webnovel

Murid Yang Pandai

" Apakah lemarimu muat untuk menyimpan pakaianku?" tanya Brian menatap lemari pakaian Fatma.

" Aku akan mengeluarkan pakaian yang sudah tidak aku pakai lagi!" kata Fatma.

" Baiklah! Aku akan kembali ke kantor!" kata Brian lalu berjalan ke arah pintu diikuti oleh Fatma. Saat mereka sampai di pintu utama, Fatma memutar kuncinya dan membuka pintu tersebut. Brian menatap istrinya.

" Aku pergi dulu! Assalamu'alaikum!" ucap Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma sambil meraih tangan kanan Brian dan menciumnya. Tubuh Brian berdesir mendapat perlakuan dari Fatma. Bibir Fatma yang menyentuh kulit tangannya membuat libidonya sedikit memberontak. Dengan cepat dia melangkahkan kakinya ke mobil untuk meredam debaran jantungnya, dilihatnya dari kaca mobil Fatma sedang menatapnya. Brian tersenyum ringan, dia sangat menggemaskan! batin Brian. Fatma masuk ke dalam kamarnya untuk mengeluarkan beberapa pakaian yang tidak dipakainya.

Brian telah sampai di kampus UIN beberapa saat kemudian, dia keluar dari mobilnya dan melangkah memasuki gedung perkuliahan. Semua mata menatap ke arahnya dengan kagum, terutama para mahasiswi yang dilewatinya.

" Permisi!" sapa Brian pada seorang mahasiswa.

" Ya?" sahut pemuda itu.

" Dimana ruang konsultan?" tanya Brian.

" O, bapak bisa jalan ke gedung yang berwarna hijau itu! Lalu masuk dan lurus aja, sebelah kanan Ruang Konsultan!" jelas pemuda itu. Sialan! Emang tampang gue kayak bapak-bapak apa? batin Brian. Dia berlalu tanpa mengucapkan terima kasih karena sebel dengan perkataan pemuda itu.

" Dasar orang kaya! Songong banget!" kata pemuda itu.

" Iya! Udah dikasih tahu nggak ada trima kasihnya!" sahut temannya. Brian mengikuti petunjuk pemuda tersebut dan mendapatkan ruang konsultan di depannya. Dia melihat ke arah jam yang ada ditangannya. Jam 1 tepat. Tok! Tok!

" Assalamu'alaikum!" ucap Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab orang yang di dalam.

" Masuk saja!" katanya lagi. Brian kemudian masuk ke dalam dan dilihatnya Harun sedang menulis sesuatu di mejanya.

" Anda sudah siap?" tanya Harun.

" Sudah!" jawab Brian.

" Baiklah, sebelum mempelajari tentang shalat dan mengaji, anda harus tahu tentang Rukun Islam dan Iman!" tutur Harun. Harun memberikan penjelasan tentang dasar-dasar agama Islam dan Brian langsung memahaminya. Harun membagi menjadi 4 pelajaran tiap jamnya, dimana 1 jam mempelajari tentang fiqih, 1 jam tentang isi tafsir, 1 jam tentang shalat dan 1 jam tentang mengaji. Brian hanya mendengarkan saja tanpa bertanya apa-apa. Jam 5 sore pelajaran telah selesai dan Brian dalam perjalanan kembali ke rumah Fatma. Dia selalu mengirim pesan pada Fatma jika dirinya dalam perjalanan pulang, karena dia mau istrinya yang menyambutnya pulang. Brian turun dari mobilnya dan menatap Fatma yang telah berdiri di depan pintu utama untuk menyambut dirinya. Dan istrinya itu sedang menundukkan wajah seperti biasanya.

" Assalamu'alaikum!" salam Brian.

" Wa'alikumsalam!" jawab Fatma yang telah menunggu suaminya di depan rumah. Fatma mencium punggung tangan Brian seperti biasa. Kemudian Brian masuk ke dalam disusul oleh Fatma yang menutup pintu dan menguncinya.

" Mandilah! Aku telah menyiapkan handukmu di kamar mandi!" ucap Fatma lembut setelah mereka sampai di dalam kamar.

" Iya!" jawab Brian dengan senyum tipisnya. Setelah melepas jas dan dasinya, dia masuk ke dalam kamar mandi. Fatma menyiapkan pakaian taqwa dan sarung Brian untuk persiapan shalat maghrib. Mereka selalu mengaji sebelum shalat maghrib tiba dan tidak beranjak sebelum selesai shalat isya'.

" Apa kamu semalam tidur disitu?" tanya Brian yang keluar dari kamar mandi dengan kaos dan celana pendek. Fatma yang terkejut melihat Brian, memutar tubuhnya membelakangi suaminya itu.

" Iya!" jawab Fatma yang tadi sedang menata bantalnya.

" Tidurlah diatas! Biar aku yang tidur disitu!" kata Brian.

" Tidak! Kamu pasti tidak biasa!" jawab Fatma.

" Aku tidak mau kamu sakit!" kata Brian lagi.

" Tidak apa-apa!" kata Fatma memaksa.

" Bukankah seorang istri wajib mematuhi suaminya?" ucap Brian yang membuat Fatma terdiam tanpa bisa mengelak lagi. Akhirnya dia naik ke atas ranjangnya dan Brian berjalan menuju tempat yang telah disiapkan Fatma.

Seminggu sudah Brian belajar tentang Islam dan dia telah menerapkan semua yang diajaran Harun di keluarga Fatma. Abi Fatma sangat terkejut dengan perubahan yang Brian tunjukkan, karena dia telah menguasai bab tentang shalat dan dzikirnya, juga tentang mengaji. Brian telah bisa membaca Al Qur'an dengan baik walau masih belum begitu lancar. Abi teringat saat Brian mengatakan jika dirinya orang yang cerdas dan pandai. Hal itu benar-benar terbukti sekarang, semua yang dikatakan dan dijanjikannya telah terbukti.

" Abi!" panggil Brian saat mereka duduk di taman dekat komplek saat olahraga pagi itu.

" Ya?" sahut Abi.

" Apa ilmu agama saya belum cukup untuk menikah dengan Zahirah?" tanya Brian. Abi melihat menantunya tersebut.

" Kenapa? Apa kamu begitu bernafsu ingin menikah dengan Fatma?" tanya Abi Fatma sedikit kecewa.

" Saya..."

" Apa kamu sangat ingin menyentuhnya?" tanya Abi fulgar.

" Saya pria normal, Bi! Saya bisa tahan dengan wanita lain, tapi dengan putri Abi, entah kenapa saya tidak bisa!" jawab Brian jujur. Abi Fatma tidak ingin menyalahkan Brian, karena alasannya untuk menahan hasaratnya pada istrinya, apalagi mereka adalah sepasang pengantin baru.

" Apa kamu benar-benar ingin menikahi Fatma secara sah?" tanya Abi.

" Iya, Abi!" jawab Brian.

" Kenapa? Beri alasanmu!" ucap Abi.

" Karena saya mencintai dia dan...karena ibadah, Abi!" jawab Brian.

" Alhamdulillah! Jika kamu sudah memahami alasan seorang muslim menikah! Tapi aku akan menyerahkan semua pada Fatma!" kata Abi.

" Dia pasti tidak akan setuju!" kata Brian.

" Darimana kamu tahu?" tanya Abi.

" Karena dia tidak akan mengingkari janjinya!" jawab Brian. Ternyata kamu cukup tahu tentang istrimu! batin Abi Fatma.

" Menurut Abi kamu masih perlu banyak belajar! Abi akan memberikan restu pada kalian untuk menikah di catatan sipil jika Fatma menyetujui!" kata Abi Fatma dengan tegas.

" Trima kasih, Abi! Saya akan mencoba untuk memintanya!" kata Brian mencium tangan Abi Fatma dengan hati yang sangat bahagia.

" Kapan rencana keluargamu akan datang?" tanya Abi.

" Mama baru keluar dari RS, kira-kira minggu depan saya akan membawa hantaran dan langsung menikahi Fatma jika dia setuju!" tutur Brian sambil memberikan Abi Fatma air mineral.

" Abi harus membicarakan ini dengan keluarga dulu!" kata Abi Fatma.

" Abi tidak perlu repot menyiapkan semuanya, karena saya yang akan menyiapkannya!" jelas Brian. Abi Fatma menghembuskan nafas panjang, dia sebenarnya tidak enak dengan bantuan yang diberikan Brian.

" Utarakan maksud kamu setelah Fatma menyetujui!" kata mertuanya.

" Baik, Bi!" jawab Brian. Abi Fatma yang sesekali melihat ke sekeliling, merasa jika menantunya ini menjadi bahan tontonan kamu hawa karena wajah dan tubuhnya yang nyaris sempurna. Kamu harus kuat iman dan banyak bersabar, nak! batin Abi Fatma memikirkan Fatma yang akan memiliki banyak cobaan karena reputasi suaminya.

" Baiklah! Aku tahu jika kamu mampu melakukan apa saja dengan cepat!" kata mertuanya lagi.

" Trima kasih sekali lagi!" kata Brian semangat.

" Kita pulang?" tanya Abi.

" Ayo!" jawab Brian. Kemudian keduanya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan berlari-lari kecil.