Suara desahan dan erangan bahkan jeritan memenuhi ruangan itu, peluh membasahi tubuh toples mereka berdua padahal AC yang ada di dalam kamar tersebut menyala.
" Lebih cepat lagi, sayang! Aku sangat menyukainya!"
" Kamu suka jika aku kasar?"
" Iya, sayang! Ayolah! Tunjukkan kekuatanmu!"
" Jangan menyesal dengan apa yang kau katakan!"
" Tidak akan, sayang! Aku khawatir kamu yang menyesal!"
" Hahaha! Belum ada yang bisa membuatku begitu selama ini!"
" Aku akan membuatmu jadi yang pertama!"
" Ok! Kamu yang memintanya!"
Dipacunya tubuh itu dengan segala kekuatan yang dimilikinya, segala macam gaya telah mereka lakukan, hingga tubuh itu merasa lelah dan pingsan.
" Hah! Menantangku! Baru juga beberapa kali!"
Dilepaskannya tubuh itu lalu dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah beberapa lama dia berendam dan membilas tubuhnya, dia mengeringkan tubuh itu dan memakai handuk yang menutupi bagian vitalnya saja, sementara dada dan perut sixpecknya dibiarkan terlihat begitu saja. Dia meraih ponselnya lalu menyalakan ponsel tersebut, sebuah wajah cantik dan anggun seorang gadis muslimah menjadi wallpapernya. Disentuhnya wajah di layar ponselnya tersebut dengan penuh kelembutan.
" Apa kabarmu, sayang? Aku sangat menginginkanmu!" ucapnya dengan penuh kesungguhan. Malam semakin larut, dia mengerjakan beberapa dokumen melalui ponselnya lalu membuka handuknya dan tidur di ranjangnya dalam keadaan toples.
Keesokan harinya dia terbangun sendiri di kamar itu dengan tubuh remuk dan tak berdaya.
" Sayang!" panggilnya.
" Sayang!" sekali lagi dia memanggil kekasihnya, tapi yang dipanggil tidak kunjung datang. Dilihatnya jam diatas nakas menunjukkan angka 8, dia berusaha bangun dari tidurnya tapi tubuh bagian bawahnya terasa sakit dan perih.
" Mbok Darrrrr!" teriaknya.
" Iya, Non!" jawab seorang wanita tengah baya yang berlari-lari mendekati kamarnya.
" Apa Mbok liat Nabil?" tanyanya.
" Nabil siapa, ya, Non?" tanya Darmi.
" Cowok yang semalam!" katanya lagi.
" Sepertinya jam 7 dia sudah pergi, Non!" kata Darmi.
" Brengsek lo, Bil! Lo pikir gue cewek apa'an! Liat aja, lo belum tahu siapa bokap gue!" gerutu gadis itu penuh amarah. Sementara Nabil telah sampai di kantornya dengan wajah tampannya seperti biasa dengan sedikit menebar pesona pada karyawan wanitanya. Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya, nama Ratu tertera di layar ponselnya. Nabil hanya tersenyum licik tanpa menerima panggilan tersebut.
" Lo akan bertekuk lutut di kaki gue! Dan gue akan membuat lo memberikan semua yang lo punya!" ujar Nabil ambigu.
" Brengsekkkkk!" teriak Ratu sambil melempar ponselnya ke dinding kamarnya, ponsel dengan harga puluhan juta tersebut pecah berkeping-keping.
" Awas aja kalo lo berani jalan dengan wanita lain! Gue akan bikin wanita itu mampus!" kata Ratu ambigu.
Fatma menggigit bahu Brian saat Brian mencoba menghentakkan lembut kembali miliknya agar bisa masuk , tapi seketika Brian melepaskan tubuhnya saat dia mendengar teriakan pilu Fatma dan merasakan airmata Fatma membasahi bahunya.
" Maaf! Aku akan menghentikannya, Ok! Aku tidak mau melihatmu seperti ini! Please, don't cry, baby!" ucap Brian yang sedih melihat keadaan istrinya. Sesaat Fatma merasa lega karena Brian melepaskan tubuhnya kemudian memeluknya dengan penuh kehangatan. Karena merasa lelah, Fatma tertidur di dada dan dalam pelukan suaminya. Brian membelai rambut dan mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.
" Maafkan aku! Aku tidak akan memaksamu lagi!" bisik Brian, walau nafsu birahinya begitu besar dan ingin tersalurkan, tapi dia sangat mencintai dan menghormati Fatma. Brian baru saja sadar jika dia mencintai seseorang karena Allah, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Perlahan Brian merasakan matanya mengantuk, akhirnya diapun menyusul Fatma terbang ke alam mimpinya.
" Assalamu'alaikum! Selamat Pagi!" sapa Brian sambil mengecup pipi Fatma saat dilihatnya dia mengerjap-kerjapkan matanya. Brian bangun lima menit yang lalu, dan dia sangat menikmati wajah innocent istrinya yang tidur bagai malaikat dipelukannya. Fatma seolah merasa nyaman dan tidak mau bergerak dalam pelukan Brian.
" Wa'alaikumsalam! Selamat Pagi juga!" sahut Fatma malu-malu lalu menundukkan kepalanya dan memutar tubuhnya membelakangi Brian. Tapi dengan cepat Brian memeluknya dari belakang, membuat terkejut dan kedua pipinya merona merah.
" Kita shalat subuh?" tanya Brian, diikuti anggukan kepala dari Fatma yang masih menyembunyikan wajahnya.
" Ok! Aku akan mandi dulu!" kata Brian sambil mengecup leher Fatma lalu beranjak dari atas ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia tidak mau jika miliknya kembali bereaksi akibat melihat tubuh seksi istrinya. Fatma mendengar suara pintu tertutup lalu dia bangun dari tidurnya dan berjalan dengan pelan, karena miliknya sedikit nyeri akibat kejadian semalam. Dipakainya jubahnya dan dia menguncir rambutnya dengan asal, tapi tetap terlihat cantik tanpa polesan apapun. Apa aku telah berdosa karena masih belum bisa melakukannya? Ya Allah! Ampuni hamba yang belum bisa membuat sempurna ibadah kami! batin Fatma menyesal karena membuat suaminya kembali merasakan kekecewaan diatas ranjang. Brian keluar dengan hanya memakai handuk yang menutupi sebagian bawah tubuhnya.
" Ahhhh!" apa yang kamu lakukan?" tanya Fatma menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Apa?" Brian balik bertanya.
" Kenapa kamu tidak memakai bajumu?" tanya Fatma lagi.
" Aku ingin kamu yang menyiapkan sayang!" kata Brian di telinga Fatma dan membuat Fatma terkejut karena dia mengira Brian masih berdiri di depan pintu kamar mandi.
" Kamu selalu membuatku kaget!" ucap Fatma yang sontak menjauh dari brian karena kaget dan malu tapi masih dengan wajahnya yang tertutup tangannya.
" Maaf, sayang!" ucap Brian yang sangat senang melihat Fatma yang malu-malu, menurutnya sangat menggemaskan sekali.
" Duduklah! Aku akan mengambilkanmu pakaianmu!" kata Fatma yang segera berlari dengan menahan sakit di bagian bawahnya menuju walk in closet tanpa menunggu jawaban dari Brian. Tapi Fatma tidak langsung mengambilkan, karena dia mandi dulu agar tubuhnya tidak terasa lengket. Beberapa saat kemudian, dia telah memakai longdress dan khimar sambil membawa pakaian untuk shalat suaminya.
" Pakailah! Aku akan menunggumu di mushalla!" kata Fatma.
" Terima kasih!" jawab Brian tersenyum, karena Fatma tidak lagi menundukkan kepalanya jika melihatnya. Brian menerima pakaian yang diberikan Fatma lalu gadis itu berjalan keluar kamar mereka. Mereka mengaji bersama sambil menunggu adzan subuh dan Fatma akan menunggu Brian mengimami dirinya sepulang dari shalat di masjid. Setelah mereka selesai shalat, Brian duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya sambil menikmati kopi yang dibuat oleh Fatma dan juga merokok.
" Maaf!" kata Fatma yang berdiri di pintu balkon. Brian menatap istrinya sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
" Untuk?" tanya Brian.
" Semalam!" jawab Fatma lembut. Brian mematikan rokoknya dan menyesap kopinya.
" Kemarilah!" pinta Brian yang berjalan dan berdiri di bibir balkon menghadap pada istrinya. Fatma melangkahkan kakinya dan mendekati Brian. Ditatapnya wajah cantik istrinya dengan penuh kelembutan.
" Aku pernah bilang padamu, jika aku akan melakukan saat kamu siap! Tapi aku tidak mau jika itu membuatmu kesakitan!" ucap Brian lembut sambil menangkup wajah Fatma hingga kedua mata mereka bertemu. Sedetik kemudian dibelainya khimar istrinya dan disandarkannya kepala Fatma di dadanya. Fatma meneteskan airmatanya, dia merasa terharu dan mulai terbiasa berada dalam pelukan pria yang telah sah menjadi suaminya itu.
" Kita akan melakukannya saat kamu benar-benar siap!" kata Brian lagi dan diikuti anggukan kepala dari Fatma.