webnovel

TKC 46

Selalu ada jarak setiap kali Raja Millerius terpisah darinya. Apo tidak suka dan ingin memperbaiki lewat sesuatu. Sisi 42 tahun Apo mengatakan hal tersebut wajar. Karena menjadi raja berarti sang dominan memiliki wajah berbeda. Dia benci melihat ekspresi Raja Millerius berubah datar jika berhadapan dengan khalayak umum. Rasa-rasanya ada yang tak benar mengenai hal itu.

Apo ingin mengeluarkan sisi Raja Millerius yang asli.

Apo ingin memperlihatkan senyum tulusnya kepada rakyat.

Apo ingin Raja Millerius nyaman dengan tugasnya sebagai pemimpin, bukan memendam cita-cita sebagai ilmuan gadungan di bawah tanah.

"Ah! Lihat itu. Baju Yang Mulia kaku sekali. Kalau aku jadi istrinya, pasti kubuatkan pin berbentuk kelinci biru. Biar dipakai di jubah kalau ada pertemuan penting," batin Apo sambil membayangkan banyak desain lucu lucu. Dia refleks menguyel-uyel pipi karena panik. Jangan sampai orang lain melihatnya merona alay sendiri. "Babi! Mikir apa sih barusan. Ditembak saja tidak, mikir jadi istri-istri. Gavin benar aku ini terlalu mimpi." Lelaki carrier itu sudah ganti baju ke seragam khusus golf. Celana putih, baju biru, dan topi berbordir lambang kerajaan dikenakan. Pinggang ramping dan kaki anime-nya semakin jelas karena dibalut model baju yang pas badan.

Apo bergabung dengan player lain di gelanggang berisi 8 baris. Letaknya di belakang Kastil Trevor, tapi anehnya Nicholas tak hadir meskipun sudah dimulai. Urutan carrier itu berpindah jadi yang paling belakang. Siapa tahu hanya terlambat dan nantinya menyusul.

"Kenapa sih?! Kok begitu ...." batin Apo sambil mempersiapkan pose siap. "Jangan-jangan lanjut pacaran dengan si prajurit? Kalau iya, berarti dia memang sudah seputus asa itu dong."

Apo tidak nyaman dengan pikirannya sendiri

"Hmm ... Mungkin mau menghabiskan momen terakhir kali ya daripada kalah di sini? Dipikir-pikir dia memang belum pernah menang."

[Tring! Tring! Tring! Bersiaaapp!]

".... atau pernah tapi aku sudah lupa? Jancik."

[Anda nomor dua. Jangan sampai lengah, Tuan Nattarylie! Total 7 bola harus Anda masukkan sebanyak mungkin. Semangat! Semangat! Semangat! Hitung mundur 60 detik!]

[Keluarga Livingstone akan jadi nomor satu!]

[Go go go!]

Raymond pun maju sebagai urutan pertama.

Apo tidak menyimak karena sibuk mencari Raja Millerius.

Sang dominan belum datang hingga sekarang. Sedang apa dia habis makan siang?

Apo takut terjadi obrolan meja bundar internal. Minimal pasti ada orantua dan Raja Millerius sendiri.

Tak!

Suara Gavin melesatkan bola pertama terdengar.

Apo berimajinasi tentang apa yang kira-kira mereka obrolkan.

Apa ingin menyingkirkan dia lagi?

Bagaimana kalau calon selir sudah diganti Magnolia?

Jangan-jangan Gavin ratu, Magnolia kepala selir, dan dirinya benar-benar dijatuhkan dari peluang.

Anjing! Memang bisa ya begitu?

Bisa banget lah, Apo! Mereka itu kan pentolan! Kau harusnya tahu diri kalau menginginkan 5 juta dolar!

"TUAN NATTARYLIE J LIVINGSTONE! MAJU!" teriak petugas yang memantau urutan player.

"Siap!" sahut Apo, seraya menggantikan Raymond.

Pelaksanaan sesi kali ini privat, karena preferensi Raja Millerius. Katanya beliau suka golf tenang, daripada ditonton secara massal. Tidak ada orang di tempat itu selain pihak yang berkepentingan. Phillip dan Phelipe saja tak diundang, begitu pun orangtua player lain.

"Hitung mundur! Tiga ... dua ... satu!"

Tak!

Apo memukul bola pertama. Fakta dia sempat kepikiran seberapa seksi player gadis kala menggunakan skirt mini tidak cukup mendistraksi sosoknya di mode gamer. Payudara dan bokong serasa hilang. Apo ketar-ketir karena Raja Millerius tidak datang hingga dirinya selesai main.

"Total 4 banding 7! FINISH! Good!" puji si petugas atas skor akhir Apo yang melebihi Raymond. Sudah dipastikan Raymond kalah, tapi entah player selanjutnya. Butuh keajaiban kalau rival lain punya poin lebih buruk.

"SILAHKAN NONA AKASIA SILVERLAKE! MAJU!"

"Baik!"

Sia tampak percaya diri ketika melangkah. Postur tubuhnya bagus, sampai Apo membayangkan dia versi asli adalah model runaway. Perasaan dulu tak sampai begitu. Apa Sia baru mengalami ikatan khusus sehingga nyaman dalam tubuh versi game?

"Bersiap!" kata petugas lapangan. "Kuhitung dulu, mulai dari tiga ... dua ... satu, SEKARANG!"

TAK!

Ayunan Sia begitu kuat. Apo menebak golf merupakan salah satu skill milik gadis itu. Mungkin Sia juga ingin membalaskan dendam ke Magnolia.

Apo sibuk komat-kamit "Jangan masuk  jangan masuk", tapi yang pertama justru sangat mulus.

"Yes!" seru Sia kesenangan.

Jeleknya main urutan awal memang begitu. Apo tidak bisa mengukur sebaiknya berapa poin yang harus dibuat untuk menyaingi player lain. Si manis pun lunglai saat Sia dapat nilai 4. Masuk satu lagi, Apo jelas ikutan tamat riwayat.

"Oh, please. Hari ini aku ingin bicara dengan Yang Mulia. Jangan menang dulu. Tolong. Jangan, Sia ..." batin Apo mulai jujur. Dia berhenti mengkhawatirkan orang lain kala dirinya terjatuh. Nilai 5 di layar virtual pun menghancurkan ekspektasi yang dibangun tinggi. Apo kesal, apalagi kejadian itu bertepatan dengan Raja Millerius muncul. Sang dominan diiringi banyak prajurit dan tolah-toleh mencarinya. Apo buang muka kala ditatap dari kejauhan. Dia ingin meledak sangking menumpuknya emosi di dalam dada. "Mau apa?! BEDEBAH?! Kau tadi kemana saja?" batinnya dengan terkepal.

Apo balik badan dan tenggelam di kursi sebelah Raymond. Dia tak peduli rencana hari ini karena sudah gagal total.

"Kenapa, Nattarylie?" tanya Raymond tiba-tiba. Sia masih di depan sana demi memperjuangkan nilai ke-6. Bodoh sekali kalau Apo masih berharap kencan lanjutan kemarin.

"Bukan apa-apa kok. Diam. Abaikan saja, karena aku cuma ingin ditemani seseorang," sahut Apo amat ketus.

"Seriously bukan disebut cemburu?" tanya Raymond mulai kepo. "Karena yang kulihat adalah kau jatuh cinta kepada Yang Mulia, tapi sepertinya beliau membalas dengan serius."

"Apa sih!" jerit Apo dengan tatapan shibal-nya. "Kalau iya urusanmu apa? Brengsek! Ingin cari gara-gara denganku ya? Ayo!" katanya mengajak ribut.

Untung Raymond beda jauh dengan Gavin. Sosok itu hanya tertawa melihat seberapa menderita Apo Nattawin. Di keluarganya memang sudah beredar nasib para calon selir. Yang resmi saja mudah dibongkar pasang, apalagi masih belum ada baunya seperti Apo? Pembenaran surat keperawanan yang menyebar di seantero Inggris justru membuat Raymond ingin tertawa. Batinnya, "Oh, berarti cuma main-main. Kukira Yang Mulia sebucin itu padanya. Ternyata mampir untuk testimoni."

"Raymond ..."

Apo mengepalkan tangan.

"Whoa, whoa, whoa, whoa ... santai Bung. Aku sendiri juga bersedih. Kan barusan kehilangan kesempatan main lebih lama," kekeh Raymond. "Bedanya aku santai dengan kekalahan. Toh koma-ku karena percobaan bunuh diri."

Anjing!

"Hah? Apa?" kaget Apo.

"Yaaaaaa, bisa dibilang aku ikut lomba karena gabut. Realitaku terlalu sucks daripada game ponsel. Berakhir mati atau tidak bagian dari hidupku. Menang bagus dapat uang, kalau pun kalah tidak menjadi masalah. Bukan hal yang penting buatku. Tapi, di sini memang seru sih. Bisa mengubahku menjadi sosok yang baru, Natta."

Apo pun terpana-pana. Hal yang dia lihat dari Raymond adalah kombinasi kekuatan, ketakutan, serta kehilangan diri sendiri. Sayang Apo tak sanggup seperti itu. Dia ingin muntah melihat pemenang bonus level merupakan Sia.

"Seriusan?!"

[THE WINNER LIST]

1. Sia 7/7

2. Delio 6/7

3. Magnolia 6/7

4. Nattarylie 4/7

5. Victoria 4/7

6. Gavin 4/7

7. Raymond 3/7

8. Nicolas --

Dan Nicholas gugur di sini.

"Namanya langsung merah bjirrr! Dicoret X! Sekeras itu ya kalau game over? Sinting ...." batin Apo. "Aku benar-benar baru tahu."

[Yah ... Kalah lagi]

Omongan sistem memperburuk suasana hati.

[You're Lost, Mr. Nattarylie]

[Semangat belum cukup untuk jadi pemenangnya]

[Lebih serius untuk level ke-11. Pasti besok dapat hasil lebih baik]

"Anjir lah. Anjir!"

[Padahal lukisan Anda sudah di-notis oleh Yang Mulia. Beliau sempat bertanya kepada prajurit kenapa ada namanya di bungkus kado? Tadi loh, pas keliling-keliling teras kastil]

[Jangan lupa kereta Anda terparkir di sana, Tuan. Mungkin Yang Mulia melihat sendiri]

"Apa?!" kaget Apo. "Hei, siapa bilang aku akan memberikannya hari ini? Batal! Batal! Barusan aku berubah pikiran!" katanya panik. "Jangan bilang lukisanku sudah dibuka olehnya ya?! SISTEM BILANG!"

[Belum]

"Terus?"

Apo meraih layar virtual itu dengan kedua tangannya. Dia seolah memegang iPad agar mereka berhadap-hadapan.

[Tapi sepertinya sudah diangkut masuk kastil, Tuan. Prajurit Anda sendiri yang menawarkan. Tidak tahu mau dibawa kemana. Anda tahu kan profil Yang Mulia banyak yang tidak dibocorkan kepada player?]

[Sebaiknya Anda mencari tahu segera]

"Brengsek! Ini benar-benar hari sial! Oke! Infonya cukup! Bye!"

Apo pun langsung berlari. Dia keluar dari gelanggang golf tanpa banyak basa-basi. Biarkan Sia memilih 3 undangan kencannya. Apo akan memanfaatkan kesempatan selagi masih bisa masuk kastil.

"Duuuuh! Merepotkan hidup saja! Aku benar-benar bingung caranya survive di sini. Sumpah!" batin Apo, saat menemukan lukisannya dimasukkan dalam kereta Raja Millerius. Dia belok ke parkiran khusus itu, meski dipanggil seorang dayang. Harusnya memang terlarang, tapi ya sudahlah yang penting tidak tertangkap.

"Permisiiii! Tuan Nattarylie! Tuan! Anda jangan lewat sana! Salah jalan! Itu milik Yang Mulia!"

Apo berlari semakin kencang. Tahu-tahu Raja Millerius sudah turun lewat tangga di ujung lapangan bersama Sia. Keduanya mengobrol kasual sebelum acara kencan. Apo sampai nyaris menabrak tiang sangking paniknya ingin menerjang.

"Yang Mulia! Yang Mulia!" panggil Apo tak berguna. Jarak mereka terlalu jauh, Raja Millerius sudah masuk ke kereta diikuti Sia agar jadwal mereka efektif.

"Arrrrrghh! Tidaaaaaaak!" teriak Apo dari lobi kastil. "Jangan dulu! Jangan pergi! Aku masih belum siap!! Please, aku butuh waktu lagi! YANG MULIA!! Hosshh, hoshh, hossh, hossh ..."

Kereta itu terlanjur keluar gerbang. Apo pun menendang dinding meski berakhir terpincang ketika pulang.