Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
Faye ikutan syok, "Siapa kau?" tanyanya balik.
Tidak mungkin pria ini seorang pencuri? Pencuri di pagi hari?
Tunggu.
Pria ini nampak tidak asing di mata Faye. Apakah mereka pernah bertemu?
"Dengar, meskipun kau cantik luar biasa bisa mencuri hatiku kapan pun, aku takkan gentar melawan pencuri sepertimu," kata pria itu tak gentar mengambil sapu di belakang pintu memasang pertahanan.
Apa?
Pria itu mau memukul Faye? Tanpa peduli bila ia perempuan? Dan menuduhnya sebagai pencuri? Seakan memiliki kepemilikan apartemen ini, sedetik kemudian Faye teringat siapa di depannya, "Kau Henry?"
Pria itu menaikan sebelah alisnya, "Kau tahu namaku?"
"Tentu saja tahu, aku tamu Denis," kata Faye yang bersyukur dalam hati Henry bukanlah pencuri.
Henry meletakkan kembali sapunya, "Denis? Jangan bilang padaku kau Sugar Mama dia?" tanyanya, tapi sebelum Faye menjawab, ia melenggang ke dalam berteriak emosi, "Hoi, Denis! Kita sudah sepakat tidak membawa wanita ke apartemen! Kau ini apa-apaan!?"
"Dia pergi," kata Faye.
Henry kembali ke tempat Faye berada, "Sungguh? Dia ke mana?"
"Membelikan kami berdua sarapan," Faye menjawab santai.
Mata Henry membulat, "Memakai uang dia?"
Faye berpikir sesaat, teringat belum memberikan uang pada Denis sejak kemarin jadi mengangguk.
"Siapa kau ini? Pacarnya?" tanya Henry heran, "sejak kami kuliah bersama, dia tidak pernah mentraktirku sama sekali! Keajaiban dia mau membelikan mu makanan."
Faye menggaruk lengannya yang tidak gatal, "Aku ... uh ... istrinya."
Henry membeku di tempatnya berdiri, menatap Faye syok tidak percaya dengan pengakuan wanita itu hal yang gila.
Faye melambaikan tangan di depan wajah Henry, "Kau baik-baik saja?"
Henry mengerjapkan matanya, masih memandang Faye dengan anehnya, "Aku sedang bermimpi? Denis memiliki istri? Aku sepertinya terlalu banyak minum semalam."
Dari racauan Henry, Faye dapat memastikan bila Denis memberikan pengakuan sebgai lelaki yang tidak berkomitmen jadinya ketika Henry mengetahui Faye sebagai istri Denis begitu membingungkan.
Istri kontrak tepatnya.
Faye merasa aneh Denis tak bilang mengenai status mereka pada Henry yang bisa jadi bahan pertanyaan mengenai pindahan ini.
Mendengar Henry masih meracau tidak jelas mengenai status nikahnya dengan Denis membuat Faye mencubit pipi tembam gemas itu.
"Aww ... apa yang kau lakukan?" tanya Henry sambil memegang pipinya yang baru dicubit.
"Memastikan kau tidak bermimpi," jawab Faye santai.
"Tetapi bagaimana bisa? Aku mengerti kau tipe Denis sekali, tetapi menikah? Itu suatu yang langka!"
Faye menepuk keningnya, lelah mendengar racauan Henry yang termasuk tipe lelaki tidak percaya jika bukan langsung orangnya yang berbicara jadi percuma meyakinkan lebih baik menunggu Denis kembali untuk meluruskannya.
Masalahnya berapa lama Faye harus menunggu? Suara Henry membuat kepalanya pusing.
Pagi-pagi bukannya dibuka dengan hal yang menyenangkan malah gerutuan lelaki.
Faye menutup kedua telinganya memakai bantal sofa, tanpa peduli Henry yang masih berkata.
Cklek.
"Oh."
Bagaikan air di tengah gurun sahara, Denis kembali membawa satu kantung plastik putih di tangannya.
"Sayang~ maaf menunggu lama, antrian di kafe begitu panjang—" kata Denis terputus ketika matanya bertemu dengan mata Henry.
Faye menutup telinganya bersiap dengan adegan di drama-drama.
"Henry?" kata Denis.
"Sayang?" kata Henry seakan tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.
"Sayang!?" Denis mengulangi dengan pandangan jijik.
Seperti inilah yang Faye maksud.
"Jadi ini sungguhan kau memiliki istri? Di alasanmu pindah, 'kan? Bukan karena Sugar Mama-mu terobsesi denganmu?" tanya Henry jengkel.
"Apa!?" Faye tidak percaya Denis memakai alasan murahan begitu. Ia? Mengejar Denis? Bukankah justru terbalik? Sekarang ikutan marah besar, "katakan pada dia atau kau menyesali ini seumur hidupmu."
Denis menelan ludahnya takut akan marah Faye dan Henry yang salah telah memutar balikkan fakta dan mengatakan itu kepada Henry.
"Kami menunggu," kata Faye tajam.
Denis terbatuk, "Sesungguhnya aku mau merahasiakan pernikahan kita dari Henry. Seperti yang kau tahu Faye, aku ini lelaki yang tidak suka berkomitmen jadi terpaksa berbohong pada Henry sebab aku tahu dia akan mengejek aku soal ini."
"Sungguh Denis? Kau menilai aku rendah begitu? Aku kecewa padamu," kata Henry, "aku akui mungkin akan bergurau soalmu menikah, tetapi aku lebih bahagia ternyata ada wanita yang bisa meluluhkan hatimu lagi."
Faye berpikir, terdengar seperti Denis sudah lama tidak jatuh cinta yang itu aneh sekali mengingat Denis begitu pandai merayu atau Denis hanya bersenang-senang selama ini?
Tidak mengagetkan bagi Faye jika Denis begitu.
"Maafkan aku," sesal Denis.
"Tidak apa, aku kecewa kau bisa berpikir begitu mengingat kita sudah berteman dari pertama masuk kuliah," kata Henry, lalu menatap Faye, "jadi benar ucapan dia? Dia istrimu?"
Denis langsung menghampiri Faye, merangkul bahu wanita itu mesra, "Iya, dia istriku sekaligus mantan Sugar Mama-ku."
Faye dan Henry terkejut mendengarnya.
"Dia Sugar Mama pertama?" tanya Henry memastikan.
Denis mengangguk.
"Damn," kata Henry, "aku tahu kau selalu memiliki daya tarik yang luar biasa, tetapi tidak secepat ini hingga diajak menikah."
Denis tertawa yang tak lama karena Faye menyikut perutnya jengkel, "Aku dan Faye jatuh cinta setelah malam panas bersama, keesokan harinya kami pun memutuskan menikah~"
Faye memutar bola matanya.
Kenapa Faye tidak heran dengan alasan norak Denis? Ah, iya, karena sebelumnya juga Denis berakting buruk di depan Alex.
"Sejujurnya, Denis yang mengajak aku untuk menikah, dia bilang begitu sulit untuk jauh dariku~ dia menginginkan aku untuk dirinya sendiri~" Faye menambahkan dengan nada suara dimanjakan.
Enak saja berkata bohong begitu.
"Faye benar, aku mengajaknya menikah karena aku hanya ingin memiliki dia untuk diriku sendiri."
Ucapan Denis membuat Faye terkejut bukan main, niatnya membalas bukan memuji. Ia tatap mata Denis yang sama sekali tidak ada kejahilan di sana hanya keseriusan. Degup jantungnya kembali berdebar cepat akan tatapan Denis yang seakan bisa melihat jiwanya.
Tidak mungkin apa yang Faye ucapkan benar? Denis 'kan menolak menikah dengannya mana mungkin karena ingin memilikinya.
Faye mulai merasakan pipinya memanas.
Ugh.
"Wow," Henry tampak takjub, "kau sungguh jatuh cinta pada—uh—"
"Faye, namaku Faye Grace. Kau bisa panggil aku Fay," kata Faye.
"Senang bertemu denganmu, Fay. Aku Henry," kata Henry sambil mengulurkan tangan kanannya pada Faye.
Faye menerimanya dengan senang hati, "Senang juga bertemu denganmu," katanya sambil melempar senyuman di bibirnya.
Henry mengulas senyum juga.
Namun hanya sesaat sebab Denis melepaskan jabatan tangan perkenalan mereka berbalik menggenggam tangan Faye erat yang sesekali membelai bagian punggung tangan memakai jempolnya, "Aku pikir sudah perkenalannya," katanya dingin, sebelum kemudian menatap Faye penuh cinta, "ayo kita makan, sayang~"
Faye merasa ada yang aneh, namun dihapusnya pemikiran itu dan mengangguk setuju.
***
Karena Denis tidak membawa makanan lebih jadi Henry pergi membelikan sarapan sendiri memakai uangnya sendiri.
Denis menolak memberikan, Faye tadinya mau memberi, namun Denis menghentikan niatnya.
Denis meletakkan satu bungkus kotak berisi nasi di depan Faye.
Faye bagaimanapun belum mau menyentuhnya, masih kesal dengan sikap Denis yang menahannya berbuat kebaikan, "Aku takkan makan sebelum Henry di sini."
Denis menghela napas, "Kalian hanya kenal beberapa detik, tapi kau seperti kenal Henry lebih lama dariku."
Faye memutar bola matanya, "Kau tahu tidak soal tata krama? Lagipula dia temanmu wajar aku ingin mengenalnya."
"Aku akan pindah ke rumahmu, jadi tidak perlu," Denis membela diri.
Faye tertawa renyah.
Serius?
Denis mengira Faye tidak tahu bahwa saat ini pria itu sedang mencoba menyembunyikan cemburuannya? Itu sesuatu yang luar biasa bagi Faye dapat memberikan efek seperti itu pada Denis.
"Kau bersikap kekanakan sekarang. Kau dan dia berteman baik, mana mungkin dia itu tertarik padaku," kata Faye meremehkan yang sesaat mengedipkan mata, Denis sudah berada dihadapannya, menatapnya intens yang membuatnya salah tingkah, "A-apa?"
"Terkadang teman baik pun bisa menjadi jahat ketika mereka sedang jatuh cinta, mereka tidak peduli kawan maupun lawan asalkan bisa mendapatkan orang yang mereka cintai apalagi mereka orang yang lebih berada dari kita."
Faye terdiam mendengarnya.
Denis begitu serius mengatakan itu, tapi matanya memancarkan kesedihan jelas di sana, apakah pernah mengalaminya?
Faye hendak bertanya, namun Denis menyatukan bibir mereka, membungkam apa pun yang hendak diucapkan. Ia mencoba mengakhiri, tapi Denis justru memeluk erat dan memperdalam ciuman mereka.
Faye dapat merasakan cuma dari ciuman betapa posesifnya Denis, mencoba melupakan semuanya, pertengkaran mereka, hanya ingin membuatnya fokus pada pria itu saja.
Apa yang harus Faye lalukan di posisi seperti ini? Ia tidak bisa bergerak, Denis mengunci tubuhnya dengan pelukan hangat sementara tangan kokoh yang lain memegang dagunya supaya tak menghindar.
Denis terus menggerakan bibir serta lidahnya aktif, menghisap dan membelai bagian bibir Faye secara bergantian tanpa kenal lelah mau memancing Faye untuk membalasnya.
Sampai di titik Faye menyerah dan perlahan menutup matanya mulai membalas, di saat itulah gerakan bibir Denis melembut tidak seagresif tadi.
Mereka berciuman dengan intens, mengganti memiringkan kepala beberapa kali mencari sesuatu yang baru, saling menjelajah satu sama lain penuh gairah yang tidak puas cuma itu saja.
Faye melepas ciuman mereka begitu merasakan tangan Denis menyelinap dibalik kemejanya dan mulai membelai tubuhnya memunculkan api gairah semakin besar.
Denis menyatukan bibir mereka lagi sambil menaikan tangannya ke atas, meremas dada Faye lembut sebelum menggantikan dengan bibirnya yang haus akan Faye walau masih mengenakan bra, hanya disingkap ke atas.
Faye mencengkeram helaian rambut halus Denis menahan desahannya tidak keluar.
Denis menaikan ciuman memabukkannya, menelusuri kulit putih dan mulus Faye sampai di bibir wanita itu, mengklaimnya layaknya tak ada hari esok.
Faye membalasnya tak kalah panas dan sedetik kemudian merasakan tangan Denis menyusup di celana jeans-nya memberikan belaian di luar kewanitaannya yang sontak remasan di rambut Denis semakin kencang.
"Aku sudah kembali! Kali ini membawa cemilan juga!"
Suara ceria Henry serta pintu yang terbuka mengakhiri ciuman mereka secara terpaksa, menyelesaikan semua kontak fisik mereka.
Entah Faye harus bersyukur atau kesal diberhentikan tiba-tiba seperti ini.
Meskipun begitu Denis enggan melepaskan pelukannya, menatap Faye intens seakan ini belum selesai, baru melepaskan pelukannya tanpa absen memberi sebuah ciuman singkat di bibir merah ranum itu.
Faye yang sudah lemas karena ciuman tadi, duduk kembali di kursi, merapikan rambut serta pakaian yang tersingkap ke atas akibat ulah tangan lapar Denis.
Denis melakukan hal sama ketika duduk cuma merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena cengkeram tangan Faye begitu erat tadi.
Henry datang dengan membawa satu plastik besar, "Yo!" sapanya semangat.
"Kau lama sekali," kata Denis berusaha sekalem mungkin.
Faye menghembuskan napas dalam.
"Maaf, antrian panjang," kata Henry, lalu memperhatikan Denis dan Faye secara bergantian yang memberikan rona merah di kedua pipi suami-istri itu, beberapa detik mencoba mencerna apa yang terjadi sebelum matanya membulat lebar, "jangan bilang kalian—"
"Aku sudah lapar sekali! Kau lama sekali! Ayo kita makan!" Faya memotong sebelum situasi kembali canggung.
Henry kembali berpikir sebelum akhirnya mengangkat bahu acuh tak acuh, "Dasar pengantin baru, carilah tempat yang lebih cocok melakukan 18 tahun ke atas. Jangan buat kotor dapurku."
Pipi Faye kian merona sampai menjalar di telinganya, namun tidak memperdulikan, mengambil sumpit yang masih terbungkus kertas putih polos, "Kau memberiku mie di pagi hari? Kau bergurau Denis?"
Faye sama sekali tidak suka sarapan dengan mie, mengira Denis akan membelikan roti atau makanan Indonesia, ternyata mie biasa.
"Aku ingin sayang~ antrian yang panjang membuatku terpaksa membelinya," Denis berkilah cepat.
Faye memperhatikan Denis apakah ada tanda kebohongan di wajah itu, namun tidak ada, sepertinya memang benar-benar kehabisan stok menu, "Baiklah." Ia memakan suapan pertamanya, dan mengejutkan rasanya enak sekali.
"Bagaimana? Enak, sayang~?" tanya Denis penuh harapan.
Faye mengangguk kecil malah mie ini begitu membuatnya ketagihan! "Haruskah aku membayar Chef di sana buat memasakkan ini setiap hari ...?"
Hening ....
Faye melihat Denis dan Henry membeku dengan mulut ternganga, yang bikin ia malu sendiri.
Apakah ucapannya berlebihan? Faye hanya ingin mencicipinya lagi karena lokasi kafe itu jauh dengan rumahnya.
"Sayang kau berlebihan," kata Denis setelah pulih dari syoknya, "Aku akan membuatkannya untukmu bila kau begitu suka dengan mie tom yam."
"Aku tidak yakin kau bisa membuatnya mirip, tapi tak apalah," kata Faye.
Lebih menyenangkan mencoba masakan Denis lagi pula.
"Jangan cemas, Denis akan berguru langsung ke ahlinya, apa yang tak untuk istri tercinta~" goda Henry sambil menepuk-nepukkan bahu Denis bangga.
Denis tersedak ditepuk begitu oleh Henry. Ia memukul dadanya untuk melancarkan mie yang mengganjal di kerongkongannya, Faye segera menyodorkan gelas kepadanya, tanpa berpikir panjang mengambil tawaran itu dan meminumnya, "Kau! Hampir saja aku akan menyemburkan makananku ke wajah Fay!"
"Maaf, bro," kata Henry, menyesal menggaruk pipinya yang merona.
"Huh!"
Faye tertawa melihat pertengkaran mereka, senang mereka kembali seperti semula. Melihat mereka juga membuatnya jadi ingin memiliki saudara mengingat ia anak tunggal.
Mereka pun sarapan pagi dengan harmonis.
Judul novel ini harus diganti karena alasan penting, tapi kontennya sama kok
Jangan lupa mampir ke novel saya yang lain iya, judulnya 'Dendam Cinta' sambil nunggu novel ini up ♥️
Dukungan seperti komentar, batu daya sungguh berarti buat kemajuan novel saya ♥️
Terima kasih banyak ... ♥️♥️♥️