webnovel

Kesedihan Harun

" Cepat bawa berita bahagianya, sayang!" kata Iris lagi.

" Iya, Kak! Aku udah punya keponakan cewek, kakak harus memberikanku keponakan cowok" kata Briana semangat.

" Emangnya keponakanmu itu boneka? Bisa milih-milih!" komentar Brian datar.

" Aku nggak minta sama kakak! Aku minta sama kakak ipar! Ya, kak?" rayu Briana.

" Ins Yaa Allah! Aamiin!" jawab Fatma.

" Emang kakak iparmu bisa sendirian?" ucap Brian lagi dengan datar.

" Yan!" kata Fatma. Brian terdiam begitu Fatma bicara.

" Langsung deh...Kayak patung!" sindir Briana senang, Brian melotot melihat tingkah adiknya.

" Kalau begitu kami pamit dulu, ma!" ucap Fatma.

" Iya! Hati-hati, sayang!" balas Iris.

"Assalamu'alaikum!" ucap Fatma diikuti Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Iris, Briana dan Faris. Fatma masuk ke dalam mobil yang telah dibukakan pintunya oleh Brian.

" Trima kasih!" ucap Fatma dengan tersenyum.

" Sama-sama, sayang!" jawab Brian dengan senyum tipisnya. Kemudian Brian berputar ke belakang dan masuk disisi satunya, lalu Danis membawa mobil tersebut keluar dari mansion Keluarga Brian.

" Apa kamu mau ikut aku ke kantor, sayang?" tanya Brian yang menggenggam tangan Fatma dengan erat.

" Aku harus mengajar, Yan! Ustadz Harun semalam..."

" Harun?" potong Brian dengan penekanan. Fatma memejamkan matanya, dia lupa jika suaminya itu sangat pencemburu terlebih kepada Harun.

" Iya, Yan! Dia akan memberikan surat tanggapan tentang pengunduran diriku!" tutur Fatma dengan lembut sambil membalas genggaman Brian dengan erat juga.

" Aku tidak suka kamu bertemu dengan dia!" ucap Brian tegas. Fatma mengelus punggung tangan Brian yang menggegamnya.

" Kamu sudah janji akan memberikanku waktu sampai bulan Juni, Yan!" jawab Fatma melihat suaminya.

" Tapi aku tidak suka kamu dekat dengan dia!" ucap Brian lagi.

" Iya! Aku janji nggak akan dekat-dekat dengan dia!" kata Fatma mengalah.

" Tapi kantornya sekarang disekolahmu, Za!" kata Brian datar.

" Jadi aku harus bagaimana?" tanya Fatma bingung.

" Jauhi dia! Pokoknya kamu tidak boleh bertemu dia!" kata Brian keras.

" Baik, Yan! Aku janji!" jawab Fatma menghela nafas melihat kecemburuan suaminya.

" Apa kamu akan mengantarku sampai ke sekolah?" tanya Fatma.

" Kenapa?" tanya Brian dengan nada curiga.

" Nggak apa-apa, Yan!" jawab Fatma tersenyum.

" Apa kamu takut Harun tahu jika kamu telah menikah?" tanya Brian menahan amarah.

" Astaghfirullah! Kenapa kamu bicara begitu, Yan? Kau menyakiti perasaanku!" ucap Fatma sedih.

" Maaf, sayang! Aku sangat mencintaimu! Aku hanya ingin dunia tahu jika kamu adalah istriku! Terutama dia!" ucap Brian manja lalu mengecup punggung tangan dan pipi Fatma. Fatma yang semula merasa sedih, langsung merona malu karena Brian mengecup pipinya saat Danis ada bersama mereka.

" Ada Danis, Yan!" ucap Fatma pelan.

" Nasib dia! Siapa suruh jadi jomblo!" kata Brian sinis yang membuat Danis menelan ludah. Sudah tahu jomblo, tapi mesra-mesraan terus didepanku! Nasib-nasib! batin Danis.

" Jangan menggerutu! Mau kupindah ke papua?" ucap Brian datar. Fatma langsung mengernyitkan dahinya. Danis hanya bisa diam tanpa berani bergerak, dan hanya menatap lurus ke jalan raya.

Tanpa terasa mereka sampai di halaman sekolah Harun, Brian dengan cepat turun dan membukakan pintu untuk istrinya. Fatma keluar dengan pelan dan tersenyum pada .

" Trima kasih!" ucap Fatma.

" Sama-sama!" jawab Brian datar.

" Maaf!" ucap Brian.

" Apakah janjiku masih belum bisa membuatmu percaya?" tanya Fatma yang bersandar dibadan mobil.

" Aku percaya sama kamu, sayang! Tapi aku tidak percaya dengan dia!" jawab Brian tegas. Fatma mengusap pipi suaminya sambil tersenyum.

" Trima kasih sudah mencintaiku sebesar itu! Tapi jangan lupa cintamu kepada Allah!" kata Fatma lembut.

" Hmm!" jawab Brian yang memegang tangan Fatma dan mencium telapak tangan tersebut.

" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian. Fatma mencium punggung tangan Brian dan berjalan menjauhi suaminya. Brian masuk ke dalam mobil sesaat setelah Fatma pergi.

" Jalan, Dan!" ucap Brian. Seorang pria keluar dari mobilnya dan memanggil Fatma.

" Ustadzah Zahirah!"

" Berhenti, Dan!" ucap Brian yang mendengar ucapan pria itu dan melihatnya keluar dari mobil. Pria itu berlari mendekati Fatma. Danis mengerem mobil sedikit mendadak.

" A...ada apa, Bos?" tanya Danis terbata saat dilihatnya Brian yang membuka pintu dan langsung keluar dari dalam mobil begitu mobil berhenti. Fatma yang merasa ada yang memanggilnya, memutar tubuhnya dan terpaku karena yang memanggilnya adalah Harun.

" Assalamu'alaikum Wr. Wb!" sapa Harun tersenyum.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma ramah tapi hatinya was-was, dia melihat ke arah pintu gerbang dan benar! Mobil suaminya berhenti dan dia melihat pria datar itu keluar berjalan ke arahnya.

" Ustadzah?" panggil Harun yang telah berada dihadapan Fatma dan menatap wanita itu.

" Ustadzah Zahirah!" panggil Harun lagi, kali ini dengan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Fatma.

" Eh, iya, Ustadz!" sahut Fatma kaget.

" Maaf kalo saya mengagetkan Ustadzah!" ucap Harun.

" Sayang!" sapa Brian. Harun yang mendengar seseorang berkata sayang, hatinya langsung was-was menatap Fatma. Fatma tersenyum pada Brian.

" Apa ada yang terlupa?" tanya Fatma.

" Iya! Aku lupa jika nanti aku jemput kamu pulang!" ucap Brian yang telah berdiri di hadapan Fatma dan memegang bahunya.

" Iya!" jawab Fatma senang.

" Ustadz Harun?" sapa Brian pura-pura tidak tahu jika Harun ada disitu.

" Pak Brian!" jawab Harun dengan senyum yang dipaksakan. Dia merasa dunianya runtuh saat melihat kemesraan mereka berdua.

" Anda disini? Maaf saya tidak melanjutkannya, trima kasih atas semuanya!" kata Brian dengan nada ditekankan. Brian mau Harun tahu siapa dia dan Fatma.

" Tidak apa-apa!" jawab Harun pelan.

" Saya hanya mengantar istri saya!" ucap Brian seakan mengejek Harun.

" Kalian sudah menikah nggak undang-undang?" kata Harun dengan senyum yang hambar.

" Kami hanya nikah aja! Rencana resepsi akan kami lakukan minggu depan!" ucap Brian.

" Benarkah?" tanya Fatma kaget.

" Iya! Kamu lupa?" ucap Brian menatap istrinya tajam.

" Kalo begitu Selamat Menempuh Hidup Baru! Semoga menjadi keluarga yang Sakinah Mawwadah Warrohmah, Aamiin!" kata Harun dengan berat dan mengulurkan tangannya pada Brian.

" Aamiin!" jawab Fatma dan Brian.

" Trima kasih, Ustadz!" kata Brian menyambut jabat tangan Harun.

" Kalau begitu saya permisi mau ke kantor! Selamat Pagi! Assalamu'alaikum Wr. Wb!" kata Harun.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma dan Brian. Harun melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

" Aku pergi, sayang!" ucap Brian.

" Iya! Fii Amanillah!" jawab Fatma.

" Jaga mata!" kata Brian.

" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma.

" Assalamu'alaikum!" kata Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma. Brian melangkah dengan hati berbunga, dia puas melihat Harun terkejut dengan perkataannya. Brian masuk ke dalam mobil dan tersenyum tipis.

" Jalan!" kata Brian.

" Siap, Bos!" jawab Danis.

" Nanti siang jemput istriku! Jangan terlambat sedetikpun!" kata Brian tegas.

" Iya, Bos!" jawab Danis lagi.

" Kita langsung meeting saja! Bilang pada mereka aku tidak mau lagi meeting diluar selain di perusahaan!" kata Brian yang sontak mbuat Danis kaget dan tak percaya.

" Siap, Bos!" kawab Danis. Fatma benar-benar telah merubah Bosnya. Padahal Brian lebih senang meeting di resto atau hotel dengan dilayani wanita-wanita seksi. Sehingga para pemimpin perusahaan lain sudah hafal kesukaan Brian jika berkunjung ke perusahaan mereka.