Asli sebelum tidur Apo tidak kepikiran apa-apa. Mood-nya bagus sekali dengan isi kepala yang ringan. Mungkin karena aroma parfum Phelipe terpatri dalam otaknya, begitu pun empuknya sensasi menempel bagaikan bayi betulan. Situasi pun berhasil dia kendalikan, semuanya baik. Apo sikat gigi dan cuci muka dengan segarnya. Dia naik ke ranjang dalam piama berwarna putih. Seperti biasa siap bermimpi di bawah selimut hangat. Biasanya Apo akan melihat senyum sang Ibu, mendapati dirinya jadi bos pabrik roti khayalan, naik ke mobil baru nan mewah, atau jalan-jalan dengan istri yang masih remaja.
Mungkin 18 atau 19 tahun?
Tak tahu lah yang penting Apo membayangkan menikahnya dengan gadis muda. Dia memakai jas branded ala CEO TV, berkacamata hitam, lalu mengeluarkan kartu hitam selayaknya don juan. Belanja apapun tinggal bilang ayo pilih-pilih, Sayang--tapi entah kenapa rasanya ada yang aneh.
Ada apa sih?!
Risih.
Lama kelamaan Apo pun tergelitik tak nyaman. Di kamar itu kelopak matanya bergerak-gerak seolah ada yang memperhatikan. Di belakang ternyata ada sosok lelaki berpostur tegap. Wajahnya tak jelas karena tertelan bayangan gelap, tapi Apo tahu dia sangat tampan. Matanya tajam karena sanggup menembus ruang tanpa cahaya, anehnya serasa bersih dari emosi apapun. Apo tidak bisa membaca isi hatinya. Ini membingungkan. Dia berakhir mengabaikan demi fokus bermain dengan sang istri.
"Kau berani sekali ternyata." Suara berat itu tiba-tiba mengalun.
Apo pun menoleh karena merinding. Sayang tidak ada siapa-siapa, melainkan pemandangan Louvre pada malam hari, meja dinner, kolam yang memutari bangunan tinggi, juga bunga-bunga mulai bermekaran.
"Siapa?!" panggil Apo dengan napas tertahan.
Lelaki carrier itu celingak-celinguk, Apo bingung. Tubuhnya beku saat sebuah tangan dingin meraup kedua matanya.
"Aku, kenapa?"
Suara tadi justru kembali. Dia berbisik di telinga Apo dengan embusan napas di leher. Adrenalin Apo langsung terpacu, namun nyalinya tak sepenakut itu. Pelan tapi pasti Apo pun meraba-raba jemari si lelaki misterius. Apo rasa, dia mengenali aroma parfum khas ini.
"Yang ... Mulia?" gumam Apo coba memastikan.
Magis nan ganjil, Apo mulai merasakan jemari pada pinggulnya. Menggesek di sana. Lalu masuk ke dalam piama tipis.
Kuku-kuku itu punya potongan yang rapi. Agak geli. Apo pun tersengat kaget saat disentuh pada putingnya--
"Hah?! TIDAK!!" teriak Apo seketika terbangun. Keringatnya mengucur deras dengan kaki yang mengangkang. Penis Apo tegang, dan kepalanya pening sebelah karena panas di selangkangan. "Hhh, hhhh ... hhh, hhh ... anjir! Mimpi apa yang barusan? Mimpi dalam mimpi? Gila ya? Brengsek!"
Apo segera lari ke kamar mandi untuk membuka celana. Dia tidak mau ditanyai dayang seperti pasca solo kemarin.
Plis lah, seminggu ganti seprai hitungannya normal, tapi 3 hari 2 kali itu jelas kelebihan hormon.
Namun Apo tak punya pilihan. Ini pukul 3 pagi, tapi harus memanja si penis keras. Sambil duduk di kloset dia pun mulai mengocok-ngocok. Mata betah terpejam, karena sejujurnya Apo masih terlalu mengantuk untuk berhasrat.
"Ahhh, ahhh ... hnnggh, ahhh ...." desah Apo sambil menaikkan kedua kaki agar berlutut.
Entah kenapa ada yang kurang jika Apo tak memberi ruang pada liangnya. Lelaki carrier itu pun mendongak dengan kepala bersandar pada kloset. Tangan kirinya berpegangan keran karena tak mau jatuh. Dalam kepala Apo masih payudara gemuk dan kelamin gadis, tapi makin stress karena sulit ke puncak.
Apo sudah menaik turunkan kocokannya dengan ribut. Temponya juga kencang nan intens, tapi--shhhh ... mmhh, dia selalu merengek karena spermanya gagal keluar.
"Hnnggh, nnghh ...." lenguh Apo sambil menata duduknya lagi. Pandangannya terasa buram di langit-langit. Dia penuh oleh nafsu birahi, yang mana sangat butuh pelepasan. Sabun cair bahkan Apo pakai untuk jadi pelumas urgensi. Biasanya ini berhasil, sehingga Apo mengocok penisnya lebih kencang lagi. Suara percepatan itu bisa terdengar hingga menggaung di dalam sana. Antara kulit tangan dan penis, Apo malah makin emosi karena gejolaknya tak mau naik ke ujung. "Ahhh ... mmgh, please ... keluarrr ... hhhnggh, hhhh ...."
Lama dan sangat menjengkelkan.
Menit menjadi jam sangking Apo frustasi dengan diri sendiri.
Segala gaya seks di situs porno yang pernah Apo putar di ponsel segera diulang dalam kepala. Lelaki carrier itu bahkan tidak sadar sudah meneteskan air mata di pipi ranumnya. Sambil menyumpah serapah Apo tetap melakukan kegiatan itu hingga wajahnya memerah. Pusing Apo bertambah-tambah diantara jeritan yang nyaring. "ARGHH BABI JELEEEEEK! AARRRRGHHH! AKU INI SEBENARNYA KENAPAAAAAAAA!!"
Sperma lelaki itu pun akhirnya sukses keluar, walau rasanya tak selega kemarin. Apo terengah-engah dalam keletihan dan pegal. Dia tidak paham situasi ini saat memperhatikan lantai yang berhias muncratan putih kental.
"Tai ..." maki Apo saat masih merasa geli di beberapa bagian. Sesaat dia tergoda untuk menyentuh liang di bawah. Tapi Apo malah meringkuk karena malunya tidak kepalang. "Ibu ... hmmh, aku tidak bisa tidur ...." gumamnya sembari terus mengatur napas.
Selang 5 menit Apo baru kuat mandi. Dia mengguyur badan dengan shower, tapi kantuknya tidak menghilang. Jalan Apo lesu saat membuka lemari baju. Apo ganti piama dengan warna yang sama lalu kembali ambruk di ranjang. "Capek .... " batinnya, lalu menggulung diri seperti risol. Rasanya dingin pagi-pagi begini berendam air. Rambut Apo bahkan masih basah saat alarm berbunyi nyaring.
Kriiing.
[SISTEM: Tring! Tring! Tring! Tring! Selamat pagi! Ayo, Tuan Nattarylie bangun! Ulalalala! Hari ini cuacanya cerah sekali! Suhu 28 derajat! Harap pakai sunscreen jika ingin pergi keluar~]
[Apakah Anda mau rekomendasi dari saya? Beberapa waktu lalu developer kami menambahkan fasilitas ini untuk berbaur dengan suhu London]
[Silahkan dipilih-dipilih~]
[A, teksturnya lembut dan begitu wangi. B, tidak berwarna tapi punya efek dingin]
[Mohon tunggu 30 detik! Produk akan segera--]
"BERISIK! ANJING!"
Apo melempar jam beker yang malang.
[EEEHHHH]
"AKU TAK MAU KEMANA-MANA! PERGI!"
Layar sistem minggir karena nyaris terkena. Dia berputar-putar di sekitar Apo lalu menilik seperti Ibu digital.
[Aww, Tuan Nattarylie]
[Tidak biasanya Anda tak bersemangat? Saya bisa sarankan jenis cokelat untuk dibeli nantinya~]
[Tring! Tring! Ayo pergi belanja-belanja--]
"PERGIIIIIIIIIIIII! AKU BENCI DENGAN COKELAAAAAAAAT!"
Amukan sesi kedua.
Apo mengambil bantal untuk menutup kepala karena tiba-tiba ingin tuli. Lelaki carrier itu ditinggal pergi, tapi pukul 7 dibangunkan lagi.
"Sayang, bayinya Mama ...."
Kali ini pelakunya Phelipe.
Apo ingin pura-pura tidak dengar, tapi ingat tekstur dadanya yang kenyal. Wajah merona lelaki itu pun mengintip di balik selimut.
"Ihh, masak belum bangun sih, Cantik. Ini sudah jam sarapan loh. Ayo, ayo." Ayah sudah menunggu di ruang makan~"
Cih, bisa berhenti menyebutku cantik? Lagipula aku jelas punya penis--
"Bayi ...."
Apo tetap menutup selimut kembali. Tubuhnya bergerak-gerak di dalam seperti kucing di dalam karung. Rasanya ingin menghilang dari muka bumi, tapi tidak lagi saat Apo mendengar suara sang Ayah.
"NATTA, AYO KELUAR!!" bentak Phillip marah-marah. "Di luar ada utusan Yang Mulia! Mandi dan dandan yang rapi! Tidak perlu lama! Mereka menunggu dengan kereta kerajaan!!"
Apa?
Tunggu-tunggu--yang benar saja?!
Maksudku, buat apa di hari libur begini--
"Ugh, oke Ayaaaah." Mau tak mau Apo pun segera turun dari ranjang. Dia lari-lari menuju pintu, lalu membukanya perlahan.
"CEPAT!"
Buset, mukaku serasa disemprot air!
"Iya, Ayah."
"Jangan sampai telat, paham? Pukul 8 harus sampai ke Istana Pusat karena beliau ingin bicara padamu."