cempreng. Dengan berat hati Bandung menuju pintu itu kembali.

"Ya ya apa.. minta sumbangan lagi?" ucap Bandung memutar bola matanya.

"Mau numpang ngamen pak..

🎵 bila menamam padi haruslah dibajak orang..

orang yang berbudi pintar berbahasa semarak.."

"Sudah-sudahhh cukup, ini buat kamu, keturunan Upin-Ipin ya?" ucapnya Bandung kesal.

"Iyelah.. makasih uncle"

"Uncle unclee..wedus tenan" Bandung kembali lagi dengan hati yang amat marah belum juga sampat di tempat dimana ia menata kuenya, terdengar suara seorang lelaki lagi yang berasal dari balik pintu. Kali ini suara berat namun lembut. Dengan emosi yang menyala Bandung membuka pintu tokonya.

"Apa lagi mau minta sumbangan? Ngamen lagu menanam padi? wis wis nggak usah!!"

"Bukannya anda butuh karyawan yang bisa membuat kue?" tanya lelaki itu. Bandung yang mendengarnya terperanjat.

"Serius, kamu bisa bikin kue?"

"Ya saya bisa, saya bisa bikin berbagai macam kue dari benua manapun"

"Kalau begitu tips membuat roti yang lembut dan empuk menurutmu apa?"

"Ya memilih kualitas dari terigu yang akan digunakan lah.. gitu aja masa nggak tau sih" jawab lelaki itu menyombongkan diri.

"Sombongg amat! ya kamu diterima, ngomong-ngomong siapa namamu anak muda?" tanya Bandung dengan sikapnya yang tengil dan sok.

"Anak muda, aku pikir umur kita tidak jauh beda atau malah lebih tua aku, tapi wajahnya tuaan kamu" ucap lelaki itu dingin.

"Kamu mau aku pecat sebelum bekerja?"

"Emang Alinea Cake ini milikmu? bukankan?"

"Eiishhhh....tapi aku yang bertanggung jawab hari ini" jawab Bandung ketus.

"Namaku Banyu, umur 21"

"Weet... iya ya.. mudaann aku" ucap Bandung sambil menggaruk-garuk kepalanya.